webnovel

Tuli

"Ayolah, coba lakukan itu lagi! ", andika menahan tangan gadis dihadapannya. Ia benar benar penasaran di buatnya.

Yang ditahannya hanya diam, menatap sebentar dan kembali duduk. Ia menatap bingung Andika, apa yang harus ia lakukan. Ia tak tahu apa yang Andika bicarakan, entah mengapa Andika berbicara hal yang tak masuk akal padanya.

Andika paham ekspresi bingung itu, "Gini, Coba Lu fokus dulu sama mata gua, dan ngomong aja dalem hati terserah, yg penting fokus". Ujar Andika, ia sekali lagi menatap mata Ayfa.

Kenapa sih dia? nggak jelas banget

Andika terhenyak, ia hampir tak percaya, ia mematung cukup lama. jantungnya bedetak kencang, itu hampir mirip seperti bisikan, tapi juga bisa di bilang ucapan yg lirih, mungkin bisa di katakan kembar dengan voice over yang di ungkapkan tokoh sinetron dalam mengucapkan isi hati.

Andika sangat yakin. Ia tak salah dengar, sudah dua kali ia mendengarnya dari Ayfa.

Di awal tadi Andika memang sangat terkejut dan bingung ketika mendengarnya, hampir setengah jam ia diam memikirkannya, yang tentu membuat Ayfa hampir pergi, tapi bukan itu masalah Andika.

Si Ayfa, Ia sama sekali tidak membuka mulutnya, jangankan membuka mulut. bukannya orang bisu tak bisa berbicara?

Andika, kamu baik-baik saja?

Andika terhenyak, ia mendengarnya untuk ketiga kalinya. Ternyata memang benar ia tak salah dengar di awal tadi. Ia bisa mendengar suara Ayfa, Andika mengangguk ke Ayfa.

"Gua nggak papa, fa"

Ayfa pun tak kalah kagetnya mendengar jawaban Andika, ini memang pertama kali di dalam hidupnya ia di dengar. Bukan karena apa-apa, di dalam hatinya timbul rasa senang yang terus tumbuh. Tapi ia ragu.

kamu bisa membaca pikiranku?

Andika mengerutkan alisnya, "Gua nggak baca pikiran lu, fa. Tapi lu yang ngomong ke gua", Andika mencoba membiasakan diri dengan suara baru Ayfa.

Ayfa hanya diam,

"Gua nggak bisa baca pikiran, fa. Buktinya gua nggak bisa denger suara hati orang lain", Andika menengok kesekitarnya, "Dan menurut gua juga, bukan gua yang bisa tahu lu, tapi lu yang kasih tahu tentang lu ke gua", Ucapan Andika berhasil membuat Ayfa menunduk. Selain itu, jika memang benar ucapan hatinya dapat Andika dengar, ia tak tahan memikirkan bagaimana ekspresi andika saat mendengarnya memujinya "Tampan"

"Nggak papa, gua emang Tampan", Andika tertawa, Ayfa lupa Andika bisa mendengarnya

Ayfa menunduk menahan malu, ia tak habis pikir bisa memikirkan itu di saat-saat seperti ini.

"Jadi.... Selamat, fa. Awalnya gua juga kaget dengernya",

Denger apa?

"Ya...denger lu udah bisa ngomong lagi? "

Jadi aku udah bisa ngomong lagi?

"Ya bisa di bilang iya, walau bukan dalam arti sebenarnya, tapi ya, selamat setidaknya lu udah bisa ngomong sama gua" Andika tersenyum mengulurkan tangan, memberi selamat.

Ayfa tanpa sadar menyambut uluran tangan Andika, senyum tipis timbul di wajahnya.

"Oh iya, fa. Nih buku B. Indo yang gua pinjam buat ngerjain PR waktu itu", Andika meletakan buka tebal berwarna kuning putih di meja, memecah kebahagiaan pikiran Ayfa, "Makasih ya, ini berguna banget buat gua nyontek".

Sama-sama, tapi lain kali minjemnya jangan buku latihanku yang udah ada jawabannya ya

Ayfa membiasakan diri, dan mulai menambahkan ekspresi. Ia tersenyum ke Andika.

Entah mengapa Andika sangat nyaman mendengar Ayfa beserta senyumnya.

"Oh ya, fa", Andika memikirkan sesuatu, "Coba lu- ",

"Oy dik",

Andika menoleh ke belakang, Deo menepuknya.

"Ngapain lu?", Deo menatap Ayfa sekilas, " Lu nungguin ya, sory tadi ada urusan bentar, sekolah dah sepi, ayo cabut".

"Bentar dulu napa, de", Andika mengayunkan tangannya.

"Udah gua bilang jangan panggil gua gitu!"

Andika berdecak males, "Biarlah, lagian sapa suruh kasih nama kok nanggung banget hurufnya",

Deo hanya membalas dengan tatapan tajam.

"oh ya, kebetulan", Andika menepuk-nepuk kursi di sebelahnya, "Sini dulu"

"Napa? kursinya kotor? "

"Ya elah, duduk dulu sini geh, ada yg mau gua kasih tahu"

Deo menurut, Andika tersenyum dan Ayfa diam melihatnya.

"Nah Ayfa, coba lu lakuin ke dia", Andika beralih pada Ayfa, "Gua yakin bisa"

Lakuin apa?

"Ya ngomong, fa. Cepet coba aja kayak tadi"

"Ngomong apa?", Deo menyela, "Dia kan bisu, dik", ia menatap Andika.

Ayfa tertunduk mendengarnya, walaupun ia sering mendengar itu tapi tetaplah sakit rasanya.

Andika meninju lengan Deo, "Lu ya, ngomongnya di jaga",

Deo mengaduh, menatap Ayfa yang tertunduk di depannya, "Ya maaf, fa"

Ayfa menatap Deo, tersenyum

"Ya udah cepet, fa", Andika sudah tak sabar melihat respon deo jika mendengarnya.

Ayfa awalnya bingung, lalu segera mencobanya. Sedangkan Deo diam di tempatnya, ia sempat kaget mendapat tatapan aneh dari Ayfa.

Tapi sayangnya.

"Gimana? ", Andika sangat antusias, dan penasaran dengan raut wajah datar deo. ia yakin deo sangat kaget mengetahuinya, atau mungkin saking syoknya ia sama sekali tidak bisa bicara apa-apa, andika hanya berharap ia tidak bisu di buatnya.

Namun kenyataannya salah, sayang sekali deo tidaklah syok ataupun terkejut, ia sama sekali tidak terkejut, karna memang tak ada penyebabnya, ia tak mengetahuinya, ia tak mendengarnya, tidak seperti Andika. Tidak seperti Andika yang mendengar jelas semua ucapan Ayfa, Deo tidak mendengarnya.

Bahkan bukan hanya Deo yang tak bisa mendengar Ayfa, semua orang pun tak akan bisa mendengarnya, seberusaha apapun Ayfa mencobanya.

Dan karenanya, mulai sekarang bagi Ayfa Semua orang tuli.