webnovel

Lily menjadi Mama Kana?

Pagi itu Kana sarapan bersama Damian, kini para pelayan selalu makan terlebih dahulu dari pasangan suami istri itu entah mengapa. Mungkin mereka merasa canggung jika harus makan satu meja dengan Tuan dan Nyonya rumah.

Suami istri itu makan dengan canggung lantaran semua orang di mansion itu tampak senyum penuh rasa gembira, memandangi Kana dan Damian dengan senyum penuh makna. Kana tau maksud senyum itu, mereka kira sudah ada sesuatu yang terjadi karena kemarin adalah malam pertama. Kana menyelesaikan sarapannya dengan cepat dan pamit untuk duduk ditaman bunga mansion itu, Damian hanya mengangguk dan mengatakan bahwa ia akan bekerja dirumah hari ini.

Para pelayan bertanya-tanya, apakah malam pertama mereka gagal? Kenapa Tuan mereka malah lebih memilih bekerja daripada menghabiskan waktu bersama Kana?

Kana meminta Lily membuatkan coklat hangat dan mengajak wanita paruh baya itu untuk menemaninya duduk ditaman.

" Kemarin tidak terjadi apapun, Lily" ujar Kana dengan murung. Membuat lily bingung,

" Kenapa, Nyonya? Apakah Tuan kelelahan? Atau Nyonya tiba-tiba datang bulan? " tebak Lily tidak sabar.

" Aku takut, Lily. Aku gugup dan gemetaran sebelum mandi, Damian sadar aku belum siap " lirih Kana.

" Nyonya takut? Ada apa? Nyonya bisa menceritakannya pada saya jika ingin, barang kali saya ada solusi " Kana melirik pelayan yang berada disekitar mereka, Lily menyadari bahwa Kana hanya ingin menceritakan hal itu padanya saja. Ia memerintahkan pelayan lain untuk pergi meninggalkan mereka berdua dan meminta beberapa pengawal untuk berjaga sedikit lebih jauh.

Kana menghela napas panjang, mencoba menceritakan hal yang selama ini hanya ia simpan sendiri.

" Sekitar 4 tahun lalu, saat itu aku berumur 16 tahun. Aku hampir diperkosa pacarnya ibu tiriku " bisik Kana. Lily diam, membiarkan Kana melanjutkan senyamannya. Kurang lebih dirinya juga sudah tahu mengenai cerita ini.

" Malam itu Om Damar pacarnya ibu tiriku datang kerumah, tapi ibu sedang tidak ada. Hanya ada aku sendiri, sudah kukatakan bahwa ibu pergi tapi Om Damar bilang dia akan menunggu ibu. Kubiarkan saja karena memang pacar-pacar ibu sering main kerumah, tapi… saat aku ketiduran di gudang Om Damar malah meraba tubuhku " suara Kana semakin parau seiring bibirnya berucap,

" Aku takut, aku teriak sekuat tenaga juga gak ada yang dengar. Aku ditampar dan dijambak berulang kali, bahkan saat aku mencoba lari Om Damar malah menendang punggungku sampai aku tersungkur. Bibirku pecah, keningku juga terluka. Aku masih mau coba lari, tapi sayangnya aku pingsan. Aku terbangun karena disiram air oleh Ibu, aku coba periksa ada bekas apa ditubuhku tapi semuanya tampak normal. Om Damar pun gak pernah lagi muncul sejak saat itu. " ungkap Kana. Lily menarik tubuh gadis itu menuju pelukannya, menepuk punggung Kana dengan lembut.

" Saya menyesal karena tidak bisa menemani Nyonya saat dimasa sulit seperti itu, terima kasih Nyonya sudah bertahan sampai saat ini. Percayalah, kedepannya Nyonya hanya akan merasakan kebahagiaan. Sudah cukup Nyonya menderita, bersandarlah pada kami " hibur Lily.

Lily mengingat saat itu, hari dimana Tuannya menyeret paksa seorang pria paruh baya menuju ruang eksekusi disekitar mansion ini. Pria paruh baya yang dipukuli oleh para pengawal dan dicambuk oleh Tuannya, bahkan dirinya pun menyaksikan penyiksaan itu. Menurutnya, pria kurang ajar itu pantas mendapatkannya.

" Lily punya anak?" tanya Kana yang masih berpelukan dengannya.

" Tidak, Nyonya. Saya tidak punya keluarga sama sekali " jawab Lily. ' Bagaimana mungkin aku punya anak dan keluarga setelah semua hal yang ku lakukan?' pikir wanita paruh baya itu.

" Lily jangan panggil aku Nyonya, panggil Kana aja ya? Anggap aku sebagai anaknya Lily dan aku pun akan menganggap Lily sebagai mamaku" harap Kana dengan suara memohon.

Lily berpikir sejenak, Tuannya tentu tidak masalah dan pasti mengizinkan. Tapi, apa gadis ini akan tetap menganggapnya Mama jika mengetahui masa lalu kelamnya?

" Mau ya, Ly? Aku ingin sekali punya Mama yang setiap hari bersamaku karena mama kandungku sudah meninggalkanku sejak kecil " Kana menatap mata Lily dengan wajah penuh harap, gadis itu benar-benar sangat ingin menjadikan Lily sebagai Mamanya.

" Aku ini anak yang imut loh? " rayu Kana lagi. Lily tertawa mendengar rayuan gadis mungil itu,

" Baiklah, saya harap Kana tidak merubah permintaan ini setelah tau bahwa saya adalah Mama yang sangat cerewet pada anak gadisnya " tutur Lily mencoba menakuti Kana.

" Astaga, Lily. Jangan bicara formal lagi, yang santai aja! Gak usah pakai saya-saya gitu, ayo bicara yang biasa " rajuk Kana.

Lily baru mau menjawab, namun Damian tampak mendekati mereka. Matanya menatap dua wanita itu dengan tatapan bingung, " ada apa dengan kalian berdua?" tanya Damian.

" Aku minta Lily menganggapku anaknya, Dam. Aku ingin sekali memiliki Mama yang menemaniku setiap hari " ungkap Kana dengan wajah riang. Suasana hatinya yang tadi buruk karena menceritakan masa lalu tampak menguap begitu saja ketika Lily setuju menjadi Mamanya.

Damian melirik Lily yang tampak tersenyum gugup, " lalu, kenapa kamu masih memanggilnya Lily? Kenapa tidak panggil Mama saja, sayang?"

Tubuh wanita paruh baya itu menegang, ia ingin membantah namun lidahnya kelu.

" Wah! Iya benar juga ya? Jadi, mulai hari ini aku akan memanggil Mama ke Lily! " seru Kana dengan semangat. Damian mengangguk, turut senang melihat istri kecilnya bersemangat.

" Mama!" panggil Kana pada Lily. Mata Lily mulai berkaca-kaca, " Ya, anakku?"

Kana merasa jantungnya berdesir, antara nyeri dan berdebar hangat mendengar jawaban Lily. Menyadari Kana yang terdiam membuat Damian berdeham, menyadarkan lamunan mereka.

" Ayo makan siang, sayang " ajak Damian. Kana mengangguk,

" Ma, kita makan siang bersama ya?" Lily mengangguk sebagai jawaban. Melangkah dibelakang pasangan suami istri yang baru saja menikah itu.

*****

Kana sedang tidur siang, katanya ia tiba-tiba mengantuk. Kini Damian sedang mengecek pekerjaannya bersama Raven, ruangan kerjanya diketuk.

Damian meminta Raven membukakan pintu dan ia menunggu dengan tenang,

" Tuan, apakah tidak apa-apa jika kita melakukan ini? " tanya Lily resah.

" Tidak masalah, lagipula mau sampai kapan Anda hanya hidup berlagak sebagai kepala pelayan?" balas Damian tajam. Lily terdiam,

" Seumur hidup? Dan membiarkan Kana hidup tanpa tau kenyataan?" lanjut Damian lagi.

" Kana tidak perlu tau kenyataan itu karena hanya akan menyakiti hatinya. " jawab Lily datar.

" Bagaimana rasanya dipanggil Mama oleh Kana dan memanggilnya dengan sebutan Anakku? Apakah mendebarkan?" kekeh Damian sinis.

Raven menatap Lily yang tampak bimbang, " Maaf saya menyela pembicaraan, tapi mungkin suatu saat Nyonya Kana juga berhak tau kenyataannya menurut saya "

" Kenyataan apa, Raven? Kejadian hina dan menjijikkan itu, maksudmu?" sergah Lily dengan mata penuh emosi.

" Kejadian itu tidak hina dan menjijikkan, Kana dan Anda adalah wanita yang istimewa bagi saya. Lupakanlah masa lalu itu, jalani saja hidup sekarang dan nikmati peran Anda sebagai orang yang Kana anggap Mama " pinta Damian.

" Baiklah, akan kucoba. " putus Lily akhirnya.

" Kalau begitu, apakah Tuan juga harus merubah panggilan Anda menjadi Mama mertua?" ledek Raven dengan wajah tanpa dosa.

Lily mendengus, " siap-siap saja kupatahkan gigimu jika kau berani memanggilku Mama mertua, Damian " ancamnya. Membuat tawa dua pria tampan itu pecah begitu saja.

" Berhenti tertawa, dasar anak-anak nakal! " bentak Lily lalu keluar dari ruang kerja Damian dengan membanting pintu.

Next chapter