16 Tidur di luar

"Arragg ... " sekali lagi Qiara meringis menahan sakit ketika lengan kanannya tergores pisau yang di arahkan padanya dengan tiba-tiba.

Tanpa menunggu lama, Qiano langsung berlari menghampiri Qiara untuk melindunginya dari serangan yang ketiga kalinya.

Qiano menarik tangan Qiara ke belakangnya lalu dengan cepat ia Qiano menekan pergelangan tangan lelaki berbaju merah itu sehingga pisau yang dia pegang langsung jatuh. Tidak lama kemudian, Qiano menendang kaki lelaki sehingga ia langsung berlutut menahan sakit di bagian tangannya yang di tekan oleh Qiano.

"Ampun ... "teriak lelaki itu yang sudah mengaku kalah.

Melihat lawannya sudah menyerah, Qiano pun melepaskannya.

Setelah itu, Qiano menghampiri Qiara yang menatapnya dengan bingung sambil memegang lengannya yang terluka.

Seketika itu, Qiano melepas pengikat kepala yang biasa dia gunakan setiap kali bermain futsal.

Tanpa mengatakan apapun, Qiano langsung mengikat lengan Qiara yang terluka dengan ikat kepalanya itu.

"Terimakasih!" ucap Qiara dengan suara yang lembu setelah Qiano selesai mengikat ikat kepalanya di lengan Qiara.

Mendengar suara lembut Qiara untuk pertama kalinya, Qiano hanya tersenyum hangat.

Qiara merasa tersentuh dengan apa yang di lakukan Qiano padanya.

"Kalian berdua manis banget. " Ucap Jesica ketika melihat kucing dan tikus itu berdamai dengan saling memberikan senyuman.

Mendengar perkataan Jesica, Qiara dan Qiano tersenyum malu dengan salah tingkah.

"Sudah jam 11 malam, sebaiknya kalian segera pulang dan tidur agar kalian tidak terlambat ke sekolah besok. " kata Qiano setelah berehenti tersenyum.

"Rumahku sudah dekat, aku akan pulang duluan. Qiara kamu diantara Qiano saja karena kamu sedang terluka. " kata Jesica sambil tersenyum licik, karena dia ingin banget melihat dia temannya dari sejak TK itu akur dan tidak bertengkar lagi.

"Tidak perlu, aku masih bisa pulang sendiri." kata Qiara yang tidak ingin merepotkan Qiano.

"Tidak perlu jual mahal. Aku akan mengantar kalian berdua adil kan?" kata Qiano seraya mengambil sepeda Qiara.

"Ayo naik!" seru Qiano setelah ia naik lebih dulu ke sepeda Qiara.

"Qiata, naik saja jangan malu! " kata Jesica yang terus berusaha membuat Qiara mau menerima bantuan Qiano.

"Iya. " sahut Qiara dengan cemberut.

Setelah mengatakan itu, Qiara langsung duduk di tempat duduk bagian belakang.

"Pegangan yang kuat, biar kamu tidak jatuh!"

Qiara terkejut saat Qiano menarik tangannya untuk berpengangan di pinggangnya. Seketika itu ia merasa tersengat listrik.

Tidak lama kemudian, Qiano mengayuh sepeda itu untuk membawa Qiara pulang. Malam itu menjadi saksi perdamaian antara tikus dan kucing sekolah yang terkenal itu. Mereka tidak ada yang membuka pembicaraan selama diperjalanan karena sibuk dengan detak jantung masing-masing.

~Rumah Qiara~

Sesampainya di rumah. Qiara bergidik ngeri ketika melihat ibunya sudah berdiri di depan pintu dengan ekspresi gelap.

"Sampai disini saja, kamu boleh bawa sepedaku pulang agar cepat. Aku ngucapin terimakasih nya besok saja ya, sekarang aku akan masuk! "

Tanpa menunggu jawaban Qiano, Qiara langsung berlari masuk melewati gerbangnya karena takut ketahuan Mama nya kalau dia pulang bersama lelaki di tengah malam lagi.

"Malam Ma! " Ucap Qiara sambil melambaikan tangan kanannya kepada Renata.

"Jam berapa ini? " tanya Renata dengan nada sayara yang dingin.

"Jam 11 lewat 15 menit. Hehehe... " jawab Qiara sambil tersenyum menyembunyikan ketakutannya.

"Darimana saja kamu sampai tengah malam begini? "

"Aku dari Mall. Main sama Valen dan Jesica. Kami terlalu asik bermain makanya lupa waktu."

"Malam ini kamu tidur di luar. " Setelah mengatakan itu, Renata langsung masuk kembali ke dalam rumah seraya mengunci pintunya.

"Mama, aku tidak mau tidur di luar. Qiara minta maaf. Qiara jani tidak aka mengulanginya lagi. "Qiara merengek sambil mengtuk-ngetuk pintu itu.

Sebanyak apapun Qiara mengetuk pintu, Renata tidak kau membukanya karena dia terlanjur kesal dengan kelakuan anak perempuannya yang selalu lupa waktu kalau sudah bermain bersama teman-teamannya.

Merasa lelah mengetuk pintu. Qiara pun menyerah lalu dudik kursi yang ada di teras rumahnya. Tepat saat itu Qiara kaget saat ponselnya bergetar. Seketika itu ia mengangkatnya tanpa melihat ID pemanggil.

"Hey, siapa kamu yang sudah berani menelponku tengah malam begini? Apa kamu kurang kerjaan?" Qiara melampiaskan kemarahannya kepada orang yang berada di seberang telepon.

"Aku Julian. Maaf kalau aku menganggu. Kenapa kamu belum tidur?"

Mendengar nama Julian, Qiara langsung bergidik ngeri karena nama itu adalah mimpi buruknya yang sudah merusak keindahan masa remajanya.

"Aku mau tidur atau tidak, itu bukan urusanmu. " jawab Qiara dengan ketus. Setelah mengatakan itu, Qiara langsung menutup telponnya tanpa pamit.

Karena sangat kesal, Qiara memilih memejamkan matanya. Tidak lama kemudian, Qiara pun tertidur sambil duduk.

~Hotel Golden Sun Amerika Serikat~

Di dalam Aula salah satu Hotel bintang lima di Amerika Serikat itu. Julian terlihat berdiri di dekat jendela menjauhkan diri dari banyak orang sambil tersenyum melihat tingkah istri kecilnya yang lucu sekaligus menyebalkan karena tidak bisa bersikap sopan kepadanya saat bicara.

"Tuan Ju, lama tidak bertemu!" Mendengar sapaan lembut seorang wanita dari arah belakangnya itu, Julian langsung menoleh. Seketika itu ia menemukan sosok gadis cantik dan seksi berdiri sambil memegang segelas anggur.

"Sherly?"

Sherly langsung tersenyum mendengar Julian meneyebut namanya.

"Kenapa kamu menyendiri saja? " tanya Sherly sambil mendekat kepada Julian dengan menonjolkan bagian dadanya yang indah.

"Tidak ada alasan yang bagus. " Jawab Julian seraya memalingkan tatapannya dari Sherly.

"Bernarkah? Apakah kamu mau minum amggur lezat yang dibawa oleh Ricard ini? " tanya Sherly seraya menawarkan minuman yang dai pegang.

"Tidak terimkasih. Kalau begitu permisi kembali ke tempat duduk saya. " Kata Julian sambil kembali berbaur sama rekan bisnisnya yang hadir diacara makan malam yang diselenggarakan oleh salah satu perusahaan yang dengannya menjalin kerjasama.

avataravatar
Next chapter