3 Kegaduhan Di Malam Pertama

Meski Leo tampak tak percaya dan tak mau melakukan apa yang diperintahkan oleh sang kakek. Pada akhirnya Leo pasrah dan menikahi Nabila beberapa hari kemudian.

Mereka melakukan pemberkatan nikah dengan membuat tema outdoor. Nabila terlihat cantik dengan balutan gaun sang Ibu yang telah diubah beberapa hal. "Kau cantik sekali Nabila, Ibu harap kau bahagia bersama dengan Leo."

Nabila hanya tersenyum tipis dan tak lama mempelai wanita berjalan bersama dengan sang Ayah menuju altar di mana Leo tengah menunggu. Nabila sempat terpaku melihat Leo memakai topeng yang menutupi sebagian wajahnya tetapi dengan cepat mengubahnya sebagai senyuman.

Sedang Leo memperhatikan Nabila diam-diam. Baru pertama kali ini dia bertatap muka dengan Nabila yang notabenenya hanya dialah seorang wanita yang mau menikah dengan Leo. Tetapi pria itu pesimis, dia masih sangsi akan Nabila.

Pemberkatan nikah akhirnya dilakukan dan berjalan dengan baik namun ada sedikit kendala saat imam menyuruh Leo mencium Nabila. Dia terlihat enggan awalnya tetapi kemudian mengecup kening wanita itu cepat. Nabila tahu akan perasaan Leo sekarang. Tentunya dia ragu dengan Nabila yang langsung setuju.

Semoga Nabila bisa menjelaskan tanpa terjadi kesalahpahaman dari Leo. Acara dilanjutkan lagi ke pesta pernikahan.Meski digelar mewah, Leo tetap memasang wajah datar sampai dirinya mengatakan kalau dia sudah kelelahan dan ingin beristirahat.

Tak lama setelahnya Nabila menyusul Leo ke kamar. Sungguh gadis itu tak menyangka, ketika dia masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Nabila melihat luka di wajah Leo.

Nabila membulatkan mata, terpaku sesaat sebelum kaget karena teriakan Leo dari amarah. "KENAPA KAU MEMANDANGKU SEPERTI ITU?! APA KAU JIJIK MELIHAT LUKA DI WAJAHKU INI!" Gadis itu tak mengucapkan sepatah kata yang membuat Leo jengah.

"PERGI DARI SINI?!" perintah Leo, suaranya sangat lengking. Amarah menyelimuti pria itu dan lantas melemparkan segala benda ke arah Nabila yang selalu bisa mengelak. Tak berhati-hati, Leo tak sengaja melukai tangannya.

Goresan lebar itu kemudian menguncur darah segar. Nabila segera berjalan ke arah pintu di mana dua orang pelayan menonton pertengkaran mereka. "Cepat ambilkan kotak P3K dan kau ambilah sapu atau apapun untuk menyingkirkan semua pecahan kaca."

Nabila kembali pada Leo dan menarik tangan pria itu agar duduk. Tidak lama, pelayan yang disuruh membawa kotak P3K dan sapu datang lalu membersihkan semua kekacauan sedang Nabila sibuk membersihkan luka Leo yang tenang. "Aku tak jijik kok." ujar Nabila bersuara.

"Aku hanya kaget melihatmu saja. Jika itu menyinggungmu maafkan aku." lanjut si gadis sambil memperban tangan Leo.

"Kenapa?" Satu kata itulah yang keluar dari mulut Leo setelah agak lama bungkam. Matanya memancarkan kesedihan yang teramat. "Semua wanita yang melihatku sebelum kau menolakku! Tetapi kenapa kau tidak dan malah bersedia menikah denganku bahkan sebelum kita bertemu?!"

Nabila mengerjapkan mata sebentar sebelum kemudian menjawab. "Karena aku ingin membantumu. Lagi pula aku sangat mengerti dengan perasaanmu. Aku pun pernah kecelakaan."

"Benarkah?" Leo melihat Nabila dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tak seperti dirinya, Nabila terlihat baik-baik saja. "Tapi kau sama sekali tak sepertiku, kau masih sempurna."

Nabila memandang Leo dengan tatapan aneh sebelum akhirnya dia tertawa. "Lihatlah baik-baik sebelum kau berkomentar." Pria itu lagi melihat saksama pada Nabila lalu mendengus. "Apa kau ingin mempermainkanku?!"

Nabila dengan tenang menggeleng. "Jika kau tak tahu tak apa-apalah. Aku hanya ingin kau mengerti, aku tak seperti yang kau pikirkan jadi bisakah kau menerima kehadiranku jika kau masih tak mau menerima aku sebagai istrimu tak apa-apa, bagaimana sebagai teman? Aku rasa kita bisa pelan-pelan."

Leo memandang nanar pada Nabila yang masih tersenyum. "Apa kau serius mau menerimaku dengan keadaan seperti ini? Lalu apa kau tak akan takut jika dicibir oleh banyak orang tentang aku?"

"Tak apa-apa Leo, aku bahkan sudah kebal dengan kata-kata cemoohan yang tak berguna. Jadi bagaimana kau mau menerimaku tidak?" Nabila balik bertanya. Dipandanginya gadis itu sebentar kemudian mengangguk pelan.

"Nabila, terima kasih sudah menerimaku meski aku tak sempurna." Jujur, setelah tahu alasan kenapa Nabila mau menikahinya ada sedikit kebahagiaan di dalam diri Leo yang pada awalnya sering muram dikarenakan penolakan beberapa gadis.

Agak sedikit harapan sebenarnya, bahwa mungkin dengan kehadiran Nabila bisa membuat Leo menjadi pribadi yang baik meski harus berjalan lambat.

Kakek Adam beserta kedua anaknya memandang dari pintu bernapas lega. Mereka bersyukur Nabila bisa menghentikan Leo yang mengamuk. Sesungguhnya, mereka bertiga mendengar suara parau Leo yang berteriak dan cepat-cepat menuju kamar Leo berharap tak ada hal yang buruk menimpa Nabila atau pun Leo.

Sampai di sana mereka menemukan Nabila sudah membalut luka Leo dan berbincang ringan. Tak ada tanda kemarahan darinya meski jantung agak berpacu karena Leo hampir saja marah lagi namun dengan pintarnya Nabila membuat amarah Leo menyurut.

Hanya memakai senyuman dan nada bercanda pria itu kembali tenang. "Fiuhh aku bersyukur Leo tak jadi marah aku pikir Leo akan marah besar dan bertindak nekat."

"Bagus bukan jika dia tak disulut emosi. Ayah, terima kasih sudah mendapatkan gadis seperti Nabila pada awalnya aku tak berharap banyak pada Nabila tetapi melihat bagaimana dia berinteraksi dengan Leo, aku sadar kita sudah punya seseorang yang pantas untuk berada di samping Leo." tutur Silvia, Ibu Leonardo.

avataravatar
Next chapter