4 First Day Festival

Ayah dan ibuku pertama kali bertemu di restoran ini.

Restoran ini punya sejarah tersendiri bagi keluarga kami. Meski sekarang anggota keluargaku hanya menyisakan ayahku seorang, tapi tradisi keluarga kami masih berjalan sampai sekarang.

Restoran ini tidak terlihat mewah, bahkan bisa dibilang cukup biasa.

Meja yang tertata rapi dan dinding-dinding yang terbuat dari kayu mengesankan kalau restoran ini terlihat cukup sederhana namun elegan.

Sejak aku masuk SMA, ayahku mulai sibuk dan selalu pulang larut malam.

Meski begitu, ayahku masih menyempatkan diri untuk makan malam di restoran ini.

Saat kami makan disini, ayahku selalu menceritakan tentang masa lalu yang dia alami bersama ibuku dan bagaimana tentang kakakku saat kecil. Ekspresi wajahnya selau terlihat sedih saat menceritakan kisah itu.

"Kalau kita pindah berarti kita harus mencari restoran baru" Ucapku.

"Maaf yah, ayah tidak bisa menolak tawaran itu"

"Ini bukan salah ayah"

Ayah tersenyum kecil setelah mendengar ucapanku.

"Kau sudah tumbuh menjadi pria yang bisa diandalkan yah"

Aku merespon kalimat itu dengan ikut tersenyum juga.

X--X

Di dalam gimnasium ini semuanya terlihat gelap kecuali panggung yang berada di hadapan kami.

Dari panggung itu berdiri seorang ketua OSIS yang sedang berbicara dengan nada yang cukup antusias.

"Apa kalian sudah siap untuk festival!?"

"Yeaaaaaaah!"

"Sebelum itu! Ayo kita berdansa!"

Suara musik dansa tiba-tiba memenuhi ruangan ini dengan begitu hebohnya.

Ditemani oleh suara musik dansa yang begitu energik, grup dansa tiba-tiba tampil di panggung yang disorot cahaya itu.

Beberapa orang mulai ikut berdansa mengikuti irama musik yang diputar di gimnasium ini.

Satu-satunya penerangan yang menerangi gimnasium ini adalah lampu sorot yang menyorot tepat ke panggung.

Orang yang berada di atas panggung pastilah orang yang spesial.

Orang sepertiku memang lebih cocok berada di sudut ruangan dimana orang-orang tidak akan memperhatikanku.

Aku menatap kosong ke arah panggung.

Tempatku seharusnya bukan disini.

Kalimat itu yang terpikirkan olehku saat berada di tempat ini.

Dengan perasaan semacam itu, aku menunggu acara pembukaan selesai dengan tatapan yang kosong menatap sekumpulan orang yang berdansa dengan hebohnya.

X--X

Lorong ini dipenuhi oleh berbagai dekorasi.

Di langit-langit terdapat beberapa balon yang menggantung di atas dan beberapa dekorasi lainnya seperti poster yang menempel di berbagai dinding dan banyak dekorasi lainnya.

Lorong kelas begitu ramai dipenuhi oleh orang-orang. Ada beberapa orang yang sudah memakai kostum kelas seperti kostum koboi dan bahkan kostum Mario Bros lengkap dengan aksesorisnya.

Mereka begitu bersemangat sekali.

Hari ini aku belum menginjakkan kakiku di kelas sama sekali. Aku sejak tadi berkeliling sekolah untuk melihat suasana festival tahun ini.

Tahun ini terasa sama seperti kemarin. Yang membedakannya adalah aku kelas 2 saat ini.

Dari lorong jendela, aku bisa melihat lapangan basket dipenuhi oleh orang-orang yang sedang menonton pertandingan basket.

Aku yakin orang yang sedang bertanding adalah orang-orang yang menikmati masa mudanya. Orang-orang yang pasti akan berkata dengan yakinnya kalau masa SMA adalah masa yang paling indah.

Lalu, bagaimana dengan orang yang disana.

Tidak jauh dari lapang basket, ada seseorang yang berjalan dengan kikuk diantara orang-orang. Kedua lengannya memeluk buku dengan erat layaknya nyawa mereka sendiri.

Apa orang semacam dia merasa kalau masa SMA adalah masa yang paling indah? Kurasa tidak.

Cara hidup setiap orang berbeda-beda, maka dari itu masa SMA yang mereka jalani akan berbeda-beda pula.

Aku tidak punya harapan yang aneh tentang masa SMA-ku ini, aku hanya ingin melewati masa SMA ini dengan nyaman dan tenang.

Aku akhirnya sampai di depan kelasku.

Kelasku sudah membuka stand makanan tepat di depan kelas dan kalau tidak salah di dekat lapang bola juga, ada stand makanan kami.

Beberapa orang dari kelasku, sudah memakai kostum hewan, seperti gajah, harimau dan... Kera? Hari pertama dia sudah memakai kostumnya? Apa kepalanya terbentur sesuatu?

"Tidak seperti biasanya ya"

"Ini gara-gara kemarin, sial, aku sedang tidak beruntung" Dio tersenyum kecut.

"Lagipula jika kau tidak memakai kostumnya kau sudah cukup mirip dengan kera"

"Berisik Kau, dasar orang kuno"

"Itu kan su-"

"Hentikan perkelahian kalian dan cepat bayar uang patungan kostum dan bahan makanan"

Seorang gadis yang memakai kostum kelinci menghampiri kami dengan wajah yang terlihat marah. Dalam keadaan biasa, dia ini cukup cantik, tapi dia ini adalah salah satu gadis yang paling galak dalam kelasku. Kau bisa mengetahui dari sorot matanya yang begitu menakutkan. Gadis ini seorang Sekretaris.

Meski begitu... Kurasa Dio punya solusi atas masalah ini

"Bukannya aku sudah bayar?" Ucap Dio dengan nada datar.

"Aku juga"

Kami berdua mengeluh.

"Kalau sudah, aku tidak akan menagih kalian!"

"Coba kau cek lagi" Dio berkata dengan nada acuh sambil menatap padaku kemudian mengangguk.

Aku sudah tahu apa maksudnya.

"Jangan mengalihkan perhatian lagi! Trik murahan itu sudah tidak mempan lagi padaku!"

"Apa yang kau maksud?"

"Cepat bayar!"

"Ba-baik" Ucap kami berdua bersamaan.

....

Kami meratapi nasib kami berdua setelah uang kami dirampok oleh sekretaris kelas.

Meski disini banyak stand makanan, namun kami tidak bisa membeli makanan apapun. Singkatnya kami sekarang menjadi gembel.

"Sial, hal buruk apa yang akan terjadi nanti?"

"Entahlah, mungkin kau akan tersengat lebah atau semacamnya"

Kami berdua menatap lapangan basket dari jendela lorong kelas.

Orang-orang yang berlalu-lalang melihat ke arah Dio dengan tatapan seperti sedang meledek, bahkan ada beberapa orang yang tertawa sambil berkata "sekarang monyet sudah bisa sekolah yaa~"

"Dasar sialan. Aku sudah muak dengan ini!"

Saat Dio mencoba melepaskan kostumnya, ada seorang gadis yang berambut ponytail menarik kostumnya dari belakang.

"Apa yang kau lakukan?" Nadanya begitu dingin.

"Aa-hhh, aku cuma... Aku harus ke toilet, aku tidak bisa pergi ke toilet dengan pakaian seperti ini"

"Jangan mengalihkan perhatian, ayo cepat ikut aku"

"Baik, baik, baik, tolong jangan tarik pakaianku!"

Memangnya apa yang dia lakukan kemarin?

"Kau tidak membantu pekerjaan OSIS?" Ucapku.

"Hari ini aku dapat bagian menjaga stand makanan di area luar"

"Tidak diundi seperti tahun kemarin?"

"Kau tidak lihat grup kelas?"

"Aa-hhh, aku lupa" Aku tidak bisa bilang kalau aku sengaja mengganti akun line karena notif pemberitahuan dari grup begitu mengganggu.

"Jangan lupa besok giliranmu menjaga stand" Ucap Helena sambil menarik Dio pergi.

Apa aku harus bolos sekolah saja besok?

Dalam sebuah keramaian ini, aku hanya berjalan sendirian tanpa tujuan layaknya seorang pengembara.

Di tembok kelas 2 A aku bisa melihat ada papan tulis bertuliskan kalimat 'rumah hantu.

Serius, apa bagusnya rumah hantu?

"Apa kau mencoba? Hari pertama kita punya diskon"

Seumur hidup aku belum pernah masuk rumah hantu dan aku tidak berniat masuk kedalam sana sampai kapanpun.

"Arkhhhh! "

Dari salah satu pintu kelas itu, ada seorang gadis yang keluar dengan wajah ketakutan.

Rambut panjangnya terlihat begitu mempesona. Wajahnya terlihat merah padam dan keringat bercucuran di mana-mana. Nafasnya terengah-engah badannya sedikit menunduk dan dia seperti menggumamkan sesuatu.

Aku tidak menyangka Elina takut dengan hal semacam ini.

Setelah dia bangkit, mata kami bertemu. Elina menatap sinis ke arahku.

"Apa yang kau lihat?"

"Tidak ada" Aku mengalihkan pandanganku.

"Bohong"

Serius, apa dia punya kekuatan supranatural?

avataravatar
Next chapter