webnovel

BAB SATU (ivanna datanglah)

Bangunan hotel ini sepertinya sudah berdiri sejak lama. Kulihat hilir mudik sosok sosok menyerupai noni Belanda, belum lagi suara anak kecil yang bisa dipastikan bukan manusia. Saat yang tepat untuk menulis, pikirku.

Dan malam ini, yang terlintas didalam kepala ku hanyalah sosok perempuan Belanda yang pernah membuat ku ketakutan. Ivanna, ya... Ivanna, hantu perempuan yang kerap marah dan mengusir ku dengan kasar jika melintas di dekatnya.

mataku terpenjam, mencoba memanggilnya dengan caraku.

"IVANNA... IVANNA... DATANGLAH."

Tak ada yang datang. seolah dia enggan menyapa. Padahal, sudah sejak lama aku berusaha menyapa sosok Ivanna lewat karya tulis, juga lewat lagu yang pernah ku buat tentang nya.

Rasa-rasanya aku ingin menyerah. Apakah sebaik nya kutulis sosok lain saja?

Namun, tetap saja Ivanna yang terbayang di dalam kepala.

Kututup laptop, lalu beranjak keluar dari kamar, menuju ballroom hotel tempat sebuah acara yang harus ku hadiri. Lorong menuju lift lantai ini rasanya membuat bulu kuduk ku berdiri. Aku sedang tak ingin berinteraksi dengan sosok-sosok hantu baru. Kupenjamkan mata batin ini, mencoba menolak siapa pun yang ingin muncul menyapaku.

Langkah ku berbelok menuju koridor depan lift. Dan tiba tiba, lampu koridor itu mati, membuatku kaget dan sangat ketakutan.

"siapa di situ?" Aku bertanya spontan. Hening, tak ada jawaban. Bukan hantu yang ku takutkan, sebenernya aku lebih khawatir pada orang jahat/ mungkin sekedar menjahiliku. Setelah kupastikan itu murni kesalahan teknis, kulangkahkan kaki kembali menuju lift meski keadaan gelap.

kurogoh saku, berniat untuk menyalahkan lampu telepon genggam karena keadaan benar benar gelap. keringat mengucur dan pelepis, ada perasaan lain yang muncul. Ketakutan ku berkembang ke hal yang lain, dan yang kutakutan sekrang adalah sosok Ivanna, yang bisa saja muncul dari kegelapan koridor.

Dari sudut sebelah kanan mata. kulihat sosok tinggi di pojok koridor. Aku menerus kaget, langsung mengarahkan telepon genggam ku ke arah sana. Aku kembali menjerit tatkala sosok itu semakin terlihat... perempuan yang jelas sedang melototiku dengan galak!

Beruntung pintu lift terbuka sesaat setelah ke jadian itu. aku bergegas masuk, nyaris tersungkur, napasku tak berarturan.

Aku takut sekali...

Ternyata, seberapa aku takut kalau Ivanna benar benar datang.

>----------●---------<

~ bersambung~

Next chapter