7 Siapa diujung Sana

hari memang cerah, Findra juga menatap matahari terbit seperti biasa. sayangnya, tidak ada yang tahu bahwa dia mengabaikan badannya yang menggigil kerena efek semalam.

ternya membiarkan pintu terbuka di musim dingin terlebih saat malam bukanlah hal yang bagus. kondisinya sekarang menjadi bukti.

meski pemanas ruangan menyala dengan maksimum semalaman, tak mengembalikan kehangatan kamarnya.

hal yang tersisa bagi Findra sekarang hanya harapan, harapan agar dirinya bisa pulih besok. jika tidak, dia akan terpaksa izin tidak masuk kelas, tidak masuk kelas artinya banyak yang terlewat olehnya. dan mungkin rencananya akan mengalami kemunduran. belum lagi ada ujian dalam waktu dekat.

semua yang di pikirkan Findra saat itu hanya menambah berat kepalanya. matahari sudah meninggi, Findra kembali menuju kamarnya.

segera setelah itu dia membersihkan diri dan membuat bubur untuk sarapannya.

" bubur memang paling cocok untuk orang yang sakit." kata Findra sembari melangkah menuju pojok ruangan yang berfungsi sebagai dapur.

tangannya cekatan memegang pisau untuk mengiris bawang sebagai pelengkap buburnya. sesekali mengaduk bubur di panci.

tiga puluh menit kemudian, bubur polos ala Findra selesai. Findra mengambil semangkuk bubur dan di bawanya menuju meja makannya.

tangannya menyuap, tapi matanya terfokus pada hp yang berada disisi kiri mangkuk buburnya. tangan kirinya menantu mengeset layar.

Ding...

sebuah pesan masuk, Findra menatap hpnya, membacanya, kemudian membalas dengan satu tangan. setelahh menyentuh tanda send di hpnya, terdengar suara ketukan di pintu kamarnya.

Findra meletakan sendok ya dan berjalan kearah pintu. pastilah Ranita yang mengetuk, tapi ada masalah apa sepagi ini?, pikir Findra. di bukanya pintu dengan senyum menyapa orang yang ada di depannya.

" kamu sudah sarapan?" tanya gadis di depannya, yang tak lain adalah Ranita. belum sempat aku menyapa sudah dikasih pertanyaan. tapi harus aku jawab juga.

" aku sedang sarapan, kalau kamu belum sarapan ayo masuk! aku buat banyak." Findra membuka pintu lebih lebar mempersilakan Ranita masuk kamarnya.

Findra tak langsung duduk, dia pergi untuk mengambilkan bubur untuk Ranita. kemudian menyodorkan ya pada gadis itu.

gadis itu membuka kotak makan yang di bawanya, sesuatu yang luput dari pandangan Findra tadi saat membukakan pintu untuk Ranita. Findra penasaran, memanjangkan lehernya untuk melihat isi kotak itu.

" apa itu?" tanya Findra.

" aku masak seafood hari ini. sepertinya cocok untuk di makan dengan buburmu?" Ranita mengambil sendok di Maluku buburnya dan mengambil seafood di kotak makan. saat akan menaruhnya dimangkuk Findra, Ranita berpikir sejenak,

" kamu makan seafood kan?"

Findra hanya mengangguk.

oh jadi itu yang di pikirkan nya. dia takut aku alergi terhadap seafood jadi dia terlihat ragu-ragu tadi. jika seperti ini terus berlanjut, apa aku boleh menyimpulkan kalau dia itu suka, atau minimal perhatian sama aku.

dan akhirnya Ranita meletakan seafood itu di mangkuk Findra. keduanya makan dalam diam. selesai makan Ranita menawarkan diri untuk membersihkan peralatan makan. selesai makan Findra melanjutkan chatt nya yang tertunda selama sarapan.

Ding...Ding... Ding...

begitu sering suara itu keluar dari hpnya. Ranita penasaran dengan siapa Findra berbalas pesan, tapi tak ada keberanian untuk bertanya.

selesai mencuci peralatan makan, Ranita kembali duduk di hadapan Findra yang sedang berbalas pesan dengan ber-sender di kursi. senyum tercetak di wajahnya saat berbalas pesan.

Ranita semakin penasaran, tapi tetap tidak berani bertanya. rasa penasarannya dia telan bulat-bulat. yang keluar dari bibir tipis Ranita akhirnya pertanyaan yang lain, jauh dari keinginannya,

" kenapa pagi ini kamu tidak olahraga?"

aduh, bisa nggak sih dia nggak terlalu perhatian gini. aku nggak mau kegeeran. " sedikit tidak enak badan, mungkin kalau siang belum pulih baru beli obat."

" oh..." jawab Ranita seadanya. siapa sih orang di ujung sana. sampai aku ngomong pun dia masih aja terus membaca pesannya. ini mulai menyebalkan.

" ok deh, aku pulang dulu ya! kalau mau di antar aku ada di kamarku. bye!" Ranita berdiri dan berjalan kearah pintu.

" bye bye ..." jawab Findra singkat.

setelah mendengar suara pintu tertutup barulah Findra meletakan hpnya di meja serasa menghembuskan nafas, lega.

fhuuhh, ini baru tiga Minggu aku ada di sini, masak udah ngadepin situasi kayak gini. haduh...., kalau jaga jarak nanti di bilang yang enggak-enggak, tapi kalau begini terus aku bakal jatuh cinta sama dia. bukankah ini sesuatu yang patut untuk di hindari.

satu hal uang tidak di ketahui Findra adalah gadis itu tertarik dengannya lebih awal dari bayangannya.

malam lalu adalah penentu sikap selanjutnya yang akan dia tunjukan kepada Findra. tentu saja Findra tidak menyadarinya.

menurut Ranita Findra adalah orang yang sopan dengan membiarkan pintu kamar terbuka saat dia berkunjung. bahkan Findra rela sakit karena menjaga harga dirinya.

dan Ranita memutuskan untuk bertindak lebih jauh lagi malam itu. dia akan membantu Findra untuk memenuhi kontraknya.

tindakannya pagi ini adalah bentuk dari keinginannya untuk lebih dekat dengan Findra. sesuai harapan semua berjalan lancar, kecuali masalah Findra berbalas pesan itu.

di kamarnya, Ranita berbaring telungkup di ranjangnya, menggelengkan kepalanya dengan kasar, mencoba untuk melupakan rasa penasaran nya tentang pesan-pesan itu.

setelah berkutat begitu lama di ranjang, Ranita duduk,

" ini bukan saatnya memikirkan orang yang berbalas pesan dengannya. aku masih perlu bujuk Angga agar lebih melunak dengan yang lainnya.

di ambilnya hp yang dari tadi membisu di meja belajarnya. di bukanya kolom pesan,

" Angga, apa kabar? kita satu kampus tapi belum sempat menyapa!" di sentuhnya tanda send di layar hpnya. pesan terkirim.

lama Ranita menunggu, tapi belum juga mendapat balasan.

menghilangkan rasa bosan menunggu balasan, di bukanya buku materi kuliahnya. sudah satu jam berlalu tapi belum juga ada balasan yang masuk.

dari buku, Ranita pindahkan rasa bosan menunggunya dengan sebungkus keripik kentang kemasan. baru saja dia akan mengambil isi bukusan itu bunyi Ding... menyambangi telinganya di ikuti menyalanya layar hp di atas meja.

aku harap dari Angga,

kecewa terlihat di wajahnya, ternyata dari teman SMP-nya. tapi kemudian Ranita berpikir, begini juga bagus. sudah lama tak berhubungan dengan mereka, satu pesan membuka jendela. Angga sangat menyebalkan, kalau lagi nggak mau baca pesan dari dia malah pesan darinya memenuhi kontak masuk.

sampai sore, balasan pesan dari Angga yang di tunggu-tunggunya tak juga masuk ke hpnya. kesal, Ranita putuskan untuk mendinginkan pikiran di kamar mandi. air memang obat segala obat pikirnya saat berendam di bak mandi.

setengah jam kemudian Ranita keluar dari kamar mandi mulai berpakaian.

di tiliknya hp di atas meja belajar. Hugh dasar, bahkan sampai saat ini belum di balas. saat akan berbaring di tempat tidur, pintu kamarnya di ketuk. siapa? ini sudah sore, mahasiswa lain pasti sudah pulang. kecil kemungkinan itu Findra. aku memang berharap itu Findra tapi aku tidak mau Findra melihat wajahku yang lesu begini.

langkah kakinya membawanya pada pintu, dan di bukanya pintu ibu dengan wajah tertunduk, begitu pintu di buka suara orang yang membuatnya kesal sepanjang hari menyambangi telinganya,

" akhirnya kamu kirim pesan juga. aku pikir kamu akan terus berpura-pura tidak kenal denganku."

Ranita seketika mengangkat wajahnya, refleks melompat dan memeluk Angga.

" menyebalkan, aku tungguin balasan pesan mu dari pagi, tahu!"

" hehe..., tapi kamu senang kan ngilat aku di depanmu sekarang!" kata Findra balas memeluk Ranita.

Findra menyaksikan adegan itu. ternyata pacarnya, pantas saja berani menjamin perubahan Angga kemarin malam. tapi begini juga baik, setidaknya aku tak akan berharap lagi.

avataravatar
Next chapter