3 Teman Baru

hari itu benar-benar merupakan hari tersial bagi Findra. Findra lupa untuk membuat proteksi agar orang lain tidak terlalu curiga dengan nilainya. jadilah dia menjadi anak buah pengajarnya sampai tahun depan. Findra terikat perjanjian, sesuatu yang memiliki persamaan besar dengan peraturan. dan untuk remaja seusianya, peraturan ada untuk dilanggar bukan?

terus untuk apa Findra menginginkan kontrak tertulis? karena semakin banyak Findra melanggar aturan, semakin lama dia akan terjebak dengan dosen pembimbingnya.

saat itu juga dosen Ninda mengeluarkan sejumlah kertas dari dalam laci meja sebelah kanannya.

" sudah aku duga kamu akan memintanya, jadi sudah aku siapkan apa yang ku inginkan. silakan baca dulu, saya akan menunggu." dosen Ninda menunjuk kearah sofa di ruang kerjanya. menyilahkan Findra duduk di sana sambil membaca kontak yang telah di buatnya. tak perlu dipaksa, Findra duduk di sana dengan mata fokus pada kontrak yang di buat dosen Ninda.

dosen Ninda menghidangkan teh untuk Findra. Findra menghirup dalam aroma teh yang menenangkan itu setelah selesai membaca isi kontraknya. bagi Findra yang memiliki keistimewaan luar biasa merusak otaknya menjadi hal yang dia hindari, jika temannya akan menjadikan alkohol penghangat di musim dingin. tak peduli sedingin apapun cuaca yang sedang mendera bumi alkohol harus tetap jauh.

satu tetesnya bisa merusak jutaan sel, efek nya cuma tahan beberapa jam saja. sungguh merugikan jika aku mengonsumsinya. dan sepertinya dosen pembimbingnya juga memiliki pemikiran yang sama. Findra mengangkat kepalanya setelah menyesap teh itu dan meletakkan kembali cangkirnya di tempat semula.

"sejauh ini tidak masalah, tapi aku ingin mengetahui tata tertib di kampus ini dulu, agar aku tak merugi dengan menandatangani kontrak ini terlalu cepat." kata Findra menyerahkan kontrak itu kembali pada dosen pembimbingnya.

" baiklah, tapi tentang tata tertib kampus akan kamu dapatkan besok saat kita resmi bertemu. persiapkan barang yang apa kamu butuhkan." kata sang dosen.

" saya mengerti. sampai jumpa besok." Findra pergi meninggalkan ruangan itu tanpa menunggu jawaban dari orang yang menjadi lawan bicaranya.

besok adalah peresmian kelas. bagi yang di terima akan masuk kelas setelah memasuki gerbang. sensor kampus akan mengenali setiap individu yang di terima di kampus. sehingga akan langsung membuka portal langsung ke lelah masing-masing. ini adalah sesuatu yang wajar, lagi pula kampus ini adalah yang terbaik di dunia.

kelas pertama ada pada jam sembilan pagi. Findra sampai di kampus jam 08:30, tiga puluh menit lebih awal dari jam yang di di tentukan. ini adalah sesuatu yang Findra sengaja, dia ingin melihat bagaimana ekspresi orang-orang yang akan menjadi teman sekelasnya. saat Findra mengira dia sudah tiba paling pagi, ternyata ada uang lebih pagi. dilihatnya gadis berambut biru muda yang sedikit kusam. tidak, rambutnya tidak kusam, rambutnya memang berwarna biru muda yang dicampur dengan warna abu-abu. warna yang sangat sulit didapat jika tak membuatnya sendiri. rambut gadis itu panjang sampai ke pinggang. wajahnya menunduk menatap sepatu yang dia gunakan. sedangkan tubuhnya ber-sender di tepian ruangan yang berdinding kaca. pemandangan di luar sana seakan kalah indah dengan sosok dirinya.

"apa sudah selesai memandangiku?" tanya gadis itu dingin, menyadarkan Findra. Findra menggelengkan kepalanya beberapa kali untuk mengembalikan nyawanya kepada tubuhnya.

" maaf, ..." saat Findra akan menjelaskan keadaannya pada gadis didepannya, Findra berpikir tidak akan berguna banyak penjelasan bagi orang-orang di sini. aku rasa maaf sudah cukup.

" tak menjelaskan?" gadis itu tertawa dingin sejenak sebelum mengatakan itu. kepalanya belum juga dia angkat. rambut panjangnya yang dia gerai menutupi sebagian wajahnya. ingin rasanya Findra mengangkat wajah gadis itu, agar dia bisa melihat bentuk wajah gadis itu.

" aku pikir penjelasan hanya akan menjadi sebuah alasan di matamu. jadi buat apa aku membuang waktu untuk sesuatu yang tidak mungkin dipercaya." jawab Findra.

" begitu ya..." kata gadis itu, kini dia menatap atap memperlihatkan wajahnya yang selama ini tersebunyi. cantik, hanya sebatas itu. tapi akan melebihi cantik di atas panggung jika dia mampu mengeluarkan aura idolanya. kata Findra dalam hati.

tanpa mempedulikan gadis itu lagi Findra berjalan ke arah pojok kanan kelas. dia duduk di sana setelah berjalan sepuluh langkah sambil menyeret koper besarnya. sang gadis masih di tempat yang sama.

kelas kembali hening tanpa ada perbincangan dari mereka. gadis ini lumayan bagus dalam pengolahan emosi. tapi menjadi seorang idola adalah masalah menyenangkan orang lain. mungkin seharusnya aku menunggu dia di kelas idola. Findra mengetuk-ngetuk meja dihadapannya dengan jari telunjuk sesuai dengan irama detik jam di pergelangan tangannya.

tuk tuk tuk...., lima menit kemudian datang seorang laki-laki seusianya juga dengan koper besar.

" Wahhh, aku kira aku yang paling pagi." matanya melihat aku dan gadis yang masih belum yang mengubah posisinya. aku balas senyuman saat dia melihatku. negeriku di kenal dengan penduduk paling ramah sedunia, mana mungkin aku merusak citra itu. laki-laki itu menghampiriku dan duduk di meja yang paling dekat dengan ku. dia mengulurkan tangannya,

" aku rain, siapa namamu?" Findra jabat tangannya, kemudian menyebutkan namanya. orang ini memiliki aura kejadian yang lumayan, juga memiliki kepribadian ceria. kemampuan di atas panggungnya bisa di atasi dengan baik jika dia tidak ceroboh.

laki-laki bernama Rain itu menghampiri gadis yang ber-sender di dinding kaca itu mengulurkan tangannya, sama seperti memperkenalkan dianya Findra tadi.

sayang gadis itu tak menggubrisnya, bukannya diam setelah tidak mendapat respon dia malah semakin cerewet. akhirnya melangkah mendekatinya, tangan Findra menyentuh pundak Rain.

" sudahlah, ayo duduk." bujuk Findra menghentikan ocehan Rain. Rain masih menggerutu saat si ajak Findra kembali kemejanya.

" dia siapa sih, sombong banget." tanya Rain pada Findra. Findra hanya mengangkat bahunya. tanda tidak tahu. lima menit sebelum kelas teman lainnya bermunculan.

secara keseluruhan mereka semua punya modal untuk menjadi seorang idola. tapi entah karena aku yang kurang peka atau apa. mereka terlalu menutup diri menurutku. itu sesuatu yang kurang cocok untuk idola. setiap individu nya memiliki daya tarik masing-masing. tapi wajah mereka semua memenuhi standar untuk idola. cantik dan tampan.

di kelas ini hanya ada tujuh mahasiswa. dari informasi di email, jumlah mahasiswa sastra yang di terima kampus berjumlah 12 orang. itu berarti ini sudah melebihi setengah. itu berarti sudah memenuhi hal yang mendasar. tinggal bagaimana mereka bersinar dan menarik perhatian dunia lebih dari mahasiswa manejemen saja. memang sekarang mahasiswa manejemen lebih banyak. tapi jika kami semua bisa bersinar itu mengalahkan mahasiswa manejemen, itu karena mahasiswa manejemen yang bersinar hanya beberapa saja. itupun hanya tiga teratas dari peringkat yang menjadi pusat perhatian. sedang kami memang diwajibkan untuk berebut panggung. tak heran jika kami tidak saling menyapa.

masalahnya jika aku ingin menyelesaikan kontrak ini. aku harus membuat mereka bisa bekerja sama dengan baik. juga mengurai sifat individual mereka. satu sudah aku dapat, Rain, sisanya harus aku lupakan. maaf Rain sepertinya aku akan memanfaatkanmu.

avataravatar
Next chapter