5 Berdua Menatap Senja

Minggu pertama adalah masa tersulit bagi mahasiswa world university. ada banyak yang harus dibiasakan. adaptasi menjadi seleksi alam yang memakan banyak korban di world university. Minggu pertama memang masih bertahan semuanya. ini adalah rekor terbaru di kampus. biasanya baru hati ketiga sedan ada yang mengundurkan diri. seminggu bertahan sudah dibilang baik.

kelas sastra idola juga memecahkan rekor, kelas ini adalah kelas dengan kegiatan kampus paling melelahkan. tapi selama seminggu ini tidak ada yang mau menyerah dan melepaskan kesempatan untuk di kenal dunia.

memasuki Minggu kedua setelah resmi menjadi mahasiswa world university, mahasiswa baru yang bertahan tersisa separuh. yang artinya dari 36 mahasiswa tersisa 18 dari semua jurusan. sekarang komposisi kelas adalah 5 jurusan sastra pekerja, 7 jurusan sastra idola, 2 jurusan manajemen pekerja, dan 4 jurusan manejemen idola. dari situ dapat kita simpulkan jurusan manajemen paling banyak menghasilkan mahasiswa yang keluar. dari 20 mahasiswa manejemen yang tersisa hanya enam.

banyak mahasiswa manejemen merasa salah mengambil jurusan. dan tidak kuat untuk terus berpikir dan menyerap banyak informasi dalam satu waktu. dan yang masih bertahan adalah mahasiswa yang berada di urutan teratas saat melakukan ujian.

hmmm, ini baru dua Minggu tapi sudah berkurang separuh anggota kampus tahunku. pantas saja lulusan kampus ini sangat di nanti oleh perusahaan-perusahaan besar di luar sana. bukankah seleksi alam ini terlalu menakutkan? jika dalam waktu sebulan jurusan sastra pekerja masih ada yang bertahan, mereka berhak untuk di pertimbangkan untuk bersekutu, tapi jika tidak, aku harus mencari sekutu di jurusan manajemen idola. gumam Findra yang sedang berhitung dengan situasi. kala itu hari sudah sore. setiap Minggu mereka memang libur, hal ini sangat ditunggu untuk menghilangkan stres oleh mahasiswa.

karena hari Minggu mereka di ijinkan untuk keluar kampus banyak dari mereka memanfaatkan hal itu untuk mengirim surat kepada keluarga. hari ini hanya Findra yang berada di kampus, karena hari Seninnya mereka libur kebanyakan dari mahasiswa tingkat satu pergi keluar dan menginap Senin sore baru mereka pulang.

hujan salju sudah berkurang akhir-akhir ini, tidak lagi sesering saat Findra baru tiba di kota ini. pertanda musim semi akan segera tiba. musim yang sangat di nanti bagi muda-mudi diluar kampus ini untuk mulai bercinta. tapi untuk muda-mudi yang kuliah di kampus world university bercinta berarti siap menanggung kegagalan dan berakhir dengan di keluarkan.

Findra tidak tertarik bercinta dengan gaya mengikuti musim. baginya cinta itu ada di setiap musim. tak perlu menunggu musim semi untuk bercinta. lagi pula selama ini belum ada gadis yang mampu menandingi indahnya matahari terbit dan terbenam, yang merupakan kecintaannya.

dan kalaupun suatu saat dia jatuh cinta dengan seorang gadis nantinya, dia tidak akan memperlakukan gadisnya seperti teman-temannya memperlakukan wanita yang di cintainya. yang kebanyakan dari mereka adalah merusak gadis itu dan mencapakkannya saat sudah tak ada lagi rasa. Findra menganggap orang yang belaku seperti itu sebagai orang yang payah.

untungnya tak ada yang berani bercinta saat mereka kuliah di kampus ini. itu menunjukan bahwa mereka masih peduli dengan masa depannya.

saat Findra sedang memikirkan tentang sekutu, tentang musim semi dan cinta, langit semakin memerah. Findra tidak ingin melewatkan cintanya, jadi dia segera bangkit dan pergi menuju atap asrama untuk menatap matahari terbenam dan mungkin akan berdiam diri di sana sampai puas.

saat dia selesai menapaki tangga darurat yang menuju atap dan memutar kenop pintu yang menghalanginya dengan pemandangan spektakuler langit terdengar suara desahan nafas orang lain di sana.

karena rasa penasaran itu, dibukanya pintu itu dengan tidak sabar. dan dia melihat gadis berambut abu-abu kebiruan yang merupakan teman kelasnya, Ranita. gadis itu membalik badan saat mendengar suara pintu di belakangnya di buka. beberapa detik mata mereka beradu sebelum akhirnya Ranita memalingkan wajahnya menghadap hamparan pemandangan di depannya. kemudian terdengar suaranya yang datar dan tidak berminat,

" kamu, ternyata..."

" suka senja juga?, sudah berapa lama disini?" tanya Findra yang berdiri mengajari gadis itu.

" ya, mungkin dari jam 3." jawab gadis itu. ini penghujung musim dingin tetapi malam masih lebih lama dari pada siang. matahari akan terbenam jam lima sore, dan gadis ini sudah di sini sejak jam tiga.

" apa kamu tidak ikut keluar? kebanyakan mahasiswa tingkat satu pergi dan menginap diluar, apa kamu tahu?" tanya Findra lagi, sambil menunggu lima belas menit sebelum matahari terbenam.

"aku tahu, kamu bisa mengecualikan aku dari kebanyakan orang itu. kamu sendiri?" tanya balik gadis itu.

" kamu juga bisa mengecualikan aku dari kebanyak orang itu." jawab Findra. sisa penantian itu hanya di isi kediaman dari keduanya. hikmat menatap langit jingga, sambil memeluk diri sendiri. dingin tetap terasa oleh Findra meski tubuhnya sudah di bungkus jaket tebal. sedang gadis itu sepertinya baik-baik saja dalam kondisi seperti ini. mungkin dia sudah biasa, atau dia tidak ingin terlihat lemah didepan mata Findra.

langit akhirnya sempurna dibungkus gelap dengan jutaan berlian yang menghiasi menggantikan matahari. tanpa di sadari oleh Findra ternyata Ranita sudah kembali tepat matahari menghilang. Findra yang mungkin terlalu hikmat atau Ranita yang begitu tak bersuara saat meninggalkan atap. keduanya mungkin terjadi.

puas menatap jutaan berlian di langit dan dingin yang tak mampu di tahan lagi membawa Findra pergi dari atap menuju kamarnya. segera setelah sampai Findra langsung membersihkan diri dan berbaring di kasurnya yang empuk dan hangat. rasanya sangat tidak ingin dia berpisah dengan kasurnya.

jam 7 malam terdengar suara ketukan di pintu kamar Findra. dengan memeluk gulingnya, Findra melangkah menuju pintu. suara ketukan di pintunya terdengar lagi,

" iya, sebentar..." itu tidak mungkin Rain, Rain bilang dia akan menginap di tempat sepupunya yang tak jauh dari kampus. lagi pula dia memiliki kunci kamar dia tak perlu mengetuk untuk dibukakan pintu. terus siapa yang mengetuk pintu di malam yang dingin ini. tanya Findra dalam hati.

Findra sudah berdiri di depan pintu, salah satu tangannya masih memeluk guling, tangan lainnya memutar kenop pintu. Ranita, ngapain dia kesini? sebelum bertanya apa yang di pikirkan nya, Ranita bersuara lebih dulu,

" ini...." Ranita menyodorkan kotak makanan yang luput dari pandangan Findra tadi. " aku masak lebih, bantu aku mengahabiskannya" kata Ranita.

" oh..., terimakasih." setelah menerima kotak makan itu, Findra bingung harus mengatakan apa. jadi dia diam saja. kalau dia mengajak Ranita masuk kamar, mereka hanya akan berdua. Findra tidak mau gadis itu berpikir bahwa dirinya mesum. tapi hatinya juga merasa tidak enak jika harus segera menutup pintu kamarnya. itu tidak sopan, terlebih lagi gadis itu memberi makanan untuknya.

tahu akan kecanggungan yang di alami oleh orang di hadapannya, Ranita memutuskan untuk mengambil inisiatif,

" boleh aku masuk...?"

avataravatar
Next chapter