9 Chp. 9

Setelah Sofia, Lola dan Ash mengantar Fray pulang, mereka kembali ke rumah Sofia. Jam telah menunjukan setengah sebelas malam dan Ash semakin hawatir dengan apa yang harus ia katakan pada ayahnya. Setelah Lola memarkirkan mobilnya, mereka turun dari mobil.

"kamu nginap di rumahku kan?" tanya Sofia pada Lola dan Lola pun mengangguk sambil menguap ngantuk. Ia mengambil tas sekolahnya yang telah berisikan baju ganti "bagaimana denganmu?" tanyanya pada Ash

"pulang." jawabnya dengan singkat.

Mendengar itu, Lola protes "udah malam gini Ash, udah nginep aja."

Sofia mengangguk dengan senyuman yang lebar "kita bisa nonton film drama semalaman!"

Ash memutar matanya "aku gak mau menghabiskan malam dengan sekumpulan anak cewek yang bakal ngerengek nonton film tentang cowok ganteng yang sedang sekarat." Mendengar sindiran yang begitu mengena, Sofia dan Lola pun hanya bisa terdiam mendengar hinaan Ash.

Ash pergi ke garasi rumah Sofia dan mengambil sepedanya. Sofia dan Lola hanya melihat Ash dengan tatapan sedih, berharap Ash berubah pikiran dan mau menginap bersama mereka. Sambil menuntun sepedanya ke arah pagar, Ash berusaha mengabaikan mereka. Lalu sesuatu menarik perhatian mereka ketika sebuah buku diary terjatuh dari dalam tas Lola. Sofia, Lola dan Ash melihat kearah buku diary tersebut dan Lola pun cepat-cepat mengambil buku tersebut.

"kamu membawa buku itu kemanapun kamu pergi?" tanya Sofia penuh heran

Lola memutar matanya "aku belum selesai membacanya"

Ash hanya terdiam di hadapan mereka sambil menatapi buku diary yang sekarang berada di dalam pelukan Lola. "Ash?" Lola memanggilnya

"ya?" tanya Ash

"katanya mau pulang" ucap Sofia

Ash masih tak habis fikir mengapa buku diary nya ada di tangan Lola. Dia telah mencari buku itu di mana-mana. Buku itu berisikan segala curhatan dan rahasianya. Dan membiarkan Lola dan Sofia tahu bahwa buku diary itu adalah miliknya hanya akan menghancurkan hidupnya.

Ash mengambil handphone nya dan berbicara "oh wow! Udah jam segini... Kayaknya aku nginep aja deh, bahaya kalau cewek keluar malam-malam." Ash memarkirkan sepedanya lagi dan kembali pada mereka yang kini sedang tersenyum-senyum senang.

-

Mereka semua telah mengganti pakaian mereka hingga kini sudah waktunya untuk tidur. Tetapi Sofia tidak membiarkan hal itu terjadi, dia memasang film drama yang tak terdapat seorang lelaki yang sekarat hanya untuk menghindari hinaan Ash. Tapi perhatian Ash tidak berada di sana, Ash tak bisa berhenti menatapi tas Lola, yaitu tempat dimana buku diary nya berada.

Lola dan Sofia telah bersiap-siap di atas kasur dengan selimut yang menghangatkan tubuh mereka, film termulaikan dan senyuman terukir di setiap wajah mereka.

"Ash" Sofia memanggilnya

Ash menghelakan nafas dan ikut masuk ke dalam kasur. Sepanjang film termainkan, Ash masih tidak bisa mengabaikan kehawatirannya tentang semua hal yang bisa Sofia dan Lola ketahui dari buku diary nya. Sofia dan Lola sesekali menertawakan setiap lelucon yang di lontarkan oleh salah satu karakter di filmnya.

"cowoknya ganteng ya" ucap Lola dengan kagum

"iya kayak Atlas" balas Sofia dengan mata berbinar-binar. Ash hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar kedua gadis di sampingnya. Lalu karena tidak kuat, Ash pun mengambil remote TV dan mematikan film di hadapannya. Sofia protes pada Ash "kamu mau mati Ash?"

Ash menghelakan nafasnya "mungkin" jawabnya sebelum ia kembali meneruskan dirinya "bisakah kita melakukan hal lain?"

"seperti apa?" tanya Lola

"saling mengenal satu dengan yang lainnya" jawab Ash

Sofia tersenyum dengan sangat lebarnya "aku mulai duluan! Okay seperti yang kalian tau, nama ku Sofia. Aku anak tunggal dan cita-citaku adalah menjadi seorang pengacara-"

"bukannya kamu pernah bilang mau jadi dokter ya?" tanya Lola

Mendengar itu, Sofia menjawab dengan pelannya "cita-cita bisa berubah Lola... Okay lanjut! Walaupun aku senang jadi anak tunggal dan mendapatkan semua cinta orang tua ku, aku sebenarnya juga ingin punya saudara... Seseorang yang bisa aku ajak ngobrol di rumah... Terkadang aku merasa kesepi-"

"okay cukup, bagaimana denganmu Lola" selak Ash yang sudah tidak sabar mengutarakan tujuannya

"aku?" tanya Lola

"ya, tadi aku liat kamu punya buku diary ya? kamu suka menulis di buku diary? Pasti kamu punya banyak cerita yang telah terjadi di hidupmu kan?"

Lola membuka mulutnya "ah... Buku tadi?" Lola dan Sofia berbagi tatapan, berusaha mencari tahu apakah mereka bisa mempercayai Ash tentang buku tersebut yang dimana mereka tidak tahu bahwa sebenarnya Ash lah pemiliknya. Lola mengambil buku tersebut dan kembali ke kasur Sofia "Ash... Buku diary ini bukan milik ku."

"oh bukan?" tanya Ash yang pura-pura tidak tahu "trus kenapa ada di kamu? buku diary adalah sesuatu yang sangat privasi, kamu gak membaca buku itu kan?"

Lola merasa bersalah dengan pertanyaan Ash, dan Sofia pun memutuskan untuk membantu menjawab pertanyaan itu "Lola menemukan buku ini di auditorium, dan ketika dia mencari tahu siapa pemilik buku ini, dia terpaksa harus membaca isinya. Dan Ash... Pemilik buku ini sangat menyedihkan. Aku aja gak kuat membacanya. Pemilik ini mempunyai hidup yang sangat menyedihkan, dari kehidupan di dalam rumahnya hingga pembulian yang harus dia hadapi di masa SMP nya."

"itulah mengapa aku dan Sofia berusaha membantu Fray, kita mau Fray merasa nyaman dan percaya bahwa di dunia ini masih ada alasan untuk meneruskan hidupnya." tambah Lola

"menurut kalian buku ini milik Fray?" tanya Ash dengan pelannya

Sofia mengangguk "hanya dia yang mencerminkan semua yang tertulis di dalam sini"

"seperti?" tanya Ash lagi

Sofia mengambil buku itu dari tangan Lola dan membuka halaman pertama lalu membacakannya untuk Ash

Hanya aku seorang diri,

Tanpa pintu yang dapat terbuka, aku merasa seperti hidup di dalam sebuah kotak.

Pemandangan langit yang seharusnya gratis kini harus menjadi sesuatu yang begitu mahal bagiku.

Aku memandang diriku di dalam kaca, lebam di mata dan lengan terlihat seperti aku telah melakukan perlawanan.

Tapi aku hanyalah sebuah sarung tinju baginya.

Aku tidak bisa melawannya.

Inilah yang ibuku wariskan padaku.

Seorang ayah di hadapan publik, tetapi seorang pemabuk berat di dalam ruang tertutup.

Aku tidak minum alkohol, tapi aku bangun dengan rasa sakit di kepalaku.

Aku tidak keluar di malam hari, tapi aku menemukan predator di dalam rumahnya.

Melempar tubuhku ke atas pecahan botol-botol alkohol yang ia beli dari tabunganku.

Dia merobek pakaianku, dia juga mengecapiku. Hingga kini tubuhku-

"okay hentikan." Ash menyelak Sofia. Warna kulit di wajahnya memucat. Ash memang menulis semua itu, tapi tulisan itu bukan dimaksudkan untuk dibaca. "berikan bukunya padaku." perintah Ash

"buat apa?" tanya Lola

"aku akan membakarnya" jawab Ash

"kenapa?" tanya Lola lagi

"karena sudah jelas pemilik buku ini gak mau ada orang lain yang membacanya!" jawab Ash

"jadi maksudmu apa?" tanya Sofia dengan rasa kecewa pada Ash "menyaksikan seseorang meminta tolong, tapi memilih untuk mengabaikannya?"

Mendengar itu, Ash terdiam memandang kedua gadis di hadapannya. Ash yang tidak menyangka pertanyaan itu bisa keluar dari seseorang seperti Sofia kini memutuskan untuk mengesampingkan emosinya.

-

Keesokan paginya, Ash terbangun dengan suara tawa yang terdengar dari luar kamar Sofia. Ash mengangkat kepalanya dari atas bantal dan merasakan sinar matahari masuk melalui jendela kamar. Aroma lavender dari kamar Sofia membuatnya tersenyum, dia tidak pernah tidur senyaman ini.

"pagi Ash" Sapa Lola ketika mereka melihat Ash turun dari lantai dua.

Ash bersandar di tembok dan tersenyum melihat kedua gadis di hadapannya yang sedang sibuk membuat sarapan. Tepung pancake tersebar di mana-mana, seperti di rambut dan lengan Sofia.

"pagi..." gumam Ash. Lola dan Sofia terdiam di hadapan Ash. Menyaksikan senyuman yang tak pernah mereka saksikan sebelumnya. Ash pun menjadi sangat tidak nyaman dengan tatapan tersebut. "apa sih liat-liat?" tanyanya

Lola tersenyum dan Sofia pun tertawa "Ash, kamu gak pernah tersenyum pada kita sebelumnya" jelas Lola

Ash yang merasa malu dengan tatapan mereka kini harus mengalihkan perhatian mereka dengan komentar pedasnya "hentikan tatapan itu karena aku bisa tersenyum dan menghina kalian di saat yang sama."

Sofia memutar mata dan kembali membuat sarapan untuk mereka. "orang tua ku gak ada di rumah jadi kalian bisa bebas main di sini selama akhir pekan ini" ucapnya membuat Lola bersemangat "bagaimana denganmu Ash?"

Ash melihat handphone nya dan mengecek jika dia mendapatkan pesan atau telfon yang tak terjawab dari ayah tirinya. Jari-jari Ash sedikit bergetar di saat ia melihat pesan dari ayah tirinya dan hal itu hanyalah hal normal lainnya yang harus Ash lalui

"Ash?"

Suara Lola membangunkan Ash "ya?"

Tatapan hawatir kini ia dapatkan dari Lola dan Sofia "ada apa?" tanya Lola

"kemarin malam kamu udah minta izin untuk menginap kan dari orang tua mu?" tanya Sofia

Tidak mau membuat mereka hawatir dengan kehidupan pribadinya, Ash hanya bisa menutupi kenyataan dengan senyumannya "udah kok"

"jadi kamu bisa main di rumah ku seharian?" tanya Sofia

"kamu kesepian ya Sof?" tanya Ash dengan herannya

Sofia hanya bisa terdiam membiarkan dirinya merasa dipermalukan oleh kenyataan, Lola tersenyum dan mulai menyiapkan piring untuk mereka. "hari ini aku akan membantu Sofia mendapatkan nomor telfonnya Atlas, kamu bisa membantu kita?"

Ash mendengus meremehkan kegiatan yang akan mereka lakukan "kenapa kita harus membantunya? Sofia bahkan belum tau apa yang sebenarnya dia inginkan. Satu waktu dia suka Markus, lalu Nathan, sekarang Atlas?"

Sofia memutar mata dan duduk di salah satu kursi meja makannya "ini bukan tentang siapa yang aku suka, okay? aku masih berfikir kak Nathan itu keren. Tapi jika Atlas dan Fiona pacaran, seluruh sekolah akan menertawakanku karena aku dan Atlas telah ditetapkan sebagai Romeo dan Juliet di angkatan kita."

Ash menghelakan nafas dan duduk di hadapannya. Lola tersenyum dan duduk di sampingnya "bagaimana dengan mu Ash? ada yang kamu suka di sekolah kita?" tanya Lola

Ash tersadar kini percakapan mereka telah tertuju kepadanya dan pertanyaan Lola membuatnya tidak nyaman "gak ada." jawabnya dengan singkat sambil menyiapkan makanan untuk dirinya

"itu karena sifat tomboy Ash menakuti mereka yang berusaha mendekatinya." komentar Sofia sebelum dia mengambil sendok

Ash tersenyum "setidaknya aku gak cukup keras kepala untuk memaksa cowok untuk memberikan nomor telfonnya"

"aku gak perlu memaksanya, dia sendiri yang akan memberikannya padaku" jawab Sofia penuh percaya diri

Lola mengangguk dan Ash pun berbicara padanya "kenapa kamu mendukungnya? masih banyak hal-hal yang jauh lebih penting daripada ngurusin kehidupan percintaannya mereka"

Sofia memutar mata dan Lola pun tertawa sebelum ia menjawab Ash "Sofia dan Atlas sangat populer di angkatan kita, kalau mereka bisa membuktikan kalau mereka bisa akur, tidak akan ada lagi pertengkaran di antara IPA dan IPS"

Ash mengerutkan dahinya "jadi kalian akan melakukan semua ini hanya karena buku diary itu?"

Sofia mengangguk "aku udah bilang padamu, aku gak suka Atlas seperti itu, aku hanya ingin proyek kita berhasil dan aku ingin bisa jadi contoh yang baik di sekolah kita." Sofia tersenyum sambil membayangkan sesuatu di dalam kepalanya "Bayangin deh, aku bisa terlihat seperti malaikat kalau aku bisa menyatukan kedua jurusan..."

Ash memutar mata sedangkan Lola hanya tersenyum menahan tawa melihat kekonyolan sahabatnya.

-

"aku gak bisa menemukan Atlas di manapun, dia gak punya Instagram, Snapchat, Twitter" ucap Lola sambil mencari-cari nama Atlas di laptopnya "oh tunggu! Oh wow..."

"apa?" tanya Sofia dengan penuh penasaran

"nama Atlas terdapat di sejarah olimpiade matematika" ucap Lola

Sofia duduk di samping Lola, berusaha melihat apa yang telah Lola temukan. Sofia melihat foto Atlas yang sedang tersenyum manis sambil memegang piala di tangannya. Sofia tersenyum "dia masih SD disini, tapi dia mengalahkan anak-anak SMP?" tanyanya di saat ia melihat Atlas yang memakai seragam SD berdiri di balok nomor satu sedangkan mereka yang memakai seragam SMP berdiri di balok nomor dua dan tiga.

Ash melihat handphone nya bergetar karena adanya pesan yang masuk. Dia pun mengecek nya dan melihat bahwa ayah tirinya telah mengirimkan pesan ancaman padanya.

'kamu dimana? gak ada makanan dirumah!' - unknown number

Ash menutup handphone nya dan kembali menonton TV. Berada di rumah Sofia dan mendengarkan percakapan mereka tentang hal-hal yang tidak penting baginya kini terasa lebih menyenangkan dibanding harus pulang dan menghadapi ayah tirinya.

"gimana nih... Gak ada informasi lengkap tentangnya, gimana bisa mantau Atlas kalau nomor telfonnya aja gak ada" keluh Sofia

"sebenernya ada cara lain sih..." ucap Lola "kita bisa menyusup ke dalam sekolah dan mencari informasi tentang Atlas di ruang staff" Ash terkejut mendengar ide Lola yang Lola katakan dengan santainya

Sofia mengangguk, mempertimbangkan ide sahabatnya "gak buruk si idenya, okay! Kita pergi sekarang!"

-

Sesampai di sekolah mereka di hari minggu, mereka melihat satpam yang sedang duduk manis sambil menonton TV di dalam posnya.

"sepertinya kita harus manjat..." gumam Sofia sambil dia mulai memanjat pagar sekolahnya. Lola melihat satpam mereka dengan perasaan hawatir jika mereka ketahuan.

Ash yang melihat Sofia sedang memanjat pun tak bisa menahan komentarnya "aku gak menyangka aku akan berteman dengan seekor monyet"

"yang bilang kita berteman siapa?" tanya Sofia dengan kesalnya karena telah di ledek sebagai monyet oleh Ash

"bisakah kalian berhenti? Kalau kalian berantem pak satpam akan melihat kita" desis Lola

Sofia hampir berada di atas pagar sebelum ia terjatuh ke dasar aspal. Ash tersenyum menahan tawanya dan Sofia pun berdiri, siap menangisi luka di tangannya di hadapan Lola.

"okay baiklah, karena kamu sudah menghiburku, aku akan kasih tau sesuatu ke kalian." ucap Ash sambil mengambil handphone nya dari kantong celana. Sambil melihat nomor Atlas, Ash menyebutkan nomor tersebut di hadapan mereka "nomor Atlas adalah kosong delapan satu-"

"kamu punya nomornya selama ini?!" tanya Sofia sedangkan Lola hanya bisa menyaksikan apa yang akan Sofia lakukan pada Ash

Ash tersenyum menahan tawanya "lah kamu gak nanya-"

"berikan padaku!" selak Sofia dengan kesalnya sambil merebut handphone Ash dari tangannya. Sofia mengetik nomor Atlas di dalam handphone miliknya lalu mengembalikan handphone Ash. Sofia kembali ke dalam mobilnya diikuti oleh Lola. Sofia menggerutu pada Lola "aku kesal!"

"iya iya..." ucap Lola yang berusaha menenangkan sahabatnya

Ash yang masih berusaha menahan tawanya, kini kembali masuk ke dalam mobil, melihat Sofia yang sedang menelpon Atlas.

"halo?" - Atlas

Sofia terdiam sesaat, ia tidak mengerti mengapa lidahnya tertahankan. Rasa marah kini menjadi gugup sehingga Sofia memilih untuk menutup telfonnya.

"kok di tutup?" tanya Lola

"aku gugup" jawab Sofia

"aw..." senyum Lola melihat sahabatnya

Ash memutar mata "anak remaja jaman sekarang..." gumamnya, mendapatkan tatapan kesal dari kedua gadis di hadapannya. Lalu handphone Sofia kini berdering, dan nama Atlas muncul di layarnya. "angkat aja si..." saran Ash

Sofia mengangkat telfon tersebut "halo..." ucapnya pelan penuh malu

Atlas yang sangat mengenali pemilik suara tersebut pun kini hanya bisa terdiam.

Sofia melihat teman-temannya dan bergumam bingung "kok sekarang dia yang diem?"

"kamu dapet nomorku dari mana?" tanya Atlas dengan galaknya

"dari Ash..." ucap Sofia dengan jujurnya "kita jalan yuk!" ajak Sofia dengan penuh antusias

"gak ah! Sibuk belajar." jawab Atlas

Dengan kesalnya, Sofia berkata "gak ada yang namanya sibuk kalau pacarnya sedang ingin bertemu."

"kamu bukan pacarku!" jawab Atlas. Sofia yang mendapatkan teguran dari Atlas pun menjadi sedih "Sofia?" panggil Atlas yang kini tak dapat mendengar suara Sofia

"hiks..." suara tangisan kini terdengar membuat Atlas tersadar dengan apa yang telah ia perbuat

"Sofia?..." panggil Atlas lagi, lebih lembut kali ini "okay mau kemana?"

"ketemuan di restaurant seafood di pinggir pantai satu jam lagi." ucap Sofia sebelum ia menutup handphone nya

avataravatar