8 A Vicious Cycle

Setiap hal yang terjadi pasti ada maknanya.

Lalu, apa yang akan aku lakukan ini akan punya makna juga?

Tempat ini sudah akurat dengan yang diberitahukan oleh Dio.

Tempat ini berada di belakang bangunan pabrik yang tidak terpakai lagi.

Lokasi tempat ini berada di sekitar pasar, jadi saat menjelang malam, tempat ini pasti sepi.

Saat kami sampai di belakang gedung yang dibicarakan oleh Dio, kami disambut oleh tatapan dingin mereka.

Pada awalnya aku pikir belakang gedung ini kosong, tapi ternyata ada beberapa barang seperti kursi, sofa rusak, meja dan beberapa tong yang sudah tergeletak.

Di tempat ini kurang lebih ada sekitar 4 orang, mereka duduk sambil merokok dan beberapa diantaranya ada yang sedang minum alkohol. 3 dari orang itu aku bisa mengenalinya, Rio, Renald, dan Felix.

"Serius,tatapan mereka menakutkan. Jika tahu begini, aku tidak akan ikut"

Memang benar tatapan mereka begitu menakutkan.

"Berisik, aku butuh tim pukul kali ini. Suruh siapa kau muncul di hadapanku tadi"

"Hei,aku rasa aku pernah melihat dua orang itu dan bukankah itu Felix?"

"Kita kan memang ingin menghajar orang itu"

"Hei, kapan kau bilang begitu?" Ucap Fian datar.

Dari belakang aku bisa merasakan ada orang yang datang.

"Siapa mereka?"

"Babu baru?"

Ucap kedua orang yang kini sedang berdiri di belakang kami.

"Wooaaa! Dia! Mau apa kau kesini b*ngsat" Felix kini terkejut sambil menunjuk ke arah kami.

Reaksinya sangat terlambat karena dia sedang terpengaruh oleh alkohol, kau bisa mengetahui dari matanya yang berwarna merah.

"Kau kenal?" Ucap salah satu orang yang duduk di sofa sambil merokok.

"Dia orang brengsek yang menghajarku dan anak buahku!"

"Sial, kita pasti mampus!"

"A-apa yang mereka mau?"

"Mereka hanya berdua, apa yang kalian takutkan?" Ucap seseorang yang sedang merokok tadi.

"Bodohnya mereka, datang kesini hanya berdua"

"Datang hanya untuk dihajar ya?"

Kami berdua secara bersamaan menengok ke belakang tanpa bicara sedikitpun.

"Apa? Apa yang kau lihat!?"

"Jangan sok berlagak b*ngsat"

Salah satu dari mereka mulai melayangkan pukulannya, tapi dengan gesit Fian menghindar dan melayangkan pukulan balasan ke arah perutnya.

Brukk!

Pukulan itu membuat pria itu tersungkur dan teman yang berada di sampingnya hanya menatap ke arah temannya dengan wajah terkejut.

Saat adegan itu terjadi, semua orang yang tadinya duduk di sofa kini mulai berdiri secara bersamaan.

"Kau memang bisa diandalkan" Kataku.

"Berisik, sekarang kau punya hutang padaku"

Aku tersenyum tipis.

"Benar, nanti aku akan membayar hutang itu bersama dengan bunga"

X--X

Jika ada orang yang melihat situasi disini sekarang, pasti mereka menganggap kami berdua adalah orang jahatnya. Maksudku lihat mereka, mereka sudah babak belur dan sebagian besar dihajar oleh Fian. Dan kini mereka sedang duduk dan menatap kami yang sedang berdiri di hadapan mereka. Situasi ini terlihat begitu menyedihkan jika dilihat dari sudut pandang mereka.

"Kau! Beritahu aku siapa yang membantumu masuk ke dalam sekolah"

"Apanya?"

Sial, percuma bicara dengan orang yang sedang mabuk.

"Kau! Bagaimana Felix bisa masuk ke sekolah sedangkan OSIS ada yang menjaga di gerbang sekolah"

"Wa-waktu Felix datang, tidak ada yang jaga disana"

Aneh, bukanlah Elina bilang OSIS pasti selalu jaga gerbang?

Apa orang itu salah satu dari anggota OSIS?

Tunggu... Apa mungkin ketua OSIS?

Jika dia memang melakukan itu apa tujuannya?

Kau bisa menjauh dari Elina?

Kalimat itu tiba-tiba muncul dari dalam kepalaku.

Apa mungkin karena itu?

Apa dia memang sebegitu sukanya pada Elina sampai bertindak sejauh ini?

Sial, ini semakin rumit saja.

Di situasi semacam ini, Tiba-tiba ponselku bergetar.

Saat aku mengecek ponselku, ternyata ada pesan masuk dari ayah.

[Kapan kamu pulang?]

Aku membalas pesan itu dengan balasan singkat dan kemudian menatap layar depan ponselku.

Jam di ponselku menunjukkan pukul 06.20.

Aku menghela nafas

X--X

Alasan ayahku mengirim pesan adalah karena hari ini aku ulang tahun dan ayahku sudah membeli pizza sebagai hadiah perayaan.

"Jadi apa yang kau lakukan?"

"Apanya?"

"Tidak biasanya kau pulang jam 7 malam"

Aku diam sejenak.

"Tidak ada, aku hanya bermain dengan Dio dan Fian"

"Begitukah?"

"Begitulah"

"Ngomong-ngomong, apa tidak masalah jika ayah tidak pergi ke sekolah?"

"Tidak perlu, aku bisa mengurusnya"

Malam itu kami habiskan dengan mengobrol santai sambil menikmati malam yang indah ini.

Saat-saat indah selalu berlalu dengan begitu cepat.

X--X

Di hari ketiga festival ini entah kenapa saat aku mulai memasuki area sekolah, pandangan orang-orang tertuju padaku.

Tatapan mereka seakan-akan melihat orang yang sudah melakukan tindak kejahatan saja.

Serius, apa ini salah satu kejutan hadiah ulang tahunku? Tapi, ulang tahunku kan kemarin.

Lagipula, hanya ayahku saja yang tahu kapan aku ulang tahun.

Ini aneh.

Pintu gerbang sekolah kini sudah mulai terlihat dan aku meneruskan langkahku menuju pintung gerbang itu, dan saat aku melangkahkan kakiku melewati gerbang sekolah terdengar suara Elina sedang memanggilku.

"Hei" Suara panggilan itu terdengar dari arah sebelah kanan pintu gerbang.

Aku menoleh ke sumber suara itu dengan ekspresi kebingungan.

"Kau ikut aku" Ucap Elina.

"Kenapa? Aku harus ke kelas sekarang"

"Berisik, cepat ikut" Wajahnya terlihat begitu serius sekarang.

Elina kini mulai berjalan menuju... Entah kemana, Mungkin tempat aman lainnya seperti atap gedung atau semacamnya.

Aku tidak berkomentar apapun dan mengikuti Elina.

Saat aku mulai mengikuti Elina, ponselku tiba-tiba bergetar.

Aku mengecek ponselku dan di layar depan terdapat tulisan pesan masuk dari Dio.

Aku membuka pesan itu.

[Kau dalam masalah]

avataravatar
Next chapter