webnovel

Two

Tidak disangka, ternyata Andrea benar-benar membawa Valerie ke Praha. Sekitar satu minggu sebelum mereka pergi, Andrea selalu datang ke cafe seperti biasanya. Tapi saat itu ekspresi mukanya tidak menunjukkan eskpresi yang ceria seperti biasa, melainkan raut yang sangat frustasi.

Dia selalu mengeluh karena klien "vip"nya itu belum saja ada kabar terkait kontrak kerjasama yang selalu disinggung sama Andrea, pokoknya dia selalu mengeluh akan hal yang sama, sampai-sampai Valerie dibuat cape sendiri mendengar keluhannya.

Tapi saat dia mendengar dari atasannya kalau kontrak tersebut di acc, sontak dia langsung bersorak sorai gembira. Bahkan dia sampai lari-lari keliling cafe saking senengnya.

Berlebihan sekali memang, tapi ya sudahlah, Valerie tidak bisa protes karena orang itu adalah Andrea.

--

Pada akhirnya aku dan Andrea landing di Václav Havel Airport Prague. Sengaja aku sebutkan seperti yang tertera di depan bandaranya, supaya benar terlihat sedang berada di Praha.

Setelah melewati proses yang cukup panjang, dimulai dari menunggu bagasi sampai proses imigrasi yang bisa dibilang sempat diwarnai dengan dramanya Andrea, barulah pada akhirnya kita berhasil keluar dari pintu kedatangan.

"Mana mobil jemputannya Ndre? Ini gue udah gakuat, dingin parah tauga!" Keluhku kepada Andrea. Karena sewaktu kita turun dari Pesawat, Andrea bilang kalau mobil jemputannya akan tiba sebentar lagi. Tapi ini sudah lewat 15 menit belum kunjung datang juga.

"Sabar Val... siapa tau kena macet dijalannya" jawab Andrea seraya memperhatikan sekitar, untuk mencari-cari orang yang sudah ditugaskan oleh atasannya untuk menjadi tour guide kita berdua selama 2 minggu berada di sini.

"Nah! Itu dia!" Seru Andrea heboh seraya menunjuk ke arah belakangku, sontak akupun langsung ikut menolehkan kepala ke belakang, dan melihat ada mba-mba, cantik. Sepertinya dia seumuran dengan aku juga Andrea, dia sedang memegang kertas berwarna putih, bertuliskan 'Andrea(PLC)-Indonesia'. Ngomong-ngomong, PLC itu nama perusahaan tempat Andrea bekerja. Aku sendiri tidak pernah tahu apa singkatannya, jangankan aku, Andrea saja yang sudah mau 4 tahun bekerja disana masih belum tahu apa singkatannya. Yang jelas, perusahaan tempat Andrea bekerja itu, bergerak di bidang kecantikan. Seperti make up, skin care, body care, lip care, dan sebagainya.

"Ayo Val!" Akupun segera mengikuti Andrea dari belakang untuk menghampiri mba-mba cantik yang sepertinya menyadari kalau kita berdua menghampiri dia.

"Halo! Anda pasti Andrea?" Tanya si mba cantik, tetapi dia bertanya kepadaku.

"Maaf, tapi yang namanya Andrea itu saya" samber Andrea, sontak mba cantiknya ini langsung merasa tidak enak. Karena jelas-jelas yang namanya Andrea itu laki-laki.

"Oh! Maaf, saya tidak tahu. Karena kebanyakan teman saya yang bernama Andrea itu perempuan"

"That's ok! Ga masalah.." bales Andrea sambil tersenyum.

"Kalau begitu perkenalkan, nama saya Franceska. Dan yang ini namanya...."

"Valerie, nama saya Valerie"

"Ok, Andrea dan Valerie selamat datang di Praha. Saya akan mendampingi kalian berdua selama di Praha. Baik, untuk sekarang kita menuju tempat penginapan kalian terlebih dahulu, mari.."

--

"Nanti kalian berdua akan tinggal di Apartement. Karena kalau untuk tinggal di hotel biayanya lumayan cukup mahal. Tapi tidak usah khawatir, apartement kalian sangat bagus. Dan berada di tengah-tengah pusat kota" ujar Franceska. Dia sedaritadi menjelaskan tentang hal-hal yang sangat krusial seperti tempat kita akan menginap, transport, makan, dan lain sebagainya.

Selagi Franceska menjelaskan, aku juga asik melihat-lihat kota Praha yang dijuluki sebagai kota tercantik di dunia. Ini pertama kalinya aku jalan-jalan ke Eropa, dan aku tidak menyesal bahwa Ceko adalah negara pertama yang aku kunjungi.

"Ngomong-ngomong... maaf kalau tidak sopan. Tapi bolehkah saya tau? kalian berdua ini hubungannya apa?" Tanya Franceska.

"Saya dengan Valerie ini teman dekat" jawab Andrea sembari tersenyum.

"Valerie satu tempat kerja juga dengan Andrea?" Pertanyaan tersebut mendistraksi aku yang sedang asik melihat-lihat kota. Seketika aku langsug menolehkan kepala, menatap Franceska yang masih fokus menyetir. "Engga, saya kebetulan mengelola cafe"

"Ohya? Wah! Saya selalu ingin membuka cafe sendiri, barangkali nanti boleh kamu kasih saya tips dan triknya Valerie?" Aku terkekeh mendengar penuturan Franceska barusan, seraya menganggukkan kepala. "Iya, boleh"

"Franceska, bahasa Indonesia kamu bagus sekali. Aksennya pun jelas, kamu sempet tinggal di Indonesia?" Tanya Andrea yang sebenarnya menjawab juga pertanyaan dalam benakku sedaritadi. Karena wajah Franceska ini murni bule, tapi cara dia berbicara bahasa Indonesia itu fasih banget.

"Saya kebetulan teman kuliahnya Lusi-"

"Maaf, tapi siapa Lusi?" Potongku duluan karena bingung sama nama Lusi.

"Bos gue. Lanjut Franceska"

"Ah.. iya maaf, boleh dilanjut"

"Iya, saya dengan Lusi kebetulan teman dekat sewaktu kita kuliah di London. Dia banyak mengajarkan bahasa Indonesia kepada saya, lalu karena saya mulai menyukai bahasa Indonesia sepenuhnya, saya sempat mengambil kursus bahasa Indonesia di sini. Jadi saya mulai fasih berbicara bahasa Indonesia" jelasnya dengan nada bicara yang terkesan lembut. Jujur saja, aku sangat suka mendengar suaranya Franceska.

"kamu keren banget! Bisa punya niat untuk mau belajar bahasa Indonesia, sementara di negara kita sendiri orang-orangnya itu pengen belajar bahasa asing. Terus banyak kata-kata slang gitu, bukannya memberdayakan bahasa sendiri."

"Bener banget! Ehiya, tapi Franceska.. waktu kamu ujian bahasa Indonesia, nilainya ga jelek kan? Soalnya kebetulan Andrea waktu sekolah, nilai pelajaran bahasa Indonesianya selalu jelek. Malah pernah ga lulus"

"Berisik lo!"

--

"GILA VAL! DI PRAHA JUGA KITA!" ucap Andrea sembari teriak di balkon apartement tempat mereka menginap.

Mendengar volume suaranya Andrea tidak terkontrol, sontak Valerie langsung mengambil bantal kursi yang memang ada di dekatnya. bantal tersebut langsung dilemparkannya kepada Andrea sampai dia mengaduh.

"Aduh! Apa-apaansi lo?"

"Lo yang apa-apaan? Kampungan banget si! Polusi udara tau, kalau ada yang keganggu sama suara lo gimana?"

"Ya maap, abisannya gue seneng banget Val. Akhirnya gitu kan lo mau liburan sama gue"

"Laga lo Ndre... baru sekali ngajak aja udah kaya ngajakin setiap minggu"

"Yaudahsi..." ujar Andrea sambil memainkan bibirnya kikuk.

"Ehiya, jadi kita bakal kemana aja? Lo dikasih tau sama Franceska ga destinasi kita kemana aja?"

"Engga"

"Lah? Terus?"

"Pokonya, selama kita ada dua minggu disini itu udah gue atur. Sebelum kesini, gue udah ngelist tempat-tempat yang wajib banget kudu kita datengin, jadi lo gausah khawatir. Semuanya udah terarah dan tersusun dengan rapih oleh Andrea tour&travel"

"Terus? Perannya Franceska?"

"Dia cuman jadi navigator aja.. soalnya ya lo sama gue kan buta arah. Pake maps aja masih nyasar"

Mendengar hal tersebut, Valerie langsung tertawa dibuatnya. Karena ucapan Andrea barusan sangat benar, mereka berdua itu sama-sama buta arah. Mereka tidak bisa baca peta, dan juga memperkirakan jarak. Pernah sekali waktu mereka berdua hendak mengunjungi salah satu restoran seafood yang baru saja buka. Tapi karena letak persisnya tersebut tidak ada yang tahu, alhasil mereka menggunakan maps. hanya saja, yang seharusnya jarak tempuh itu membutuhkan waktu sekitar 15-20 menit, mereka berdua berada di jalanan sampai 1 jam lebih. Pada intinya mereka berdua tersesat.

"Bisa aja lo! Tapi Ndre... kalau lusa aja kita jalan-jalannya boleh ga? Kayanya gue masih jetlag. Besok jalan sekitaran apart aja, biar ga nyasar juga.. lagipula banyak kan tempat yang enak buat nongkrong"

"Yaudah.. gue terserah lo aja"

"Oke kalau begitu, gue mau tidur. Kamar gue yang gede ya"

"Mandi dulu Val! Jorok banget sih lo"

"Gue ga mandi seminggu aja masih wangi ya!"

Next chapter