1 Prolog

Rasa haus membangunkan Ava dari tidurnya dan gadis berusia sepuluh tahun itu pun bangkit dari ranjang. Dengan piyama biru bergambar Barbie, gadis berambut panjang acak-acakan itu melangkah menuju dapur lalu gerakannya terhenti tatkala mendengar percakapan kedua orang tuanya yang duduk di sofa.

"Melihat kedekatan Ava dengan Aidan hari ini membuatku cemas."

Ava mengernyit mendengar keluhan ibunya. Hari ini ibunya memang kesal saat dia bersikeras mengikuti Aidan pergi nonton di bioskop bersama teman-temannya. Dia memaksa ikut nonton walaupun ibunya melarang karena tidak menyukai kedekatan kakak laki-lakinya dengan salah satu teman kakaknya yang bernama Maura.

"Cemas? Kenapa harus cemas? Bukankah pada akhirnya Aidan memilih tidak bergabung dengan teman-temannya menonton bioskop dan lebih memilih menemani Ava bermain di time zone?"

"Itulah sebabnya. Aku merasa Aidan terlalu memanjakan Ava dan tidak pernah menolak permintaan Ava satu kali pun. Sementara Ava terlalu tergantung pada Aidan dan hampir tidak mau berteman dengan teman sebayanya."

Ayahnya terdiam sebentar sebelum mengomentari keluhan ibunya. "Bukankah itu lebih baik daripada mereka bertengkar?"

"Memang lebih bagus tapi aku cemas suatu saat nanti salah satu dari mereka akan terluka."

"Maaf, aku belum memahami arah pembicaraanmu."

"Aku takut mereka akan jatuh cinta dan—"

"Aidan dan Ava tidak memiliki hubungan darah."

Ava terkesiap mendengar sanggahan ayahnya yang dengan cepat menyela ucapan ibunya. Jantungnya mendadak bertalu-talu dan keringat dingin mengucur deras dari pori-porinya.

"Ja—jadi..." Suara Ava yang terbata-bata mengejutkan kedua orang tuanya dan kedua orang itu pun menatap Ava dengan tatapan bersalah. "Aku dan Kakak bukan saudara kandung?"

avataravatar
Next chapter