20 Bulan Madu Rasa Kemah

Keduanya lalu duduk di kemah milik Nabila dan tatapan sang istri mengintimidasi Leo. "Kenapa kau menatapku seperti itu?"

"Karena kau datang tanpa mengabariku. Leo, aku sudah bilang aku baik-baik saja."

"Tapi aku rindu sama kamu jadi aku datang ke sini." Nabila tertegun. Mengerjapkan matanya berulang kali, Nabila bertanya seperti orang pilon.

"Ap-apa? K-kau rindu padaku?" Leo mengangguk layaknya anak kecil. Salah tingkah diperlihatkan oleh Nabila dan hanya mampu berdeham.

"Ba-baiklah tak apa-apa jika kau berada di sini ... Aku pun merindukanmu." Leo tersenyum. Dia lantas mendekat, hendak memberikan ciuman namun sebelum itu terjadi, Nabila mengarahkan kepalanya ke arah lain sehingga bibir Leo meleset.

Dia lalu mencium pipi Nabila. Setelahnya, Leo sama halnya dengan Marco membantu Nabila dalam segala hal dengan cara menghalangi gadis itu bekerja. Alhasil, Nabila makin bosan saja.

Tetapi karena Leo, Nabila menunaikan kewajibannya sebagai seorang istri dengan memasak atau memberikan minuman. Setiap anggota MAPALA termasuk Marco merasa cemburu melihat kebersamaan mereka berdua.

Tak ada yang bisa mereka lakukan kendati meminta mereka agar tak bersikap romantis sebab keduanya telah menikah. Mereka hanya bisa merutuk kesal dan berusaha mengabaikan Nabila dan Leo.

Para gadis pun tak berani membicarakan mereka berdua dikarenakan segan kepada Leo. Ditambah mereka juga menyukai pria itu. Yang awalnya mereka menyukai Marco kini berubah haluan pada Leo.

Setiap kali ditanya, suami dari Nabila itu hanya merespons tanpa mengeluarkan kata-kata kasar atau bernada keras. Anehnya, Nabila sama sekali tak terganggu. Adam-Kakek Leo telah mengatakan bahwa Leo lebih memiliki banyak teman perempuan ketimbang teman lelaki.

Jika dipikir dia hanya memiliki satu teman saja yaitu Axton-suami Wenda selain itu dia memiliki banyak sekali teman wanita yang tak bisa dihitung saking banyaknya. Entah dari mana dia memiliki sifat pembicara baik terutama dengan seorang wanita. Hanya satu wanita yang tahu dengan sifat Leo angkuh yaitu Wenda sendiri.

Hari kemudian berganti malam, keduanya tidur di kemah yang sama dan saling diam. Wajah Nabila memerah secara mendadak. Kendati agak lama dia menjadi istri dan selalu tidur diranjang yang sama dengan Leo, tapi untuk kali ini jantungnya berdebar dengan keras.

Mungkin ruangan mereka terbatas untuk bergerak. Kemudian sebuah pelukan dari belakang didapatkan oleh Nabila dari Leo. Leo memejamkan mata merasakan kenyamanan saat memeluk tubuh istrinya itu. Salah satu hal yang dia sangat sukai ketika bersama dengan Nabila.

Masih ada banyak lagi yang disukai oleh Leo namun dia tak mampu menyebutnya satu per satu saking banyaknya. "Leo ... aku berusaha tidur sekarang."

Leo menggeleng tegas. "Aku suka seperti ini." Nabila sontak menoleh tetapi yang dia dapatkan adalah ciuman dari Leo. Saling mencecap rasa manis bibir satu sama lain dengan durasi waktu yang lama, napas mereka mulai menjadi berat. Wajah mereka berdua pun memerah saat keduanya melepas ciuman.

Saling menatap intens, mereka mengatur napas secara perlahan. Leo lalu memosisikan dirinya di atas Nabila, menyentuh tubuh Nabila dengan memasukkan salah satu tangannya di dalam baju istrinya itu.

Nabila menggigit bibirnya. Menahan desahan yang hampir keluar dari mulutnya ketika Leo mulai menciumi jenjang leher milik Nabila. Ditambah dengan tangan Leo menggerayang nakal di dalam bajunya, makin Nabila mati-matian menggigit bibirnya yang merekah akibat ciumannya bersama Leo.

"Leo ..." Leo menaikkan kepalanya lalu beralih mencium bibir Nabila kembali. Dalam kenikmatan keduanya, tiba-tiba saja ada sebuah suara yang memanggil nama Nabila. Ciuman mendadak dilepaskan. Nabila pun mendorong Leo untuk menjauh.

Marco mengerutkan alisnya melihat tenda Nabila dan Leo bergerak secara tak wajar. Ditambah suara protes dari Leo, apa mereka punya masalah. Resleting dibuka oleh Nabila yang telah merapikan diri. "Oh Marco, ada apa?"

Tampaklah juga Leo yang terlihat kesal. Entah karena apa. "Besok kita akan pulang ke kota jadi bersiaplah untuk berkemas,"

"Besok? Bukannya beberapa hari lagi? Kenapa pulang duluan?"

"Ada masalah bagian logistik ternyata makanan kita cepat habis. Mungkin kita akan datang beberapa hari lagi." Nabila membuang napas kasar.

"Baiklah, aku mengerti." Marco lalu berjalan menjauh dari pasangan itu. Dia menggumam secara perlahan meminta maaf pada Nabila. Sebenarnya dia berencana agar memulangkan Nabila dan Leo terlebih dahulu.

Banyak anggotanya yang memprotes akan kedatangan Leo dan berharap bahwa keduanya pulang. Karena banyak yang meminta, Marco pun mengalah lalu membohongi mereka untuk pulang lebih dulu. Ya, Marco tahu kalau yang dia lakukan ini adalah kesalahan tetapi ini harus dilakukan toh dia juga cemburu kalau melihat kedekatan mereka sebagai suami istri.

Di tenda, Leo berusaha membujuk Nabila agar melanjutkan kegiatannya tapi Nabila mengabaikan permintaan sang suami lalu tidur.

Esok paginya, Nabila dan Leo bersiap beserta dengan beberapa teman disekitar mereka yang sibuk merapikan barang. "Ayo kita pergi." ucap Marco menghampiri mereka dengan membawa tas yang selalu dia bawa.

"Tapi bagaimana dengan yang lain?"

"Mereka bisa menyusul dengan Andre." Tanpa curiga, mereka menenteng tas dan berjalan mengikuti Marco yang menunjukkan arah sampai keluar. Mobil Leo sudah terparkir jadi keduanya segera mengangkut barang memasukkannya ke dalam garasi.

"Marco apa kau akan ikut dengan kami?" Marco secepatnya menggeleng.

"Aku akan menunggu saja Andre dan teman-teman lain." Nabila mempercayai Marco dan masuk ke dalam mobil meninggalkan Marco hingga mobil Leo tak terlihat lagi. Dia membuang napas kasar kemudian bergerak ke tempat perkemahan.

avataravatar
Next chapter