webnovel

Menjemput calon wanita

Ke esokan harinya. Semua keputusan sudah di ambil. Dan semuanya sepakat jika Clarissa yang akan tetap menggantikan kakaknya untuk menikah. Dan Clarissa tidak merasa keberatan akan hal itu. Ia ingin melihat keluarganya bahagia.

Dan tepat hari ini seseorang akan menjemput Clarissa untuk pergi ke rumah tuan yang akan menikahinya.

------

"Hari ini akan tiba, semua akan berubah drastis, dalam kehidupanku, nantinya. Dan keputusan ini sudah aku ambil, bagaimanapun nanti, aku harus bisa menerima dia jadi suami aku. Entaj dia tua ataupun muda. Demi keluarga dan kakakku, aku rela melakukan semuanya, termasuk mengorbankan diriku. Sekarang tinggal hitungan menit lagi, mungkin aku akan pergi dari rumah ini." Batin Rissa, memegang pipinya. Memandang wajahnya yang sangat menyedihkan di balik senyuma terukir di wajahnya, di depan cermin.

Tok.. Tok.. Tok..

"Permisi non, tuan sudah menunggu di ruang tamu" ucap pelayan di balik pintu kamarnya.

"Baik, aku akan segera turun. Kamu pergi saja duluan," pinta Rissa.

"Baik, non."

----

Rissa menarik napasnya dalam-dalam, ia mulai merapikan gaun putih yang membalut tubuhnya. "Aku akan menikah dengannya, tapi aku tidak akan pernah mau di sentuh olehnya," pikir Rissa, membalikkan badannya. Melangkahkan kaki keluar dari kamarnya. Nenuruni anak tangga dengan langkah kaki sangar ragu, ia hanya menuduk lesu. mencoba agar kuat menerima kenyataan jika dia menikah dengan om-om.

"Clarissa sini," panggil mamanya, membuat gadis itu, bibirnya semakin bergetar, keringat dingin mulai bercucuran. Ia masih belum sanggup melihat siapa yang akan menikah denganya.

"Rissa, ini Mr. Jack dia yang akan membawa kamu pergi" ucap Fransisca, berdiri menghampiri adiknya. Dengan ujung bibir tertarik sedikit. Ia memang sangat suka jika adiknya menggantikannya menikah. Apalagi jika menikah dengan om-om. Baginya dia sanfat cantik dan elegan. Banyak laki-laki kaya yang masih mau dengannya.

Sisca, memegang rahang adiknya itu, dengan senyum palsu terpaut di wajahnya. pada semua orang yang ada di sekitarnya. "Rissa, angkatlah wajahmu. Tunjukan pada Mr Jack jika kamu mau menikah dengan tuanya.

Rissa menarik napasnya dalam-dalam. Perlahan ia menggerakkan kepalanya, menatap lurus ke depan. Wajah seorang yang sangat asing di depannya. Seorang laki-laki, sekitar dua puluh delapan tahunan, duduk di depan ke dua orang tuanya.

Tubuh Rissa semakin ragu, tubuhnya mulai gugup dan bergetar hebat. Kenaoa di saat seperti ini, aku merasa sangat gugup. Aku benar-benar gak bisa jalan. Kakiku terlalu gugup untuk melangkah. Pikir Rissa.

Ia mulai melangkahkan kekinya, di tuntun kakanya yang emengang tangan kinannya. tidak sanggup menikah dengannya. Tapi ini demi keluarga dan kakaknya. Langkah kaki Rissa semakin pelan, dengan kepala menunduk ke bawah. Ia meremas ujung gaun pendek selutut miliknya. hingga menjadi sebuah gumpalan di tangannya .

Rissa, menarik bibirnya ke dalam, mengigit bibir bawahnya. Yang tidak berhenti bergetar dari tadi.

"Pa, ma. Itu Rissa" ucap Fransisca, pada ke dua orang tuanya.

"Apa.. dii... dia, yang akan menikahiku?" tanya Rissa terpatah-patah, tanpa berani menatap orang itu.

Rissa mengusap dadanya, yang memang udah rata itu hingga semakin rata. Ia masih terselamatkan jika menikah dengannya. yang masih terlihat muda. Gimana kalau jadinya tadi udah om-im tua.

"Saya langsung saja, bawa anda pergi ke rumah tuan saya." ucap laki-laki itu, membuat Rissa tersentak. Langsung menatap ke arahnya.

Jadi bukan dia yang menikah denganku, terus siapa. Kenapa aku jadi khawatir gini. Haduhh.. Gimana jadinya jika aku menikah dnegan om-om. Pikir Rissa dalam hatinya.

-----

Mr. Jack segera membawanya pergi. Semuabarang-barangnya juga sudah di siapkan oleh para pelayannya. Ia hanya bisa menatap sedih melihat orang tuanya. Yang seakan tidak rela dia pergi.

"Masuklah, Non!" ucap Mr. Jack, membukakan pintu, mempersilahkan masuk Rissa dalam.mobil yang sangat mewah. Bahkan lebih bagus dari pada mobil keluarganya.

Rissa yang semula malu-malu, ia mencoba memberanikan diri untuk tetap seperti Rissa biasanya. Selalu friendly pada semua orang.

"Maaf, saya boleh tanya?" ucap Rissa ragu-ragi, mengernyitkan matanya.

"Tanya apa?" jawab Mr. Jack datar.

"Tuan, anda om-om atau bukan. Tapi jangan marah ya, Om. Jack. Aku hanya tanya? gak ada maksud lain" Risa mengangkat ke dua tanganya ke depan, mengibas-ngibaskan tanganya.

Mr. Jack mengerutkan alisnya. Gimana bisa ada wanita seperti dia. Benar-benar sangat polos. Tadi dia nampak masih malu-malu, tapi sekarang bahkan dia sudah berani bertanya. Pikirnya.

"Nanti kamu juga akan tahu sendiri, jadi jangan banyak tanya lagi. Duduk dan diamlah dengan tenang" Mr jack nampak sangat dingin, wajahnya datar ta pa senyum sama sekali di bibirnya.

Rissa sedikit menyondongkan bandanya ke depan. "Om, Apa om gak mau menikah juga?" pertanyaan yang konyol terucap di bibir Rissa, membuat Mr Jack memincingkan matanya. Menatap tajam ke arahnya.

"Pisss.. Om.. Jangan marah, aku hanya tanya. Tak masalahkan jika aku tanya. Lagian juga tanya gak bayar kok om." ucap Rissa, yang sudah terlihat sifat aslinya.

Mendengar celoteh gadis kecil di belakangnya. Mr. Jack hanya bisa diam, menarik napasnya dalam-dalam, darahnya seakan mulai menrangkak naik ke wajahnya. Membuat wajahnya merah padam, seketika.

Ia benar-benae di buatnya nerasa terbungkam. mendsngar gadis kecil di belakangnya memanggilnya dengan sebutan 'om'.

Oh god!! Dia merasa tidak setua itu, bahkan umurnya belum genap tiga puluh tahun.

Pukkk...

Rissa menepuk pundak Mr Jack. "Jangan terlalu tegang om, nanti bisa darah tinggi. Buat happy saja. Nikmati perjalanan ini, dengan santai" gumam Rissa menyandarkan punggungnya di kursi dengan ke dua tangan melayang ke atas, kepala sedikit mendongak menatap atap langit mobil.

Mr Jack yang tadi hanya diam, darahnya semakin mengalir dari ujung kaki ke kepalanya sangat cepat. Ia memincingkan matanya, menatap tajam ke arah Rissa.

Membuat gadis itu, menarik kepalanya ke belakang melihat wajah yang bagitu, menakutkan!!

Mobil berhenti tepat di rumah mewah bernuasanya emas, dengan halaman rumah yang begitu luas. Membuat mata Rissa tertegun, takjub.

Banyak para pelayan berbaris menyambut kedatangannya.

"Waaaww... Rumahnya bagus banget om, lebih bagus dari pada rumahku"

"Turunlah!!" ucap datar Mr Jack, bergegas turun.

Tanpa banyak tanya Rissa segera turun dari mobil. Dan berjalan dengan santainya mengikuti langkah kaki Mr Jack yang semakin cepat di depannya.

"Tuan, sudah, menunggu di dalam,"

Mara Rissa sibuk berkeliling menatap sekitarnya. Rumah yang begitu luas.

Ini rumah apa lapangan golf, lebar banget. Pikir Rissa.

"Masuklah!!"

"Baiklah, tapi..." Rissa menghentikan ucapanya. Belum sempat bertanya Mr. Jack sudah pergi lebih dulu.

Rissa berdengus kesal, ia menghentikan kakinya. dan langsung masuk entah kemana. Ia berjalan dengan langkah sangat hati-hati. Menatap ke kanan dan ke kiri, bergantian.

"Aku pergi kemana ya, Ke kanan atau ke kiri. Dan kenapa mereka tidak ada yang memberi tahuku. Terus, kamar aku, dimana. Dan 'om' yang akan menikah denganku, di mana dia" pikirnya terus menggerutu dalam hatinya.

Rissa memincingkan matanya, saat melihat sebuah pintu yang menjulang sangat tinggi, dengan ukiran klasik, yang membuatnya sangat tertarik. Ia memutuskan untuk berjalan masuk ke dalam, membuka pintunya yang tidak terkunci itu, secara perlahan. Dengan wajah was-was memutar menatap sekelilingnya. Ia berjalan merayap menempel di tembok seperti cicak yang sedang cari mangsanya.

"Apa yang kamu lakukan di situ?" tanya soarang laki-laki dengan suara serak, berat khasnya. Membuat Rissa menggerakkan kepalanya. Menatap ujung kaki, laki-laki di depannya. Kakinya sangat mulus tanpa bulu, bak seorang model. Matanya mulai bergerak ke atas. Seketika ia berteriak sekencang-kencangnya. Melihat laki-laki itu hanya mengenakan balutan handuk putih menutupi.

Aaaaaaaa...

Rissa memalingkan wajahnya menutup, ke dua matanya rapat-rapat dengan telapak tangannya.

Untung saja ruangan itu kedap suara. Jadi sekeras apapun ia berteriak tidak akan terdengar dari luar.

Next chapter