webnovel

Sadar (2)

"Bagaimana keadaannya, dok?"

"Dia akan baik-baik saja. Sepertinya pasien mengalami serangan panik karena tidak mengenali di mana ia berada."

"Apa dia akan tertidur lagi untuk waktu yang lama?"

"Anda tidak perlu khawatir, kondisi pasien sudah sangat stabil dan ia akan kembali bangun dalam waktu dekat."

Renessa tahu mereka sedang membicarakannya, ia mencoba membuka mata dan mengerang tanpa disadarinya. Renessa sadar ruangan itu menjadi sunyi, seolah mereka sedang menunggunya.

Renessa mengerjap beberapa kali dan agar matanya dapat membiasakan diri dengan cahaya di ruangan itu. Setelahnya matanya dapat menangkap sosok seorang pria yang cukup tampan di sebelah kanannya dan seorang wanita cantik dengan jubah dokter yang berada di sebelah kiri tempat tidurnya. Ia sedikit kebingungan karena tidak mengenal kedua orang ini.

"Apa anda bisa mendengar suara saya dengan jelas?" sang dokter bertanya dan Renessa mengangguk dengan lemah.

Wanita dengan berjas putih mengangguk singkat sebelum kembali bertanya, "Apa anda bisa melihat jari saya dengan jelas?"

Renessa kembali menganggukan kepalanya, ia ingin bertanya ia berada di mana namun tenggorokannya terasa kering dan perih.

Dokter Sheila kemudian memeriksa keadaan Renessa dengan cepat. Setelah memastikan bahwa kondisi fisik Renessa masih baik-baik saja hanya sedikit lemah, ia segera mengangguk singkat.

Dokter Sheila yang menyadari bahwa Renessa kesulitan berbicara segera mengambilkan segelas air di atas lemari kecil di samping tempat tidur Renessa dan memasukan sedotan ke dalamnya untuk memudahkan Renessa meminum air dari dalamnya.

Renessa terbatuk kecil setelah dengan sedikit rakus meminum air dari sedotan. Ia merasa ia sudah tidak minum air untuk waktu yang lama. Renessa mencoba berdehem beberapa kali namun hanya beberapa suara pelan yang terdengar dari mulutnya.

"Anda tidak perlu terburu-buru memaksakan diri untuk berbicara. Anda masih terlalu lemah," Dokter Sheila berkata dengan penuh pengertian. Ia sepertinya bisa melihat kekuatan di mata Renessa ketika tidak ada suara yang muncul dari bibirnya yang bergerak.

Kepanikan Renessa mereda setelah mendengarkan penjelasan sang dokter. Ia pikir ia menjadi bisu karena kecelakaan yang dialaminya.

Setelah melakukan pemeriksaan awal untuk mengetahui tanda-tanda kerusakan organ ataupun kekurangan lainnya pada diri Renessa, dokter itu berpamitan dan meninggalkan Renessa dan si pria tampan di dalam ruangan. Renessa bingung, ia sama sekali tidak mengenal pria di sampingnya ini.

Apakah ia terlempar ke dalam sebuah novel atau merasuki tubuh seorang wanita seperti novel yang belakangan ini popular di kalangan anak remaja? Apakah ia adalah sang pemeran sampingan menyedihkan atau seorang pemeran antagonis yang ditakdirkan akan mati.

Renessa kemudian menatap pria yang dari tadi berdiri di samping tempat tidur dalam diam, ia memandang pria tampan itu dengan sedikit takjub. Mungkin karena ia masih terbayang wajah Daniel, pria itu sedikit terlihat seperti sang mantan kekasihnya yang baru-baru ini mengkhianatinya. Mungkin jika ia berada di dalam dunia novel, pria ini adalah pemeran utamanya.

"Beristirahatlah dulu, ketika kondisimu sudah mulai pulih aku akan menjelaskan beberapa hal padamu," pria itu berkata sambil menutupi tubuh Renessa dengan selimut. Renessa ingin bertanya siapa pria itu dan kenapa dia yang menjaganya di rumah sakit namun tidak ada kata yang keluar dari mulutnya.

Katakan padaku jika kau… maksudku lambaikan tanganmu jika kau membutuhkan sesuatu," Kata pria itu kemudian bergerak ke arah sofa yang berada di sudut ruangan dan duduk di sana. Ia kemudian terlihat menyibukan diri dengan laptop dan beberapa dokumen.

Renessa menatap pria itu singkat sebelum pikirannya kembali dipenuhi dengan bayangan Daniel, pria itu memiliki bentuk hidung yang sama seperti Daniel. Pikiran Renessa kembali dipenuhi dengan kenangannya bersama Daniel dan ingatan terakhirnya hari itu. Sebenarnya sudah berapa lama Daniel dan Mary berpacaran dan bertemu diam-diam di belakangnya?

Renessa selalu sangat sibuk saat berkuliah, ia harus mempelajari semuanya dari awal dan dua semester awal sangat berat baginya karena ia juga harus mengikuti les privat untuk mempelajari perusahaan keluarga Pratama. Kesibukannya membuatnya jarang bertemu Daniel, namun yang ia tahu pria itu juga sama sibuknya untuk mengejar impiannya sebagai musisi.

Renessa berpikir hubungannya dan Daniel baik baik saja dan akan berjalan lancar, ternyata ia tidak mengenal Daniel sama sekali dan hanya dipermainkan oleh pria itu. Ia ingat perkataan Daniel pada Mary, pria itu berusaha mencintainya namun gagal.

Ia tidak pernah merasakan kebohongan apa pun dari Daniel, mantan kekasihnya itu benar-benar seorang yang hebat dalam berakting, pantas saja ia bisa mendapatkan posisi pemeran utama dengan mudah walaupun itu adalah film pertamanya.

Semua pikiran buruk kembali berkecamuk di benak Renessa, membuat wanita itu kembali menangis pelan. Ketika ia pikir ia akan berhenti menangis, tangisannya bahkan semakin menjadi.

Andreas sedang berkutat dengan pekerjaannya yang menumpuk ketika ia mendengar suara tangisan tertahan dari arah tempat tidur. Ia menoleh ke arah tempat tidur dan menemukan wanita misterius bertubuh mungil itu sedang menangis sesenggukan. Wanita itu membelakanginya dan tubuhnya terlihat bergetar pelan.

Andreas menghela napas. Ia tidak tahu bagaimana cara menghibur atau menenangkan seseorang yang sedang menangis. Pria itu menutup layar laptopnya dan berjalan menghampiri tempat tidur yang terletak di tengah ruangan.

Ia duduk tepat di kursi yang berada di samping tempat tidur, namun wanita itu terlalu larut dalam pikirannya sehingga tidak menyadari kehadiran Andreas sama sekali.

"Semuanya akan baik-baik saja," Andreas berkata menenangkan sambil menepuk pelan tangan kecil wanita itu. Alisnya sedikit berkerut saat menyadari kepalan tangannya dapat dengan mudah menyembunyikan tangan kurus wanita itu.

Andreas sedikit panik ketika tangisan wanita itu semakin keras dan wanita itu mulai terlihat sulit bernapas. Andreas ingin memanggil seorang perawat untuk meredakan tangisan wanita itu namun ia tahu selain memberikan obat penenang tidak ada yang bisa dilakukan para perawat.

Ketika gadis itu mulai terbatuk-batuk, Andreas segera berdiri dan meraup wanita itu ke dalam pelukannya. Ia sedikit terkejut ketika ia bisa dengan mudah mengangkat tubuh kecil wanita itu. Berat wanita itu seperti seperti keponakannya yang berusia 12 tahun. Ia kemudian duduk di atas ranjang sambil mengusap pelan punggung wanita kecil dalam pelukannya.

Gadis itu menangis cukup lama sebelum akhirnya tertidur dalam pelukan Andreas.

Andreas memandang si gadis mungil yang sudah kembali terlelap dalam tidurnya. Setelah hampir enam bulan terbaring tidak sadarkan diri, tubuh gadis itu menjadi semakin kurus hari demi hari. Andreas bahkan mulai ragu gadis ini akan bangun dari tidurnya. Memar dan juga retakan pada tulang akibat kecelakaan yang dialaminya perlahan pulih namun ia mulai menyadari cekungan pada pipi yang awalnya sedikit berisi.

Menatap wanita tidak berdaya yang sedang tertidur lelap di hadapannya membangkitkan keinginan Andreas untuk melindungi gadis misterius ini. Mungkin ia merasakan hal seperti ini karena ia yang menyelamatkan gadis itu dan menghabiskan cukup banyak waktu untuk menunggunya di rumah sakit. Namun yang ia tahu, ia tidak ingin ada seorangpun yang menyakitinya.

Rrrtttt….

Andreas tersadar dari lamunannya saat mendengar getaran ponselnya. Ia melirik kursi di pinggir ruangan, sedikit enggan untuk melepaskan tangan wanita yang sedang mencengkram tangannya erat walaupun ia telah tertidur lelap.

Andreas ingin mengabaikan panggilan itu namun ponselnya terus bergetar setelah beberapa kali yang akhirnya membuatnya melepaskan tangan gadis itu dengan perlahan dan berjalan ke arah ponselnya.

Next chapter