2 2.Murid baru

Jam dipergelangan tanganku menunjukan pukul 06.25 aku harus bergegas untuk berangkat kesekolah. Aku bukanlah seorang yang dengan sangat berani untuk melanggar peraturan. Aku adalah gadis biasa yang akan berangkat sekolah tepat waktu dan mengerjakan tugas yang kubisa, sisanya biasa ku kerjakan di sekolahan bersama teman-temenku. Sebuah kebiasaan yang memang sudah mengakar sejak dahulu.

Aku sampai disekolah pukul 06.45 , dan tentu saja aku tidak akan terlambat.

Hari ini tidak ada tugas yang belum aku selesaikan, jadi aku bisa berjalan ke kelas dengan sedikit santai.

Aku sampai di kelas dan menuju tempat duduk. Teman sebangkuku tengah duduk sambil mengobrol dengan teman di depannya. Seperti biasa, menggosip.

Aku menghampirinya.

"Caca, serius amat ceritanya".

Ucapku padanya yang di balas dengan cengiran khasnya.

"Biasa Lav, lagian kalo engga ngegosip sehari aja rasanya aneh tau nggak".

Dia berujar.

Membuatku tertawa dibuatnya.

"Iya juga si, lagi ngomongin apa si".

Aku bertanya pada caca dan teman didepanya, namanya Fara.

Kami bertiga cukup dekat.

Aku dan caca sudah berteman sejak kami SMP.

Fransiska anastya

Aku memanggilnya caca.

Aku tidak memiliki alasan mengapa memanggilnya caca, tercetus begitu saja dari mulutku waktu itu.

Dia cerewet, sangat cerewet.

Tapi dia orang yang asik untuk aku ajak bicara. Kami tidak pernah kehabisan obrolan.

Dia manis, tapi tingkahnya sedikit gila, dan kurasa tidak tau malu.

Tapi tetap saja dia teman terbaikku.

Sedangkan fara, kami 1 kelas sejak kelas 10,bahkan kami duduk satu bangku.

Alfara yukaila

Dia biasa disapa Fara.

Dia cantik, sungguh.

Dan tentu saja primadona sekolah.

Karena itu dia disukai banyak siswa laki-laki disekolah. Bahkan kecantikanya sudah tersebar sampai sekolah lain.

Apalagi sifat Fara yang benar-benar ramah membuatnya memiliki banyak fans.

setiap hari lokernya benar-benar penuh dengan coklat, surat, atau barang barang lain pemberian para fansnya.

Aku dan caca tidak sekelas saat kelas 10. Tapi kami selalu makan bersama di kantin bersama fara juga, dari situlah kami bertiga menjadi dekat. Dan kelas 11 ini kami sekelas sungguh menyenangkan, membuat kami makin lengket saja.

Bell masuk berbunyi ketika Aku, Caca dan Fara tengah asik mengobrol. Membuat kamu bertiga harus menghentikan pembicaraan asik ini sebab wali kelasku datang tepat beberapa detik setelah bell masuk.

Namanya bu Lisa, dia wali kelas kelas 11 IPA 4 sekaligus guru mata pelajaran Fisika.

Bu Lisa berjalan membawa jurnal absensi kelas dan meletakanya di meja.

Dia memandang keseluruh siswa di kelas sambil memberikan salam.

"Selamat pagi anak-anak". Ucapnya sambil tersenyum.

"Pagi bu.. ". Aku dan teman sekelasku menjawab dengan kompak.

"Sebelum kita belajar ibu akan mengabsen kelas, kemudian kita akan melanjutkan materi Bab 2 yang minggu lalu baru kita bahas setengahnya".

"Oh ya, sebelum itu ibu ingin memperkenalkan murid baru". Kata Ibu Lisa dengan antusias.

"Nak silahkan masuk".Ujar bu Lisa sambil menatap ke pintu kelas kami.

Siswa baru itu memasuki kelas dengan santainya.

Dia tidak terlihat gugup sama sekali.

Mataku refleks mengikutinya, kurasa bukan hanya aku, teman sekelaskupun memandangnya penasaran.

Dia berdiri di samping bu Lisa dan menghadap ke arah kami.

Yang kutangkap dari raut wajahnya adalah dia terlihat benar-benar tidak tertarik dengan semua ini.

Terlihat cuek dan dingin. Tatapan matanya tajam dan sedikit menyeramkan untukku.

"Ayo perkenalkan dirimu". Bu Lisa berujar kepada siswa baru itu.

"Gue Gamma, Altair Gamma Leonis". dia berkata dengan malas.

Nama yang cukup rumit, ucapku dalam hati.

Disebelahku Caca terlihat benar-benar antusias. Dia berbisik pelan kepadaku.

"Ganteng ya Lav ,ampundeh meleleh gue".

Aku tidak menanggapi ucapannya, tapi dalam hati akupun mengiyakan, dia memang tampan.

Siswa baru itu menatap ke arah bu Lisa seperti memberi kode.

"Sudah?Hanya begitu?".Ibu Lisa bertanya.

"iya".Ucap siswa baru itu.

Aku terkejut sungguh, hanya begitu perkenalanya? huh kukira dia akan membicarakan alasan kepindahannya, hobinya, dan lain-lain tentang dirinya supaya kami bisa mengenalnya.

'Ngga asik banget' Ucapku dalam hati.

Bu Lisa menangguk pasrah dan mempersilahkan siswa baru itu untuk duduk.

Aku menatapnya, mataku mengikuti gerak langkahnya menuju tempat duduk.

Hanya ada 1 tempat duduk tersisa dikelas ini, dan tempat itu adalah tepat di samping tempat dudukku.

Dia berjalan dengan santai dan menaruh tasnya di meja.

Aku masih menatapnya dan tanpa sadar dia balik menatapku, Aku terkejut dan langsung mengalihkan pandanganku.

"Baiklah anak anak sekarang buka buku kalian, kita lanjutkan materi minggu kemarin".

Aku mengambil bukuku dalam tas dan meletakanya di meja berbarengan dengan caca yang berbisik pelan memberitahuku sesuatu.

"Lav Gamma ngeliatin sini terus omegatttt ". ucapnya padaku.

"Stttsss Ca udah ah". Aku membuka buku dan memperhatikan Bu Lisa yang tengah menjelaskan materi. Kurasakan Caca mendengus.

_______

Bell istirahat telah berbunyi sejak lima menit yang lalu.

Aku dan fara tengah duduk di salah satu kursi di kantin menunggu Caca membawakan pesanan kami berdua.

"Lav si anak baru itu siapa yah namanya,oh iya namanya Gamma, aduh ganteng banget si dia ya ampun". fara berbicara dengan antusias.

"Hah siapa yang Gila? ". Ucapku yang memang tidak fokus mendengarkan pembicaraan Fara.

"Ihhh lavvvvvv lo lagi mikirin apa si?!". Fara berteriak tepat di telingaku.

"ihhh fara apasi ngga usah teriak juga kali". Aku mengusap-usap telingaku sambil melotot marah pada Fara.

"Yee lagian di ajak cerita malah bengong ihhh". Dia melengos, membuatku tambah kesal saja.

"Dih pada kenapa si?". Caca datang membawa nampan makanan pesanan kami.

Kami bertiga memesan somay langganan kami dengan es lemon tie sebagai minumanya.

"Bodo ah tuh si luve ngeselin dasar". Fara menatapku kesal. Tapi malah membuatku tertawa sebab raut wajahnya terlihat lucu.

"Iya iya maap deh,gue lagi ngga fokus tadi ah, ngga usah ngambek gitu jelek tau nggak". Aku meledeknya.

"Ya elah Fara Fara jelek lu ihhh". Caca ikut meledek, membuatku makin tertawa.

"Dih malah pada ngeledek gue dasar geblek".Ucap Fara sambil tertawa.

Kami tertawa bersama membuat beberapa orang di sekitar menatap kami aneh, mungkin karena kami tertawa terlalu keras,kurasa.

Kami menikmati makanan kami dengan santai . Enaknya somay dengan saus kacang yang benar-benar terasa enak dilidah. Ditambah rasa lapar membuat kami makin menikmati makanan ini.

"Nanti nongkrong yuk di caffe depan taman deket pertigaan depan kuyy, ada caffe baru gue pengen nyobain deh". Caca berkata sambil menatapku dan Fara bergantian.

"Ayo ayo aja gue mah, lagian gue gabut banget di rumah, kagak ada kerjaan". Fara setuju dengan Caca.

Aku mengangguk juga.

"Gue ikut aja deh, tapi pulangnya jangan sore sore, ntar gue kena marah , lo berdua tau sendiri gimana kakak gue kan". Ucapku sambil mengacungkan kan garpu pada mereka berdua.

"Iye iyeee ah santai". Caca menatapku sambil memakan somaynya.

Kami kembali melanjutkan acara makan kami dalam hening.

Tiba-tiba terdengar ada keributan di samping kantin tempat kami makan, tepatnya di lapangan basket.

Aku yang penasaran menatap kedua temanku bergantian.

"Ada ribut ribut apaan si itu?". Ucapku sambil menatap ke sumber keributan.

"Coba kesana yukkk pemasaran gue". Caca berdiri dan berjalan keluar kantin disusul olehku dan Fara.

Terlihat dari kejauhan kerumunan itu di penuhi siswi perempuan yang berteriak histeris.

kupikir terjadi sesuatu yang tidak mengenakan. Ternyata mereka semua tengah menonton seorang laki-laki yang tengah melempar-lemparkan bola basket ke ring.

Gamma, ya dia yang ada di tengah lapangan basket menyita perhatian banyak orang.

Aku mendengus.

Caca disebelahku malah ikutan berteriak histeris.

"Gila Gamma tambah cakep ya!". Ucapnya dengan mata berbicara.

Yang di balas anggukan semangat fara.

Aku hanya menoleh kearah Caca kemudian kembali mengamati gerakan Gamma yang harus ku akui keren.

Ya bagaimana, aku juga gadis biasa, dan dia memang benar-benar keren, aku tidak ingin munafik.

Hanya saja aku tidak sehisteris Caca, Fara dan siswi-siswi perempuan lain yang berteriak menyemangatinya.

Aku hanya diam. Karena hanya itu yang bisa kulakukan.

avataravatar
Next chapter