28 Kacaunya Damian

Damian berpakaian dengan cepat dan segera mengerahkan semua bawahannya untuk mencari Kana, Lily dan Raven pun turut mencari gadis itu. Mereka mengecek semua ruangan maupun kamar di mansion itu selama beberapa jam, namun Kana masih belum ditemukan. Bahkan Damian sudah mengerahkan tim dari markasnya untuk menyebar ke tempat umum dan sekitar rumah mereka juga.

Pria itu duduk dengan wajah kacau, kemejanya kusut dan rambut yang biasanya tersisir rapi itu kini tampak jatuh menutupi jidatnya. Damian menyesali dirinya yang tidak bisa menahan diri hingga terkesan menyudutkan Kana hanya karena gadis itu belum pernah mengandalkannya. Cukup banyak kamar dirumahnya yang ia acak-acak bahkan barang-barang di kamar itu pun ia hancurkan karena tak kunjung menemukan Kana. Damian kalap, kacau, takut, dan hampa disaat yang bersamaan. Ia takut terjadi sesuatu pada Kana yang kini tidak diketahui keadaannya.

Hari mulai beranjak petang, namun ratusan bawahan yang ia kerahkan sama sekali tak menemukan Kana. Sialnya lagi, saat ia mengecek rekaman cctv ternyata keamanan dirumahnya sedang kacau. Dari sisa cctv yang masih aktif, Damian tidak menemukan sosok Kana. Pria itu mengamuk di ruang keamanan yang mengurus cctv mansionnya, apa gunanya uang dan semua yang ia miliki saat ini?

" Aku mau sendiri, jangan ikuti aku. Beritahu aku jika ada kabar terbaru mengenai Kana " ucap Damian datar. Ia lelah fisik dan hati. Fisiknya yang sejak beberapa jam yang lalu tidak berhenti ia gunakan untuk mencari Kana dan mengamuk, sedangkan hatinya yang sama sekali tidak bisa tenang dan tak karuan rasanya sampai sekarang.

" Kita pasti akan segera menemukan Nyonya, Tuan. " lontar Raven.

Damian hanya mengangguk tanpa berkata-kata, kakinya melangkah menaiki tangga dan kembali ke kamarnya. Pria itu duduk dikasur mereka dan terkekeh lirih, " kumohon, jangan terjadi apapun padamu, Kana. "

Ia menghela napas, merasa dadanya sesak. Perlahan ia beranjak menuju balkon kamar, perasaan hangat dan lega menerpa saat netranya melihat istrinya.

Kana tertidur disofa balkon yang tertutup itu. Dengan langkah cepat Damian menghampiri istrinya yang sejak tadi dicari-cari, " i found you, Kana " bisik pria itu pelan sembari menelungkupkan wajahnya disofa yang Kana tiduri.

Tanpa sadar pria bertubuh kekar itu hampir meneteskan air mata karena buncahan rasa lega dan senang disaat yang bersamaan. Kana aman, Kana terlelap disini.

" Maaf.. " lirih Damian. Ia mendudukkan dirinya dilantai samping sofa Kana tidur. Matanya melihat mata sembab Kana dan tangan gadis itu yang kini balutan kapas penutup lukanya dirembesi oleh darah.

Damian kembali mengobati luka Kana disela-sela gadis itu tidur, Kana tetap terlelap tanpa terganggu sedikitpun karena pria itu mengobati dan membalut lukanya secara perlahan. Sebelumnya pria itu juga sudah mengabari semua orang bahwa Kana telah ditemukan agar mereka menghentikan pencarian.

Kana beberapa kali mengubah posisi tidurnya, sepertinya gadis itu tidak nyaman setelah Damian menggendongnya untuk memindahkan gadis itu ke kasur mereka. Namun Kana membuka matanya perlahan, " Dami?" panggilnya pelan dengan mata memicing menyesuaikan cahaya dari lampu kamar yang dinyalakan karena hari sudah cukup gelap.

" Hai, sayang " sapa Damian pelan, rasa bersalah memenuhi dirinya. Mana pantas ia menuntut Kana untuk mengandalkan dirinya yang merupakan orang baru bagi Kana? pikirnya pesimis.

" Maaf " ucap suami istri itu bersamaan. Mereka saling memandang penuh arti, " kamu bicara duluan, sayang " ujar Damian mempersilahkan.

Kana memandang Damian dan menggenggam tangannya sendiri, ia bingung bagaimana cara mengungkapkan perasaan sebenarnya pada Damian.

" Aku sama sekali gak bermaksud untuk nyelesain masalahku sendiri, aku gak terbiasa minta bantu ataupun dibantu orang kalau lagi ada masalah. " ujar Kana pelan.

Damian diam mengamati, ia tau ada alasan lain lagi karena Kana terlihat menggantung perkataannya.

"Aku takut kalau terlalu manja dan ngandalin kamu malah buat kamu bosan dan capek. Aku takut dibuang, Dami. Setelah sekian lama aku bisa punya orang buat aku jadiin rumah dan tempat bersandar, aku takut jadi beban kamu " jelas Kana dengan mata berkaca-kaca.

Damian berpikir, memang bisa jadi Kana yang selama ini melakukan semua hal sendiri itu akan berpikir takut untuk merepotkan orang lain. Pria itu tau, ini pertama kalinya Kana memiliki seseorang yang bisa membantu dan menemaninya.

" Aku paham, aku minta maaf karena sudah menuntut kamu. "

" Tadi Raven bilang kamu menghilang, aku kalap.. nyari kamu. Aku hampa tanpa kamu " ujar Damian. Ditatapnya mata Kana dengan penuh perasaan, begitu pun Kana.

Pasangan suami istri itu saling memandang hingga Kana berinisiatif maju mendekati Damian, gadis itu menempelkan bibir tipisnya pada bibir seksi suaminya. Damian sedikit terkejut karena ini pertama kali Kana yang menciumnya lebih dulu, dengan lihai ia membalas ciuman Kana hingga gadis itu mengerang. Damian melepaskan tautan bibir mereka, karena yakin jika berciuman lebih lama maka ia tidak akan bisa menahan diri.

Disentuhnya tangan kecil istrinya yang telah dibalut perban dengan lembut, " ini pasti sakit " gumamnya.

" Sakit sih, tapi kalau ngelakuin 'itu' kan aku enggak perlu pakai tanganku " lontar Kana pelan sambil menggigit bibirnya menahan senyum malunya. Damian mendengar hal itu, apakah istri kecilnya berniat menggodanya?

" Ehm, kamu belum makan selain sarapan di kapal tadi kan?" deham Damian. Suara pria itu terdengar serak menahan gairah yang bangkit akibat kalimat sederhana dari Kana.

" Udah, tadi sebelum ketiduran aku makan " sahut Kana.

" Makan sambil nangis?" tanya Damian, membuat Kana melotot kemudian mengangguk sambil menyengir polos.

" Maaf " sesal Damian. Pria itu berjanji pada dirinya sendiri bahwa ini terakhir kalinya ia membuat Kana nangis. Ia tak berniat mengucapkan hal itu pada Kana, karena menurutnya itu akan terkesan gombal.

Kana memeluk suaminya, " gak apa-apa. Jangan minta maaf terus "

Damian mengangkat tubuh mungil Kana ke pangkuannya dan mengecup bibir gadis itu berulang kali, kecupan-kecupan mulai berubah menjadi hisapan lembut. Kana merasakan sesuatu mengeras ditempat yang ia duduki, dibalasnya ciuman Damian dengan pipi yang memanas malu karena tau benda apa yang menegang dibawah sana.

Tangan Damian mulai bergerak menyusup ke punggung hingga tengkuk Kana, mengelus perlahan hingga Kana mendesah geli. Pria itu tiba-tiba berpikir, ' apakah waktunya sudah tepat untuk melakukan hal itu lagi?'

" Sayang " panggil pria itu dengan suara rendah dan sangat serak.

" Ya, sayang?" jawab Kana dengan suara yang nyaris mendesah karena tangan Damian masih tetap mengelus punggung

" Kamu panggil aku sayang?" tanya Damian memastikan. Kana mengangguk.

" Aku harap kedepannya kamu tetap panggil aku sayang, seperti barusan " ujar Damian disela-sela bibirnya menelusuri kulit mulus istrinya.

" Iya, sayang "

" Sayang, malam ini boleh?" tanya Damian meminta persetujuan. Kenyamanan Kana adalah yang terpenting.

" Boleh " desah Kana. Bagaimana bisa ia menolak jika tangan dan Damian sejak tadi tak berhenti menelusuri, menghisap, dan menjilati tubuhnya?

Setelah mendapat persetujuan, Damian menidurkan tubuh Kana dan membuka kemeja miliknya. Hingga terpampang lah dada berotot dan perut kotak-kotaknya yang membuat Kana panas dingin. Maklum, masih malu-malu.

Malam yang mereka lalui cukup panas, berbagai erangan, desahan, dan teriakan terdengar dari kamar itu. Untungnya, setiap Damian bersama Kana dikamar para pengawal dan pelayan selalu menjauh sesuai perintah Tuan mereka. Dan juga dinding kamar itu cukup tebal untuk meredam suara yang mereka keluarkan.

avataravatar
Next chapter