webnovel

Istri Kejam Sang CEO

(+21 Mature Content) Renessa akhirnya kembali ke rumahnya setelah sebelas tahun hanya untuk menemukan bahwa beberapa hal telah berubah. Ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita muda yang terlihat membencinya setengah mati. Adik tirinya yang terlihat bagaikan malaikat menempati kamarnya dan dengan sukses merebut posisi Renessa sebagai anak terbaik di hati ayahnya. Tidak, ia tidak pernah menjadi anak terbaik di hati ayahnya. Ayahnya tidak pernah menginginkannya dan membencinya. Bahkan kebencian pria itu pada Renessa terkadang membuat Renessa mempertanyakan identitasnya yang sebenarnya. NAmun di balik itu semua alasan kepulangan Renessa adalah untuk mengetahui keberadaan makam ibunya yang hanya diketahui ayahnya. Ayannya sepertinya sudah mempersiapkan segalanya untuk mendepaknya dan kenangan almarhum ibunya keluar dari rumah itu. Namun bukan Renessa Jika ia tidak pulang dengan amunisi di tangannya. Ia memiliki hak penuh atas seluruh kekayaan ibunya yang membuat keberadaannya bagaikan noda membandel di tengah keharmonisan keluarga ayahnya.

xandrinha · Urban
Not enough ratings
30 Chs

Album Foto

Renessa memandang foto-foto ibunya dalam album yang berhasil diselamatkan Rosalin dengan sedih. Dari puluhan album foto milik ibunya, hanya empat album foto kecil yang berhasil disimpan Rosalin. Ia masih ingat ia bahkan memiliki sudut untuk koleksi album foto ibunya sejak wanita itu masih bayi hingga beberapa hari terakhir sebelum kematian ibunya.

Almarhum kakek Renessa, Herman Pratama adalah pria yang sangat mencintai putrinya. Istrinya meninggal Ketika Claudia baru berusia 4 tahun, membuat gadis itu menjadi pusat kehidupannya. Ia mencurahkan segala yang dimilikinya untuk putri tersayangnya. Ia selalu berusaha mengabadikan setiap momen-momen kecil yang bisa disimpannya nanti sebagai kenang-kenangan.

Ketika Claudia akhirnya meninggal, Herman akhirnya memberikan seluruh album foto Claudia pada Renessa. Pria tua itu merasa ia sudah menghabiskan waktu yang cukup berharga bersama Claudia, tidak seperti Renessa yang hanya menghabiskan waktu 7 tahun bersama ibunya. Ia kemudian memberikan seluruh album foto berharganya pada Renessa, berharap semua album foto itu bisa disimpan dengan baik oleh Renessa dan menjadi obat untuk meredakan kerinduan cucu kesayangannya pada putrinya.

Sayangnya semuanya kini menghilang. Renessa mengepalkan tangannya erat, mencoba menahan luapan emosi yang mulai membuatnya sesak. Seharusnya waktu itu kakeknya memberikan koleksi foto ibunya pada orang lain saja. Atau mungkin disimpan di suatu tempat hingga ia cukup dewasa.

Renessa memandang keempat album foto yang diberikan Rosalin. Keempatnya hanya berisi foto ibunya Ketika masih remaja, namun berkat foto itu ia dapat mengingat kembali senyum lembut yang selalu menghiasi wajah ibunya. Wajah wanita yang sangat mencintainya itu sudah mulai buram dalam ingatannya setelah sepuluh tahun berlalu.

"Almarhumah sangat mirip denganmu," Rosalin berkata sembari mengelus rambut Renessa yang sedang memandang foto di dalam album milik ibunya.

"Hmm…" Renesa bergumam kemudian menganggukan kepalanya pelan.

Renessa memiliki bentuk wajah dan warna kulit putih pucat yang serupa dengan ibunya. Semua orang yang pernah bertemu ibunya selalu mengatakan bahwa ia adalah replica kecil Claudia. Mereka berdua bagaikan bagaikan pinang di belah dua. Yang membedakan Renessa dan ibunya hanyalah rambut mereka. Claudia memiliki rambut hitam kelam yang sangat lurus, sedangkan rambut Renessa memiliki sedikit tone kecoklatan dan sedikir berombak yang diwariskan ayahnya.

"Terima kasih, bibi Rosaline, aku tidak akan memiliki kenanggan yang dapat mengingatkanku pada ibu jika bibi tidak menyimpan album foto ini," Renessa berkata sambil menghela napas lega. Emosinya sedikit terpancing Ketika mendengarkan perkataan Rosalin dan melihat bahwa semua benda miliknya telah dibuang dari rumah itu.

Ia cukup kecewa saat menyadari bahwa dari tumpukan koleksi foto ibunya, hanya empat album kecil ini yang tersisa. Namun ia juga merasa bersyukur. Jika Rosalin tidak berada di sini. Ia mungkin tidak dapat lagi melihat wajah ibunya.

Kenyataan bahwa ayahnya mengusirnya dengan paksa ke luar negri 11 tahun yang lalu harus membuatnya meninggalkan semua benda berharganya. Ia ingat pernah menangis karena mulai melupakan wajah ibunya saat terbangun saat tengah malam karena mimpi buruk, namun ia selalu bisa kembali menguatkan dirinya, jika ia menyelesaikan studinya dengan baik mungkin ayahnya benar-benar akan datang menjemputnya dan ia bisa melihat kembali wajah ibunya di dalam koleksi album foto ibunya.

Renessa menutup album foto itu kemudian berdiri, "ayo kita kembali."

Renessa kemudian membawa album foto itu dan berjalan menuju ruang tengah. Liam, sang kepala pelayan masih berdiri di sana. Seorang pelayan terlihat berdiri di sampingnya, melaporkan sesuatu.

Pelayan itu menyadari kehadiran Renessa dan Rosalin kemudian menunduk dan berjalan pergi.

"Kami sudah mempersiapkan kamar anda tepat di samping kamar Nona Mary. Mari ikut saya," Liam berbicara dengan nada ramah.

Renessa mengangguk pelan. Walaupun ingatannya akan rumah itu sudah mulai menghilang. Namun ia masih ingat bahwa kamarnya adalah kamar terbaik selain kamar orang tuanya. Kamar lainnya tidak memiliki walk-in-closet, bathtub jumbo, kulkas, dan sudut perpustakaan kecil seperti kamar miliknya. Ibunyalah yang mendesain kamarnya sehingga wanita itu sudah memperhitungkan ukuran kamar yang tepat untuk putri kesayangannya. Renessa bahkan dapat tinggal di kamar itu hingga ia dewasa karena kamar itu sangat besar.

Renessa mendengus geli, saat ia berjalan mengikuti Liam. Ia hanya baru pulang setelah 11 tahun bukan hilang ingatan. Ia masih dapat mengingat di mana letak kamarnya.

Mereka menaiki tangga menuju lantai tiga. Ketika tiba di kamar yang dimaksud Liam, pria itu segera membukakan pintu mempersilahkan Renessa. Sayangnya, Renesa memiliki ide lain karena ia mengabaikan Liam dan bergerak menuju kamar yang berada tepat di sampingnya.

Renessa membuka pintu kamar dan menemukan pemandangan yang cukup menakjubkan. Dinding putih dengan perbotan berwarna pink membuat Renessa sedikit berjengit. Bahkan kamarnya dulu tidak pernah sebagus ini.

Renessa tersenyum mengejek saat ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Boneka-boneka, hiasan lampu pada dinding, foto-foto keluarga yang memenuhi salah satu sudut dinding, siapapun adik tirinya, ia sangat beruntung karena mendapatkan curahan kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Renessa mengambil salah satu foto dan tersenyum miris melihat ayahnya yang sedang tertawa lebar ketika memeluk gadis remaja yang memegang sebuah piala kecil. Gadis itu tidak mendapatkan juara pertama dalam lomba balet yang diikutinya tapi ayahnya terseyum seolah anaknya membawa pulang medali olimpic.

Renessa ingat ayahnya hanya memandangnya kurang dari satu menit ketika ia membawa pulang piala besar saat memenagkan lomba melukis ketika ia berumur 8 tahun.

Renessa menghela napas dan meletakan kembali foto keluarga bahagia pada posisinya semula. Masih banyak foto menakjubkan lain, namun ia merasa melihatnya satu persatu akan membuatnya tenggelam dalam rasa iri.

Renessa berjalan berkeliling sambil memperhatikan semua benda di dalam ruangan itu dengan perasaan kecewa dan sakit hati.

Liam memperhatikan Renessa dengan tenang walaupun perasaannya campur aduk. Ia tidak tahu apa yang ingin dilakukan Renessa, tapi ia memiliki firasat buruk.

"Panggil beberapa pelayan pria kemari," Renessa memberi perintah. Seperti menyadari apa yang ingin dilakukan Renessa, Liam terlihat semakin salah tingkah. Ia tidak ingin disalahkan ketika nanti tuan, nyonya serta Nona Mary pulang.

Liam mencoba meminta bantuan Rosalin yang berada di sampingnya namun wanita itu menundukan kepalanya dengan hormat seolah tidak ada apa pun yang terjadi di sana.

"Mungkin nona perlu mendiskusikan hal ini dengan tuan terlebih dahulu," Liam mencoba memberi saran. Ia sedikit khawatir bagaimana tanggapan tuan mereka jika seseorang membuat Nona Mary kesal. Walaupun Mary adalah anak tiri Tuan Rudi Santoso, semua orang di rumah itu tahu bahwa pria itu sangat menyayangi Mary dan selalu memberikan apa yang diminta gadis itu.

Sedangkan Nona Renessa? Para pelayan baru di rumah ini mungkin tidak pernah mendengar namanya. Ia yang seorang kepala pelayan bahkan hanya pernah melihat nama anak kandung majikan mereka ini sekilas dari beberapa dokumen atau surat yang datang. Walaupun Nona Renessa tidak tinggal di sini, namun ia mengetahui fakta bahwa rumah ini adalah milik nona Renessa, peninggalan ibunya. Nona Renessa juga adalah pemilik yang sah dari perusahaan yang saat ini dikelola oleh Tuan Rudi Santoso.

"Kalau mereka tidak ada di sini dalam lima menit, aku akan mulai menghancurkan semua barang di dalam kamar ini, Liam," Renessa berbicara sambil tertawa sinis, memandang beberapa piala di dalam lemari kaca.

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

xandrinhacreators' thoughts