29 Tukang Loudry

Tidak lama setelah itu, Qiara mengambil spidol lalu satu persatu soal dikerjakan dengan cepat, untungnya Qiara sudah menghafal dan mempelajari dengan baik cara yang digunakan oleh Julian.

Sesaat Kemudian.

"Selesai!". Ucap Qiara asmbil tersenyum. Setelah itu, dia langsung kembali ke tempat duduknya tanpa menunggu hasil koreksi Guru Kiler itu.

Qiano yang sedari tadi diam terkejut melihat Qiara dapat menyelesaikan soal itu dengan cepat. Tidak hanya itu, Qiano juga kaget saat melihat rumus yang Qiara gunakan. Seketika itu ia merasa penasaran.

'Seingatku, itu bukan rumus yang aku ajarkan kemarin. Tapi, sepertinya rumus yang digunakan Qiara jauh lebih mudah, bagaimana Qiara bisa memikirkannya, apakah ada yang mengajarnya?' Batin Qiano.

Sementara itu, tiba saatnya Guru kiler itu memeriksa jawaban Qiara. Seketika itu ia terkejut melihat semua soal yang sulit itu bisa diselesaikan dengan sempurna oleh Qiara.

"Qiara, dari mana kamu menemukan rumus ini?" Tanya Guru kiler itu dengan heran.

"Memangnya jawaban saya benar?". Tanya Qiara dengan harap-harap cemas.

Semua teman-temannya pun ikut penasaran menunggu jawaban Guru kiler itu.

" Jawabanmu sempurna, rumus ini biasa digunakan oleh orang-orang bergelar master. Jadi, bagaimana bisa kamu memecahkan rumus ini?"Jawab Guru kiler itu dengan heran.

Qiara dan yang lain sama-sama terkejut mendengar penjelasan Guru kiler itu, karena Qiara bukanlah orang yang pernah mendapatkan nilai bagus.

Namun, mereka lebih terkejut lagi ketika mendengar kalau rumus yang Qiara gunakan adalah yang sering digunakan oleh orang-orang bergelar Master.

'Apakah Julian memiliki gelar Master?'Tanya Qiara kepada dirinya sendiri dengan penasaran.

"Qiara, siapa yang mengajarimu?"Bisik Valen yang masih tidak percaya dengan apa yang dia saksikan tadi.

Mendengar pertanyaan Valen, Qiara tampak berfikir, sesaat kemudian dia menatap Guru Kiler itu kembali seraya memberikan jawaban terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan Valen.

"Saya diajarin oleh Qiano Hehe ...". Jawab Qiara cengengesan sambil melirik Qiano.

Mendengar jawaban Qiara, mendadak kelasnya menjadi sunyi, Qiano sendiri menatap aneh kearah Qiara, karena ia merasa tidak pernah melakukannya.

'Kenapa Qiara harus berbohong?'

Mendengar jawaban Qiara, Guru kiler itu langsung bertepuk tangan dan memuji-muji Qiano yang lebih masuk akal.

"Bagus Qiano, jamu memang patut jadi contoh, karena bisa mengubah si bodoh menjadi berguna sedikit. Ya sudah, mari lanjutkan pelajarannya" Kata guru kiler itu seraya melanjutkan pelajaran.

"Iya Pak! " Sahut mereka semua dengan patuh.

Qiano hanya tersenyum pahit karena ucapan selamat itu sebenarnya bukan untuknya.

"Qiara, sejak kapan kamu belajar sama Qiano?"Tanya Valen yang tidak bisa menahan rasa ingin tahunya.

Qiara merasa frustasi mendengar pertanyaan temannya itu. Kenapa dia harus menyebut nama Qiano?Tapi itu akan lebih karena tidak mungkin lagi kalau dia menyebut nama Julian.

"Jangan banyak tanya lagi! Aku malu karena semua teman-teman menatapku dengan heran, terlebih fans nya Qiano ada disini." Buskni Qiara kepada Valen.

"Iya." Sahut Valen dengan cememberut.

Setelah itu mereka berdua kembali fokus mengikuti pelajaran Guru Kiler itu.

~Pulang~

Waktu terus berlalu, bel pulang berbunyi. Semua siswa pun tampak bersemangat lalu bersiap-siap untuk pulang.

"Qiara, apakah kita bisa bicara sebentar?"Tanya Qiano yang tiba-tiba menghadang jalan Qiara bersama dua sahabatnya yang akan keluar dari kelas.

"Sepertinya aku harus pulang duluan karena Papaku pasti sudah jemput. ". Kata Valen sambil tersenyum licik.

"Aku juga" Kata Jesica sambil tersenyum.

Mereka berdua sengaja membiarkan Qiara dan Qiano berduaan, karena itu yang lebih baik buat mereka.

"Jesica... Valen... " Qiara berteriak karena kerasa grogi di tinggal berdua saja bersama Qiano.

Qiara sudah bisa menebak apa yang aka Qiano bicarakan, ia pun bingung mau menjawab apa.

Tepat saat itu, ponsel Qiara berbunyi dan itu dari Julian. Seketika itu ia sangat kaget karena ia sedang bersama Qiano.

'Kenapa Julian menelpon diwaktu yang tidak tepat begini? Ada apa dengannya yang sangat rajin sekali menelponku?' Batin Qiara dengan ekspresi yang buruk.

"Ada apa Qiara? Siapa yang menelponmu?". Tanya Qiano seraya mengerutkan keningnya.

"Ohhhh ... Ini hanya tukang Laundry yang memintaku untuk mengambil pakaianku" Jawab Qiara dengan spontan.

Tanpa sadar ia menggeser icon hijau di ponselnya karena kaget mendengar pertanyaan Qiano sehingga Julian bisa mendengarnya.

"Tukang Laundry? Sejak kapan aku menjadi tukang Laundry? Aku ini pengusaha yang sangat terkenal di kota A. Semua orang senang menerima telepon dariku, tapi kenapa anak kecil ini berani sekali mengabaikanku, bahkan mengatakan aku ini tukang Laundry. "Kata Julian ketika mendengar perkataan Qiara dari seberang telpon yang menuduhnya tukang Loandry.

Karena kesal, Julian langsung mematikan panggilannya. Sementara itu Qiara masih tidak menyadari panggilan itu. Dengan cepat ia memasukkan ponselnya ke saku bajunya ketika ponsel itu tidak berdering lagi.

"Ohh ... Begitu. Lalu, apa kita bisa bicara sekarang?" Tanya Qiano.

Qiara terdiam sejenak mengabaikan pertanyaan Qiano. Ia melirik ke berbagai arah. Dimana dia merasa ada banyak mata yang memandangnya dengan kesal karena ia terlihat dekat dengan Qiano, tentu saja itu membuatnya risih.

avataravatar
Next chapter