3 3

Akhirnya. Setelah melewati masa-masa sulit, masa-masa dimana gue berasa jadi pecundang karena dibentak gajelas, masa-masa dimana gue kaya orang bodoh karena harus pake atribut aneh-aneh. Akhirnya gue resmi jadi siswa SMA.

Tapi ada satu kejadian yang buat gue cukup terkesan, karena di hari terakhir MOS itu ada acara pembagian surat cinta, coklat, dan juga bunga untuk panitia-panitia MOS. Oke, ini mungkin agak sedikit sombong, tapi memang benar adanya. Karena pada saat acara tersebut, bukan cuma kakak-kakak panitia yang dapet surat, bunga dan coklat. Tapi gue, Aksa, Ezra, Dipa, dan Johnny, kita berlima ikut dapet juga, malahan ada beberapa kakak panitia perempuan yang ngasih coklat buat kita.

Setelah kejadian itu, kita berlima jadi bahan omongan. Apalagi dikalangan para siswi, mau itu yang seangkatan atau kakak kelas, kita berlima masih jadi bintangnya.

Maklum, kita emang terlalu tampan.

--

"Moza gaseru! Sosoan Ambisius masuk IPA, mana kelasnya unggulan lagi" ledek Johnny begitu gue baru aja sampe di kantin. Gue sama yang lainnya emang kepisah, gue sendirian di jurusan IPA sementara mereka berempat masuk jurusan IPS. Satu kelas pula.

"ya atuda kumaha, orang pinter mah kieu da" (ya mau gimana, orang pinter tu ya gini) bales gue sambil menyugar rambut ke belakang disertai senyuman tengil.

"najisun!" semprot Dipa sambil melempar gulungan tisu yang gue gatau itu bekas apaan.

"kampret Dipa! itu bekas apaan?!"

"lebay lo! baru juga gue ambil" cibir Dipa.

"Za" Panggil Aksa.

"Naon?" (apa?)

"coba, gue mau tanya. Punya temen ga lo?" saut Aksa dengan muka nantangnya.

"wah ngeremehin... ya jelas- gapunya lah" bales gue dengan muka yang pasrah. Ucapan gue barusan dibales dengan tawa yang sangat puas oleh mereka berempat.

Karena sebenernya pertanyaan dari Aksa tadi tidak perlu gue jawab. Mereka pun harusnya udah tau jawabannya apa. Kebetulan kelas gue ini unggulan, jadi isinya cuman 25 orang, itupun kebanyakan cewek. Sementara anak cowoknya udah beda kasta banget sama gue, kalo kata anak gaul sunda mah teu in*

"Kasian banget gue sama lo, makanya.. pas tes penjurusan jangan semua diisi bener, jadinya pinter kan lo" lanjut Aksa lagi yang masih tertawa.

"udah-udah watir* si Moza. Za, karena kita berempat baik sama lo. untuk istirahat sekarang lo kita jajanin, tapi ntar istirahat kedua gantian lo jajanin kita yah" gue hanya mendelik ucapannya Ezra yang ga menghibur sama sekali.

"Ekhem! permisi kakak-kakak" Kita berlima sontak menolehkan kepala begitu ada sekumpulan siswi nyapa kita tiba-tiba.

"kenapa panggil ka? kalian anak baru bukan?" ucap Ezra dan dibales dengan anggukan oleh mereka semua. Jangan lupa senyuman malu-malunya.

"ada apa ya?" timpal Dipa.

"Eum, kita pengen minta follback. Tadi kita abis follow kalian di AG" jawab salah satu dari kumpulan siswi itu.

"oke. Nanti kita follback kalian yah" bales Johnny sambul tersenyum lembut ke arah mereka, tentu aja senyumannya Johnny ini bikin mereka jadi kegirangan.

"Makasih! ini buat kalian!" saut mereka sambil menaruh 5 kotak makanan untuk kita masing-masing, Setelahnya mereka pun pergi.

"Gila, Jadi orang ganteng tu giniya ternyata" celetuk Aksa sambil membuka kotak makanannya.

"Gue dulu waktu SMP gapernah diginiin da" sambung gue yang dibales anggukan setuju sama yang lain.

"inimah kita cocok kayanya jadi bintang film, apasih judulnya teh, si epseu tea" saut Ezra dengan muka geregetnya karena sedang mengingat-ngingat judul film

"taman meteor?" celetuk Johnny dan langsung dibales dengan gebrakan meja oleh Ezra "Tah bener! taman meteor" saut Ezra dengan semangat.

"Tapi mereka kan berempat. Kita berlima" bales gue dengan bodohnya malah nanggepin obrolannya Ezra yang sebenernya ga penting-penting amat.

"si Dipa piceun weh, bae" (Dipa aja yang dibuang, biarin)

"hayu musuhan jeung urang Zra" (ayo musuhan sama gue Zra)

--

Sepulang sekolah, gue mutusin untuk pulang ke rumahnya Aksa. Sementara yang lainnya punya acara sendiri-sendiri.

Tujuan gue pengen main kerumah Aksa sebenernya tidak lain dan tidak bukan ingin bersilaturahmi sama Bianca,- ngomongin soal Bianca, gue ini berasa digampar sama realita. Gue biasanya gabegitu percaya soal cinta pada pandangan pertama, tapi setelah ketemu Bianca semua itu sirna.

Gue semakin disadarkan sama semesta kalau gue ini mulai suka sama Bianca, maka dari itu gue beraniin diri untuk follow dan chat dia duluan. Voila! usahha tidak mengkhianati hasil, gue sama Bianca jadi semakin deket.

Walaupun deket disini punya arti temen baru deket. Tapi buat gue gamasalah yang penting ada pergerakan dari diri gue sendiri.

Awalnya, Aksa sempet bawel sama gue sebenernya, karena dia mikirnya kalau gue tu modus. Udah pasti gue ngelak, walaupun emang bener. Gue beralibi sama Aksa kalau gue pengen deket sama Bianca biar afdol aja, karena gue deket sama keluarganya yang lain, masa sama Bianca engga. Untungnya Aksa iya iya aja waktu gue bilang gitu.

Sesampainya dirumah Aksa, kita berdua disambut sama dua adik laki-lakinya Aksa yaitu Cakra sama Deon. "ngapain kalian ngedemplok disitu?" tanya Aksa begitu dia melepas helmnya.

"aa*, laper" rengek Deon, adiknya Aksa yang paling bungsu.

"emang di dalem gaada siapa-siapa?"

"gaada.. Ibu lagi dirumahnya bu RT, terus gabawa hp, kalo teteh belum pulang" jawab Cakra.

"kenapa kalian ga nyusul kerumah bu RT?"

"males A, ntar malah ditanyain yang aneh-aneh"

"yaudah. Kalian tunggu sini, aa beliin dul-"

"ikut a!" saut mereka berdua barengan.

"yaudah. Za, lo tunggu sini aja ya. Ga apa-apakan?"

"iya santai aja"

--

Gue gapaham, Aksa beli makanan ke Sabang, ke Merauke, apa ke Planet Jupiter. Gue udah ditinggalin hampir satu jam lebih, dan sedari tadi gue cuman tiduran di kasurnya Aksa sambil mainin hp. Intinya gue bosen.

Gue sempet telfon dan spam chat berkali-kali ke Aksa, tapi jawaban dia malah "bentar kampret. gasabaran bangetsi"

Karena udah kelewat bosen, akhirnya gue keluar dari kamar Aksa. Gue kepikiran mau diem di halaman belakang, lebih tepatnya di ayunan yang selalu jadi tempat favorit gue.

Begitu gue buka pintu- "AKSA JELEK!" Gue dikagetkan sama teriakannya Bianca. Tapi kayanya dia juga kaget sama gue.

"Moza ih, ngagetin tauga!" keluh Bianca yang terjongkok sambil mengelus dadanya. Gue yang sebelumnya sempet kaget, langsung berubah jadi senyum-senyum sendiri liat Bianca sekarang.

"ya maaf.. Gue juga kaget liat lo" bales gue sambil mengulurkan tangan untuk membantu Bianca berdiri.

"lo sendirian? Aksa kemana?"

"iya, Aksa lagi keluar beli makanan sama Deon sama Cakra"

"hah? lo tau nama ade-ade gue? ko bisa? bukannya lo sama Aksa baru deket?" Bianca bertanya dengan wajah kagetnya, dan itu terlihat lucu untuk gue.

"oh, gue belum bilang ya? Aksa gabilang juga?"

"bilang apaan?"

"gue temenan sama Aksa dari SMP, terus sering main kesini juga. Makanya bisa kenal sama dua ade lo itu. Sama ibu ayah juga kenal"

"oh gitu ya.. Terus, lo mau kemana?"

"Pengen ke halaman belakang, bosen"

"ntar gue susulin, bentar ya! pengen ganti baju dulu"

"oke"

*Watir = Kasian

*Teu In = Teu itu engga, In itu masuk. jadi Tidak masuk alias ganyambung.

*aa = Panggilan untuk kakak laki-laki, sama kaya akang, mas, abang.

avataravatar
Next chapter