2 Sistem

hari ini lebih hangat di banding kemarin, Findra memutuskan untuk berlari menyusuri trotoar jalan disekitar tempat penginapannya. jaket tebal masih membungkus tubuhnya, membuat setiap langkah yang dia ambil semakin berat. dua hari lagi akan di adakan tes ketiga yang sekaligus tes terakhir sebelum resmi menjadi mahasiswa world university.

dari pada stres terkurung di kamar dengan persiapan untuk tes itu, pagi ini dia memilih mengubah sedikit pola hidupnya. setiap hari akan ada sesuatu yang harus beda dengan hari kemari. semua ini di lakukan agar dia tidak terikat dengan namanya pola. hari ini misalnya, biasanya dia akan sarapan sebelum olah raga. tapi dia putuskan untuk tidak sarapan. dia akan berolah raga sampai waktu makan siang.

hari bersalju membuat udara terasa tipis untuk di hirup. langkah lari kakinya membawanya sampai pada taman. tentu saja karena hari ini bersalju semua tertutup putihnya. jalan setapak, bangku taman, dan Bantaeng pohon yang tak berdaun terlihat kontras di putihnya salju.

aku kira karena sedang bersalju tidak akan ada orang di taman. tapi diluar dugaan, disini banyak sekali orangnya. Findra memutari pandangannya di sekitar taman dilihatnya sepasang lansia yang sedang duduk di bangku taman sambil bergandengan tangan, saling menghangatkan. juga anak-anak belasan tahun yang sedang bermain lempar salju.

angannya kembali pada teman masa kecilnya, sejak dia masuk SMP yang berbeda, dia yang di kota, sementara Findra masih terbelenggu di desanya. seperti apakah rupanya setelah 6 tahun tidak berjumpa. sempat dirinya mendapat alamat sang kawan tapi setelah menunggu sebulan balasannya surat itu bukan dari kawannya. pemilik rumah lama sudah pindah, begitu yang tertulis dalam surat balasan. tak ada lagi kabar yang dia temukan tentang temannya itu hingga sekarang.

dulu dia sering bermain dengan temannya itu menyusuri sawah yang sedang dalam masa tanam sampai tiba musim panen. berlarian di tengah tengah terik matahari dengan lumpur yang membalut tubuh. menyusuri hutan bagai kera yang bergelayutan di rindangnya pepohonan. mencintai alam tanpa pernah sedikitpun berniat untuk merusaknya. memandang birunya danau dan merasakan belaian angin menyapu wajah dan tubuh diantara Sabana yang luas.

sekarang yang tersisa tentangnya hanya sekedar kenangan dan kemampuan yang di dapatnya bersama dengan si teman. kemampuan yang akan selalu dia jaga dan kemampuan yang sangat berharga. meski jam di pergelangan tangannya menunjukan ini sudah tengah hari, panas marahi seperti tak terasa kulitnya yang sedang dibalut jaket tebal dan di selimuti dinginnya salju.

Findra putuskan menyudahi kegiatannya berolahraga sambil mengingat masa kecilnya. dia kembali menyusuri trotoar jalan menuju penginapannya. sambil berlari tentu saja. Samapi di penginapan segera dia basuh dirinya dengan air mandi yang hangat. lima belas menit ritual mandinya selesai dia segera berpakaian dan keluar untuk makan. perutnya protes, setelah pagi tak di beri makan dan di bawa berolah raga, makan siang pun telat. syukur, di depan penginapan itu ada kedai makanan, tidak besar memang, tapi cukup untuk menyediakan makanan untuk perutnya yang keroncongan.

lagi pula untuk orang dari keluarga yang kekurangan, bisa makan di luar saja sudah suatu yang dianggap mewah. belum tentu juga Findra bisa membayar makanan yang di sajikan di tempat besar itu. perutnya sekarang sudah terisi, Findra siap bertempur lagi dengan segunung buku yang dia bawa untuk di baca. kertas juga memenuhi mejanya. beberapa sudah ada coretan tangan Findra kebanyakan masih kosong. menanti untuk menjadi tepat bercurahnya pemikiran Findra.

menjelang malam Findra kembali turun ke tempat makan yang ada di sebrang penginapannya. makan malam, pikirnya. setelah itu kembali tenggelam dengan buku bacaannya.

esoknya, Findra bangun seperti biasa. yang beda, jika biasanya dia akan langsung bersiap untuk olahraga, hari ini dia memilih untuk lebih lama terbaring di ranjangnya menatap atap. sarapan pagi ini ia lewatkan. olahraga juga ia lewatkan. setelah cukup memandang atap kamarnya Findra membasuh diri dan kembali lagi pada buku-buku yang menggunung itu.

jam makan siang, perutnya tidak bisa berkompromi lagi. perut kosong memang sesuatu yang menghambat kerja otak, kata Findra saat menuruni tangga dan berjalan menuju sebrang penginapan. setelah makan Findra tak segera pulang ke kamar penginapannya. Findra malah pergi ke mini market berjarak dua blok dari penginapannya. di sana Findra membeli beberapa makanan ringan dan dua botol air minum berukuran sedang. ini untuk makan malam ku, jadi aku tak perlu repot lagi untuk turun. ini juga bagus untuk mempertahankan berat badan ku. besok ujiannya, sudah tidak ada waktu untuk semua hal yang makan banyak waktu.

sampai di kamarnya Findra melempar belanjaannya di atas kasur. kemudian kembali pada setumpuk buku itu. buku itu memang tidak berhubungan dengan ujian besok tapi Findra yang gila buku sudah menguasai apa yang akan di tanyakan pada soal besok, jadi untuk apa dia membaca lagi, lebih baik waktunya di gunakan untuk belajar yang belum dia kuasai. begitu kira-kira yang ada di pikiran Findra.

saat otaknya mulai stuck, Findra membuka salah satu bungkus makanan ringan yang di belinya di mini market. kuaci menjadi temannya mengalihkan sejenak pikirannya dari buku bacaan itu. hanya lima menit, Findra kembali dengan tumpukan buku itu. setengah jam kemudian Findra merasa lelah dan kembali stuck dengan buku buku itu. membuat dia kembali memakan kuacinya yang sisa setang. sudah tidak ada kuaci lagi yang bisa dia makan. tapi masih ada dua bungkus keripik kentang yang belum di buka. saat tangan Findra hendak membuka bungkus salah satunya, gerakannya terhenti. Findra kembali memasukan keripik kentang itu kedalam kantong belanjaannya. Findra meminum habis air dalam botol yang menemani Findra belajar tadi dan mulai bersiap tidur.

pagi ini turun salju, dia akan basah jika nekat untuk berolah raga. jadi dia putuskan saja untuk mandi dan sarapan di kedai sebrang penginapan. hari ini adalah hari ujian, katanya yang duduk bersila di atas kasur tangannya sibuk memasukkan keripik kentang kedalam mulutnya. hari masih terlalu pagi untuk terlambat datang ke kampus. jadilah dia termenung di kamar dengan keripik kentang di tangan.

habis keripik kentangnya, Findra bersiap pergi ke kampus melaksanakan ujian terakhir sebelum resmi menjadi mahasiswa di sana. Findra tak ingin kembali ketanah air set lah dia menghabiskan begitu banyak uang untuk biaya hidupnya beberapa hari disini.

Findra berjalan menuju halte bus yang akan membawanya ke kampus itu. sudah tidak ada lagi gumpalan putih beku yang turun dari langit saat Findra menyusuri jalan setapak menuju kelas ujian.

ujian akhirnya di mulai.

lagi-lagi Findra hanya menjawab pertanyaan dengan nilai pas agar dirinya masuk kelas pekerja.

sebelum pengumuman penempatan sub kelas, ada keributan di ruang rapat dewan kampus. salah seorang dosen bersikeras untuk memasukan seorang di peringkat terakhir ke kelas idola. ya, dosen itu adalah dosen yang tahu betapa istimewanya Findra.

" kelas idola adalah tempat saya mengajar Satra. saya akan bertanggung jawab dengan apa yang akan terjadi kedepannya jika sesuatu itu bersangkutan dengan mahasiswa yang saya minta ini." tegas wanita paruh baya yang mengenakan setelan formal dengan jas warna putih bersih seperti salju.

" tapi dengan kualifikasinya, dia hanya akan mampu di tempatkan di kelas pekerja." bantah seorang pria yang duduk di seberangnya. lalu seorang pria lagi yang duduk berjejer terpisah dua kursi yang terisi oleh dosen lainnya juga bicara,

" pak kepala, menurut saya, tidak masalah mengabulkan satu keinginan profesor Ninda." katanya terdengar membela. yang dibalas dengan terimakasih yang dingin oleh profesor Ninda.

" baiklah saya ijinkan Professor Ninda untuk memasukan mahasiswa itu ke kelasnya. segera umumkan pembagian kelasnya. rapat selesai, bubar." kata kepala kampus.

pengumuman sub kelas di umumkan via email. Findra yakin dirinya di terima menjadi mahasiswa di kampus itu. yang menggerakkannya adalah mengapa dirinya yang sudah menahan agar hanya pas untuk masuk kelas pekerja malah masuk kelas idola.

esoknya ia konfirmasi pengumuman itu kepada pihak kampus. sang kepala kamus memintanya untuk bertanya kepada dosen pengajarnya.

saat bertemu dengan dosen pengajarnya dan bertanya kepadanya. Findra barulah menyadari kesalahannya dan terjebak dengan sistem yang pengajarnya buat.

" ahhh, jadi kamu yang namanya Findra. you look good. kamu bertanya kenapa saya memintamu untuk masuk ke kelas idola sampai berdebat dengan dosen lainnya. jawabannya simpel, kamu memberi petunjuk kepada saya yang tidak terlihat oleh orang lain. kamu menahan diri. kamu selalu menempatkan dirimu di urutan terakhir bisa bergabung dengan kampus ini.

" dan untuk orang seistimewa kamu aku rasa tak perlu basa-basi, jadi akan saya katakan langsung. bantu saya membuat kelas Satra menjadi kelas idaman di pendaftaran calon mahasiswa baru tahun depan dan akan saya berikan kamu kemudahan dan saya akan membantumu untuk menutupi identitas mu yang sebenarnya." kata dosen wanita dihadapannya dengan mata memicing ke arahnya.

Findra tertawa dingin sebelum menjawab, " saya kurang berhati-hati, sepertinya saya tidak bisa menolak. tapi saya bisa minta untuk di buatkan kontrak tertulis kan?"

avataravatar
Next chapter