12 Bertemu Kembali

Siang itu, Lilia ditelepon oleh Harold Satria, manajernya. Harold memintanya datang ke kantor agensi untuk membicarakan beberapa hal.

Lilia segera berganti pakaian dan memakai kemeja katun putih dengan rok linen berwarna pastel yang panjangnya mencapai lutut. Lilia melengkapi penampilannya dengan topi bertepi lebar yang senada dengan roknya.

Saat Lilia tiba di kantor agensi, dia berpapasan dengan Rina. Wanita itu memelototi Lilia sambil berjalan pergi. Ekspresi marahnya tampak menakutkan, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa pada Lilia. Dalam sekejap, wanita dengan wajah merah padam itu sudah masuk ke dalam mobil Jaguar putih yang segera melesat pergi.

Lilia menduga bahwa Harold juga memanggil Rina ke kantor terkait pertengkaran mereka semalam. Keributan itu membuat mereka menjadi topik viral di internet, terlebih lagi karena mereka melibatkan aktor terkenal William Anggara.

Lilia bertemu dengan Harold di dalam kantornya. Ketika Lilia masuk, pria yang memakai kemeja bermotif kotak-kotak itu segera mematikan rokoknya. Dia berdiri dan membuka jendela agar angin segar mengusir bau asap yang menyesakkan.

"Aku berpapasan dengan Rina dan dia terlihat marah." Lilia membuka percakapan sambil duduk di depan Harold. "Apa kau baru menegurnya?"

Harold mencibir. "Gara-gara dia, pertengkaran semalam membuat dunia hiburan ribut. Menghukumnya dengan teguran saja terlalu ringan. Jadi aku juga menghentikan dua program endorsement dan membatalkan kontrak peran pendukung di serial televisi yang didapatkannya."

Lilia terkejut mendengar sanksi itu. "Tidakkah itu terlalu berat?" Bukannya berniat membela Rina, tapi dia pun merasa bahwa hukuman seperti itu agak melampaui batas.

Harold mengangkat bahu. "Dari dulu pihak agensi sudah melarang siapapun membicarakan tentang masa lalumu dengan William. Tapi Rina melanggar peraturan itu dan bahkan mempermalukanmu di depan umum! Memangnya dia pikir dia siapa? Tentu saja dia harus siap menerima konsekuensi perbuatannya itu!"

Lilia diam-diam merasa puas mendengar penjelasan Harold. Rina yang mencari masalah dengannya, tapi dia sendiri yang kena batunya.

Setelah Harold selesai mengomel panjang-lebar tentang Rina, dia akhirnya ingat alasannya memanggil Lilia. "Ini tiket penerbanganmu ke Italia bulan depan. Sampai Milan Fashion Week selesai, aku tidak akan memberimu pekerjaan apapun. Fokus saja untuk mempersiapkan diri. Agensi yang akan mengurus soal baju-bajumu, jadi kamu tidak perlu khawatir."

*****

Lilia meninggalkan kantor Harold dengan perasaan kecewa karena dia tidak bisa bekerja untuk mengalihkan perhatiannya dari pernikahan kontrak ini. Dia menolak ajakan Harold untuk makan malam bersama, namun sekarang dia tidak tahu ke mana dia akan pergi.

Lilia sempat berpikir untuk pulang, tapi dia enggan menghadapi sikap dingin Sylvia di rumah. Akhirnya Lilia memanggil taksi dan pergi ke mall terdekat.

Pusat perbelanjaan itu terlihat lebih sepi dari biasanya, mungkin karena hari ini adalah hari kerja. Lilia menuju ke toko baju terbesar di mall itu. Dia berencana memperbaiki suasana hatinya dengan berbelanja.

Selain itu, Sylvia juga menyuruhnya mencari baju baru yang bagus untuk pertemuan dengan Keluarga Widjaya tiga hari lagi. Tidak peduli seberapa besar Lilia membenci pernikahan ini, dia tidak dapat membatalkannya. Jadi dia hanya bisa mengikuti keinginan orangtuanya.

Saat Lilia berjalan masuk, kebetulan manajer toko itu melihatnya. Dia segera menghampiri Lilia.

"Nona Lilia Pangestu! Selamat datang di toko kami!" Wanita itu tersenyum lebar. "Baju apa yang Anda cari hari ini?"

Kalau Lilia, model yang sedang naik daun, membeli pakaiannya di sini, toko ini akan meraup keuntungan besar dari kepopulerannya. Manajer itu bertekad untuk memberikan kesan yang baik pada Lilia.

"Tolong tunjukkan baju-bajumu yang terbaru!" Lilia menginstruksikan.

Pegawai-pegawai toko itu segera bergerak sementara sang manajer mengantar Lilia ke ruang ganti. Setelah para pegawai itu membawakan berbagai macam pilihan baju, Lilia memilih beberapa untuk dicoba dan masuk ke dalam salah satu ruang ganti yang kosong.

Saat Lilia sedang mencoba baju pertamanya, dia mendengar suara seorang wanita di luar ruang gantinya.

"Will, apa baju ini terlihat bagus?"

Lilia menahan nafas saat dia mengenali suara itu.

Hanya ada satu orang selain Lilia yang berani menggunakan nama panggilan William Anggara dengan begitu akrab.

Sara Hartanto.

avataravatar
Next chapter