webnovel

Bab 4: Pertarungan Strategis

Di tengah Monolith World yang penuh dengan keheningan mematikan, Raka dan Lily menemukan diri mereka dikelilingi oleh hutan gelap dengan aura magis yang kuat. Pohon-pohon menjulang tinggi dengan cabang-cabang yang berkelok-kelok, seakan-akan mengawasi setiap gerakan mereka. Raka melihat ke sekeliling, merasakan kehadiran orang lain di sekitar mereka.

Di sebelah kanan mereka, beberapa meter dari posisi mereka berdiri, dua sosok muncul.

Cerdric, seorang bangsawan manusia dengan rapier berwarna biru dan senyum penuh keangkuhan, berdiri di sana dengan sikap penuh percaya diri. Di sampingnya, Thrain, seorang Dwarf berbadan kekar dengan palu perang besar di tangannya, memancarkan aura kekuatan yang menakutkan. Mereka melihat Raka dan Lily dengan pandangan penuh minat, jelas menganggap mereka sebagai mangsa berikutnya.

Cerdric: (dengan nada mengejek, matanya menyipit penuh percaya diri) "Jadi, ini mangsa kita selanjutnya."

Tanpa peringatan, Cerdric bergerak cepat menuju Raka dan Lily untuk menebas mereka. Lily segera membuat pelindung es untuk menangkis serangan itu.

Cerdric: (tertawa kecil, melihat Lily yang sigap) "Oh, cepat juga ya. Tapi kalian sekarang tidak bisa kabur."

Dia berdiri dengan tenang, memblokir jalur kabur mereka. Namun, Lily hanya mengangkat alis, tak terpengaruh oleh ejekan itu.

Lily: (dengan nada dingin, menatap Cerdric) "Memang siapa yang berniat kabur?"

Dengan gerakan cepat, Lily menciptakan dua tombak es di tangannya, meluncurkannya ke arah Cerdric dan Thrain tanpa peringatan. Cerdric melompat ke samping dengan gesit, sementara Thrain menghantam tombak es itu dengan palu perangnya, menghancurkannya menjadi pecahan kecil yang berserakan di udara.

Raka, meski awalnya terkejut oleh serangan mendadak Lily, segera ikut bertindak. Dia mencoba mengendalikan beberapa pisau terbang dengan sihir Telekinesisnya, mengarahkannya ke Cerdric yang bergerak cepat. Namun, gerakan Cerdric begitu lincah dan gesit. Setiap pisau yang Raka kirimkan berhasil dihindari atau ditangkis oleh rapiernya dengan cekatan.

Raka: (mengernyit, menatap Cerdric yang terus bergerak) "Sial."

Dia menoleh ke arah Lily, berbicara dengan nada serius.

Raka: (dengan nada tegas) "Lily, ini tidak akan berhasil seperti ini. Kita harus bertukar lawan!"

Lily mengerutkan dahi, tampak ragu sejenak.

Lily: (dengan nada skeptis, menatap Raka) "Kau ingin melawan Dwaft itu, Kau akan langsung hancur oleh palunya!"

Raka: (tersenyum kecil, meski sedikit tegang) "Percayalah padaku. Aku masih punya senjata lain."

Lily terdiam, menatap Raka sejenak dengan mata dinginnya. Akhirnya, dia mengangguk dengan enggan.

Lily: (dengan nada serius) "Baiklah, tapi jangan menghambatku."

---

{Flashback: Pelatihan Telekinesis dengan Alya}

Beberapa tahun sebelumnya, di gubuk kecil di dalam hutan tempat mereka bertemu setiap malam Jumat, Alya berdiri dengan tenang, menjelaskan prinsip-prinsip dasar Telekinesis kepada Raka.

Alya: (dengan nada sabar, tangannya menggenggam buku sihir) "Sihir ini tidak membutuhkan atribut apa pun untuk menggunakannya. Tapi jumlah mana yang dikonsumsi bergantung pada berat benda yang kau kendalikan, dan mana akan terkuras lebih banyak seiring dengan kecepatan gerak benda itu. Banyak penyihir memilih untuk mengendalikan benda kecil karena mereka mengonsumsi sedikit mana."

Raka tampak bingung, mengangkat tangannya dengan ragu untuk bertanya.

Raka: (dengan nada penasaran) "Apakah konsumsi mana untuk mempercepat benda sama, walaupun berat benda tersebut berbeda?"

Alya: (mengangguk pelan, menjelaskan dengan tenang) "Ya, konsumsi mana untuk mengerahkan benda tetap sama, meskipun beratnya berbeda. Tapi jika benda itu bergerak terlalu cepat, otakmu akan tertekan. Itu kenapa sihir ini kurang diminati, karena seperti menumbuhkan anggota badan baru."

Raka mendengarkan dengan seksama, pikirannya berputar dengan ide-ide baru.

Raka: (berbicara penuh semangat) "Jadi, jika aku mengendalikan sesuatu yang berat, aku akan menggunakan lebih banyak mana di awal. Tapi setelah itu, konsumsi mananya sama seperti benda kecil?"

Alya: (tersenyum kecil, mengangguk) "Benar."

Raka mendekati Alya, berbisik pelan tentang rencananya.

Alya: (terkejut, matanya membesar) "Itu ide yang sangat menarik, Kak!"

---

{Kembali ke Pertarungan}

Sekarang, Raka berdiri dengan dua gulungan kertas di tangannya, memandang Cerdric dan Thrain dengan tatapan percaya diri yang baru.

Cerdric: (tertawa terbahak-bahak, mengejek Raka) "Hahaha! Si miskin ini bahkan terlalu miskin untuk membeli item subspace! Kau benar-benar bernyali untuk masuk ke sekolah ini."

Lily menatap Raka dengan sedikit skeptis, tetapi Raka hanya tersenyum percaya diri.

Raka: (dengan nada santai) "Baiklah, lihat saja."

Dia membuka kedua gulungan itu, dan cahaya terang memancar saat dua onggokan besi besar muncul di hadapannya, mengambang di udara karena sihir Telekinesisnya.

Thrain: (dengan nada terkejut, menyipitkan mata) "Itu... andamantium?, bagaimana kau bisa memilikinya?"

Raka hanya tersenyum lebar, menatap Thrain dengan tatapan tajam.

Raka: (dengan nada mengejek) "Orang mati tidak perlu tahu urusan orang hidup."

Dia meluncurkan salah satu onggokan besi dengan kecepatan tinggi ke arah Thrain. Thrain mencoba menghentikannya dengan palu perangnya, tetapi berat dan kekuatan benda itu jauh melebihi ekspektasinya. Palunya terlempar dari tangannya, dan dia terhuyung ke belakang.

Sebelum Thrain sempat bereaksi lebih lanjut, Raka menunjuk ke langit.

Thrain: (dengan nada terkejut, melihat ke atas) "Apa—"

Satu onggokan besi lagi meluncur dari atas langit, menghantam Thrain dengan kekuatan dahsyat. Tubuhnya terlempar dan jatuh ke tanah, tak bergerak lagi.

Di sisi lain, Lily sudah menangani Cerdric. Dengan es yang membekukan tanah di sekitarnya, Cerdric terperangkap dan tak bisa bergerak. Tombak es Lily terhunus di depan lehernya, membuatnya tak punya pilihan selain menyerah.

Lily: (tersenyum kecil, nada dingin) "Kerja bagus, Raka."

Raka: (tersenyum kembali, merasa hangat oleh pujian itu) "Terima kasih."

Dengan kemenangan ini, mereka bergerak menuju zona aman berikutnya, mengikuti petunjuk dari gelang yang mereka kenakan. Mereka tahu bahwa pertarungan belum berakhir, dan tantangan yang lebih besar menunggu mereka di depan.

---