6 Merebut Ciuman Pertama.

"Pak, tolong maafkan saya kali ini! Saya tidak berniat telat, saya lupa membawa tas makanya saya pulang untuk mengambilnya"Jelas Qiara menggunakan alasan yang jujur.

"Bohong itu Pak! "Kata Qiano menimpali penjelasan Qiara.

"Ak saksinya!" Kata Valen sambil berdiri untuk membela Qiara.

"Saya tidak butuh alasan. Sekarang keluar kamu dari kelas ini!"

Guru kiler iti benar-benar marah sehingga darah tingginya naik.

"Tapi pak ... "

"Keluar ...." Teriak guru kiler itu lagi seraya menunjuk pintu keluar dengan ekspresi yang mengerikan.

"Baik pak, saya akan segera keluar. Mohon jangan marah-marah lagi, ingat darah tinggi bapak, karena itu bisa membuat umur orang pendek. Hehehe ..."

Setelah memgatakan itu, Qiara pun beralri keluar karena tidak ingin dimarahi lagi.

Setelah Qiara keluar, pembelajaran dilanjutkan. Tiba-tiba Demian merasa kebelet pipis.

"Saya izin keluar! "Kata Qiano seraya mengacungkan tangan kanannya.

Guru kiler itu hanya melambaikan tangannya, setelah itu Qiano bergegas menuju kamar mandi.

Tanpa sepengetaguan Qiano, dirinya sudah diincar oleh Qiara semenjak dia keluar dari kelas.

Melihat Qiano masuk ke kamar mandi, Qiara tersenyum licik lalu menyusulnya masuk mumpung anak-anak masih di kelasnya.

Tidak lama kemudian, Qiara berdiri sambil berdecak pinggang di depan pintu salah satu toilet yang digunakan oleh Qiano.

Sesaat kemudian Qiano keluar dari kamar mandi. Seketika itu ia kaget bukan main ketika melihat Qiara, sehingga ia hampir terpeleset.

"Astaga ... Gadis gila, apa yang kamu lakukan di sini?" Tanya Qiano dengan tatapan tajam setelah sadar dari keterkejutannya.

Qiara melotot kepada Qiano sambil tersenyum licik.

"Dasar racun busuk, karena ulahmu aku di keluarkan dari kelas. Jadi, kamu harus bertanggung jawab sekarang juga!"

Mendengar perkataan Qiara, Qiano menyilangkan tangannya ke dada sambil menaikkan alisnya sebelah kanan.

"Lalu? Kamu mau aku melakukan apa untukmu?" Tanya Qiano dengan santai.

"Tolong ... tolong .. tolong ... Siapapun di luar tolong aku! ada yang ingin memperkosaku"

Tiba-tiba Qiara menjerit kearah pintu keluar sambil menbuka satu kancing bajunya.

Qiano menjepit alisnya sambil menutup telinganya. Namun ia semakin khawatir mendengar teriakan Qiara yang bisa mengundang orang banyak

Seketika itu, Qiano merasa frustasi melihat Qiara yang tidak mau berhenti berteriak.

"Gadis gila, hentikan! Kalau tidak aku bisa melakukan hal buruk padamu!"

Qiano memgancam Qiara agar dia kau diam, akan tetapi itu percuma. Qiara malah semikin berani dengan melanjutkan membuka kancing bajunya lagi sambil mengacak-acak rambutnya, dia melakukan itu untuk merusak nama baik Qiano yang terkenal dengan anak jenius yang sopan dan tidak pernah membuat ulah.

Tepat saat itu terdengar suara langkah kaki yang mendekat ke arah kamar mandi. Seketika itu, Qiano terkejut dan merasa khawatir ada yang akan mendengar suara Qiara.

Mata nya melotot kearah pintu masuk, sedang Qiara malah tersenyum melihat kecemasan di wajah sang bintang sekolah itu.

Tidak lama setelah itu suara langkah kaki semakin dekat. Akhirnya Qiano terpaksa menutup mulut Qiara yang tidak mau diam dengan tangannya sambil menarik Qiara masuk ke salah satu toilet di kamar mandi itu.

"Qiano, lepaskan tanganmu yang bau ini dari mulutku?"Qiara mencoba melepaskan diri dari cengkeraman Qiano.

Qiano hampir kehilangan tenaga menahan amukan Qiara.

"Diamlah! Aku tidak akan membiarkanmu merusak nama baikku di sekolah ini! Kalau kamu sih sudah terlanjur rusak karena ulahmu sendiri. Jadi, jangan bawa-bawa orang lain dong!" Bisik Qiano ditelinga Qiara.

Qiara semakin kesal mendengar perkataan Qiano sehingga ia menggigit tangannya. Seketika itu Qiano melepaskan bungkamannya.

"Arrggg ... Sakit."Ringis Qiano seraya memegang tangganya yang digigit oleh Qiara.

Qiara pun kembali berteriak setelah tangan Qiano yang membungkam mulutnya menyingkir.

Hal itu membuat Qiano semakin geram, terlebih ketika mendengar langkah kaki yang sudah sampai di depan toilet.

"Siapa di dalam?"

Suara salah seorang siswa terdengar di balik pintu.

"Tolong .. "

Belum saja Qiara berhasil melanjutkan teriakannya, Qiano langsung menarik pinggangnya lalu dengan berani ia menutup mulut Qiara dengan mencium bibir nya karena menurutnya itulah yang paling efektif.

Menyadari bibir Qiano menempel di bibirnya, Qiara langsung terdiam, matanya berkedip-kedip, jantungnya berdetak tidak karuan, begitupun juga yang di rasakan oleh Qiano.

Ini pertama kalinya bagi dua remaja SMA yang polos dan belun mengerti tentang kehidupan itu.

Tidak lama setelah siswa itu keluar dadi kamar mandi. Qiara langsung sadar dan langsung mendorong tubuh Qiano lalu mengangkat tangan kanannya untuk menampar wajahnya

"Ahhh ... " Qiano meringis kesakitan sambil memegang pipinya yang sudah kena tampar, karena tamparan Qiara cukup keras.

"Dasar lelaki mesum, beraninya kamu mengambil ciuman pertamaku, kamu brengsek !" Ucap Qiara sambil memukul-mukul kembali tubuh Qiano.

"Kenapa kamu menyalahkan aku? Kamu yang berusaha menjebakku. Jadi, terimalah hadiah dariku tadi. Sejujurnya, aku jijik dan menyesal menempelkan bibirku yang manis di bibirmu yang pedas itu. "Kata Qiano membela dirinya.

Ekspresi Qiara menjadi semakin gelap mendengar perkataan Qiano. Melihat ekspresi itu, Qiano tersenyum penuh kemenangan, setelah itu ia menyingkirkan tubuh Qiara yang menghalangi jalannya.

Tidak lama setelah itu, Qiano berhasil keluar lalu meninggalkan Qiara yang masih terbakar emosi.

"Qiano ... Kamu bajingan, sama seperti lelaki tua yang sedang menyusahkan hidupku"

Qiara berteriak seraya menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal.

Setelah itu ia bergegas pergi sebelum ia ketahuam masuk kamar mandi laki-laki.

Tepat saat ia ingin menuju kantin. Suara ponselnya berbunyi, seketika itu Qiara mengambil ponselnya dari saku bajunya.

Melihat yang menelpon adalah Mama nya, Qiara pun segera memgangkatnya dengan cemberut.

avataravatar
Next chapter