11 11

"Eh tapi Za.. lo deket sama Bianca bukan karena lo pengen deketin dia kan?"

gue terdiam beberapa saat begitu Johnny bertanya seperti itu ke gue. Sebenernya gue udah duga dia bakal nanyain Bianca, tapi gue juga ga menyangka kalau Johnny bisa secepet ini punya ketertarikan ke Bianca.

"Za, kenapa diem" Gue kembali tersadar begitu Johnny mukul kaki gue pelan. Seketika gue langsung tersenyum kikuk, entah kenapa gue jadi bingung sendiri. Apa gue harus jujur juga sama Johnny soal tujuan gue deketin Bianca? Tapi disini gue baru aja bangun pertemanan sama Johnny.

"Za. Kesambet ya lo?" lanjut Johnny lagi.

"Engga.. gue ga kenapa-napa"

"Jawab heula pertanyaan urang ih!" (jawab dulu pertanyaan gue ih)

"yang mana?"

"lo, deketin Bianca.." ucap Johnny. Kali ini dia mulai nunjukin tampang seriusnya, gue menghela nafas kasar lalu menggelengkan kepala. "gue deket sama Bianca emang karena pengen deket aja. Gue kan sama keluarga Aksa yang lain deket semua, gamungkin kan gue asing sama Bianca? maksudnya ya biar sekalian afdol aja gitu gue kenal semuanya.. lagipula gue juga pengen nambah temen, terus pengen juga punya sodara cewek. lo galupa kan John? Gue pernah bilang sama lo pengen punya adek cewek " jawab gue yang pada akhirnya lebih milih pertemanan gue dengan Johnny.

"iya.. Gue inget. Bianca emang ade-able sih, tapi dia tu pacarable juga.." bales Johnny sambil terkekeh, sementara gue hanya tersenyum simpul sambil berdoa dalam hati semoga Johnny cuma bercanda.

"Za.. Tapi gue serius, bantuin gue-"

"Moza!" ucapannya Johnny terputus karena suaranya Bianca mengintrupsi kita berdua. Sontak kita pun sama-sama menoleh dan menemukan Bianca yang berdiri di ambang pintu, "oh! kalian lagi ngobrol ya? gue ganggu ga?"

"engga ko, Kenapa Bi?" bukan. itu bukan gue, tapi Johnny yang menjawab. Padahal tadi Bianca tu manggil gue bukan Johnny.

"ini pengen minta tolong ke Moza hehehe" jawabnya sambil tersenyum kikuk. Gue pun langsung beranjak dari ayunan kemudian menghampiri Bianca "kenapa?"

"anterin gue ke Monumen" jawabnya yang malah mengundang kerutan di dahi gue, "ngapain?"

"bukan ke monumennya.. itu di sekitarnya kan banyak tukang fotocopy, gue mau ngejilid tugas katanya disana murah, gue mau minta anter Aksa tapi dia mager" jawabnya yang lansung gue bales dengan anggukan.

"yaudah ayo. Gue bawa ke tempat langganan gue aja. Mau?" tanya gue yang dibales anggukan kepala sama Bianca.

"Johnny, maaf ya Mozanya dipinjem dulu" ucap Bianca ke Johnny yang masih tetap berada di tempatnya. Johnny hanya membalas ucapan Bianca dengan anggukan kepala disertai senyuman. Yang jelas gue gapernah ngeliat Johnny senyum kaya gitu.

--

Sampe sini ternyata tukang fotocopynya penuh, awalnya Bianca mau ditempat lain, tapi gue maksa biar disini aja. Soalnya gue kenal sama yang jaga, dan suka dikasih diskon.

Sambil nunggu kosong, kita berdua nunggu didepannya. Bianca duduk di atas motor gue, sementara gue berdiri di depannya sambil mainin hp.

"Za" Panggil Bianca. Gue pun mendongak sambil menaruh hp gue kembali di saku celana.

"kenapa?"

"haus" jawabnya sambil melekukkan bibirnya ke bawah tanda sedih. Gue melihatnya langsung terkekeh lalu mengusak rambutnya gemes, "yaudah. Gue beli minum dulu. Kalo disana kosong, pindah kesana ajaya" ucap gue yang dibales anggukan sama dia.

Sekembalinya gue beli minum. Ternyata udah gilirannya Bianca yang dilayanin, gue pun menghampiri dia dan langsung nyapa A Rifqi- Salah satu yang jaga disini. "A rifqi!" sapa gue sambil mengangkat tangan untuk ngajakin tos.

"eh Za! kamana wae?" (eh Za! kemana aja?" bales a Rifqi.

"aya wae didieu" (ada aja disini) bales gue sambil tersenyum.

"nganteur kabogoh?" tanya a rifqi sambil nunjuk Bianca dengan dagunya seraya nunjukin senyum jail.

"bukan lah.. Adi urang ieumah" (bukan lah, ade gue inimah)

"suganteh kabogoh" (kirain pacar) ucap a rifqi ketawa lalu berlalu sambil ngebawa tugasnya Bianca untuk di jilid.

"se deket itu lo sama yang jaga disini?"tanya Bianca sambil terkekeh. "kan gue bilang, disini tempat langganan gue.."

"ya kirain kan ga nyampe kenal juga" jawab Bianca yang gue bales dengan senyuman lebar.

--

Setelah selesai sama urusannya Bianca, kita berdua mutusin untuk pulang. Tapi sialnya adalah, baru banget gue mau nyalain motor, gapake salam, gapake basa-basi hujan tiba-tiba turun. Alhasil gue sama Bianca balik lagi ke tukang fotocopynya untuk neduh.

"yah Bi, hujan.. gimanadong?" ucap gue.

"yaa yaudah, hujan mah ya hujan aja.." bales Bianca sambil duduk di salah satu kursi kosong.

"mau neduh di sebrang ga? sekalian makan" tawar gue yang dibales gelengan kepala sama Bianca.

"disini aja.. gue males ujan-ujanan" gue hanya ngangguk lalu narik kursi kosong satunya lagi, kemudian gue duduk di samping Bianca sambil menatap air hujan yang turun cukup deres.

Entah kenapa, lagi diem kaya gini gue jadi tiba-tiba kepikiran sama ucapannya Johnny tadi. Gue menolehkan kepala natap Bianca yang lagi mainin hpnya, dari samping muka Bianca ini udah keliatan cantiknya. Apalagi dari depan, selain cantik, muka dia juga imut. Ga heran kalau Johnny bisa aja kehipnotis secepet itu sama parasnya Bianca.

Sadar diliatin sama gue, Bianca pun menolehkan kepalanya sampai matanya bertemu dengan mata gue, dia mengangkat kedua alisnya sambil bertanya, "kenapa?"

"lo pernah pacaran ga?" tanya gue tiba-tiba. Entahlah, pertanyaan itu tiba-tiba aja keluar dari pikiran gue.

Bianca keliatan sedikit bingung sama pertanyaan gue, tapi galama setelahnya dia langsung menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "belum, kenapa?"

"serius? sama sekali?"

"iya.. gue belum pernah pacaran sama sekali.. lo?"

"pernah sekali, tapiya cinta monyet ajasih itumah. Cuman 3 bulan doang" bales gue sambil bergidik geli kalo nginget jaman dimana gue pacaran dulu.

"sebentar banget.. kasian ceweknya ya"

"kalo lo tau yang sebenernya, pasti orang yang lo kasianin itu gue"

"kenapa emangnya?"

"soalnya ceweknya tu nerima gue karena kepaksa.. jadiya dia mutusin gue gitu. Lagian dulu kalo dipikir-pikir, waktu gue pacaran sama dia, geli tauga" Bianca ketawa denger cerita gue, seakan-akan itu hal yang lucu banget buat dia.

" ya ampun.. kasian banget, ternyata muka ganteng juga pernah disia-siain sama cewek ya" bales Bianca sambil lanjut ketawa.

"puas banget ketawanya neng" sindir gue. Tak lama ketawanya Bianca pun terhenti, berganti dengan tatapan sendu, "tapi seengganya lo tau rasanya suka sama lawan jenis tu kaya gimana" ucapnya dengan nada yang putus asa.

"dulu gue tu fokusnya belajar, fokus sama keluarga, terus sama fokus cari temen doang.. gaterlaku mikirin soal cinta cintaan. Karena gue mikirnya Pacaran itu wasting time. Tapi setelah Lintang punya pacar, gatau kenapa gue jadi ngerasa iri aja sama dia. Maksudnya tu ya, gue juga pengen gitu ngerasain suka sama lawan jenis, pengen tau rasanya kaya apa."

"ya kenapa lo ga coba?"

"ya emang suka sama orang tu segampang beli gorengan?" bales Bianca dengan nada sebelnya, gue hanya terkekeh liatnya.

"Tapi Za, lo mau tau sesuatu ga?"

"apa?"

"Aksa pernah bilang sama gue, emang sih kesannya konyol. Tapi gatau kenapa gue kemakan sama omongannya"

"apaan emang?"

"kata Aksa, pacaran tu bikin bego. Emang iya?"

avataravatar
Next chapter