1 Chp. 1

Pernah mendengar sebuah kutipan yang mengatakan bahwa perbedaan itu saling menarik? Seperti cara magnet bekerja, kutub positif hanya menarik kutub negatif, dan begitu juga sebalik nya. Di cerita ini, Sofia Haryasa adalah kutub negatif sedangkan Atlas Aryaguna adalah kutub positif di dalam hubungan cinta/benci mereka. Semua ini di mulai di saat kakak kelas mereka menanamkan budaya kompetisi yang tidak sehat di antara jurusan IPA dan IPS. Tempat di mana mereka tersadar akan perbedaan mereka. Sekolah bisa saja menjadi tempat yang aman jika tidak ada pihak-pihak yang membuat perbedaan itu menjadi masalah yang besar.

Di saat hari pertama Atlas menginjak kaki di sekolah nya, yaitu di saat hari pertama MOS di laksana kan, di saat dia dan semua anak baru seangkatan nya berusaha menjaga perilaku mereka untuk tidak mendapatkan hukuman dari kakak kelas, Atlas mendengar sebuah keributan yang sedang terjadi di lapangan sekolah. Keributan itu mendapatkan perhatian semua orang, Atlas yang masih belum cukup tinggi dibanding kakak-kakak kelas nya, tidak dapat melihat dengan jelas sumber keributan tersebut dan dia hanya bisa mendengar suara seorang gadis yang terdengar seperti sedang memberontak pada kakak kelas nya.

"papa aku gak bayar mahal-mahal untuk aku sekolah di sini hanya untuk mengikuti peraturan bodoh kalian" suara itu terdengar tegas dan juga bodoh di telinga Atlas, bagi Atlas gadis itu bisa saja mendapatkan hari yang jauh lebih mudah jika dia tidak memberontak.

Atlas hanya bisa tersenyum meremehkan apa yang telah ia dengar, sedikit merasa kasihan dengan apa yang akan terjadi pada gadis malang tersebut. Bagi Atlas tidak susah mengikuti instruksi dan peraturan yang telah di berikan pada mereka.

"peraturan bodoh kamu bilang?!" suara seseorang terdengar dan Atlas mengasumsikan bahwa suara itu berasal dari kakak kelas. "lihat seragam kamu baik-baik! Panjang rok harus berada di bawah lutut!" kakak kelas itu terdengar seperti ia telah frustasi di buat oleh gadis baru tersebut.

Atlas akhir nya mendapatkan akses untuk menerobos kerumunan di hadapan nya, tetapi pemandangan yang dia saksikan tak seperti yang ia fikirkan. Gadis yang kini sedang menjadi pusat perhatian mereka terlihat begitu...

"menarik" gumam Atlas pada diri nya. Gadis itu memakai seragam yang sama seperti mereka, hanya saja ukuran rok nya lebih pendek dari ukuran yang seharus nya. Tidak terlalu pendek seperti yang Atlas fikirkan setelah dia mendengar ucapan kakak kelas mereka. Hanya saja ada sesuatu dari gadis ini yang membuat nya mendapatkan banyak perhatian dari kakak kelas. Mungkin sikap nya yang seperti preman, pikir Atlas.

Atlas tidak mengira gumaman nya akan di dengar banyak orang, termasuk gadis ber rok pendek di hadapan nya yang kini telah menaruh perhatian nya pada Atlas. Gadis itu terdiam menatapi Atlas dengan kedua alis nya yang telah terlipat kebawah seperti anak kecil yang sedang menatapi seseorang yang terlihat mencurigakan bagi nya. Atlas meneguk saliva di dalam tenggorokan nya di saat dia merasa sedikit terintimidasi oleh gadis itu.

"kakak dengar?" tanya gadis itu pada kakak kelas yang sedang memarahi nya. Gadis itu menunjukan jari telunjuk nya kearah Atlas dan kembali berargumen dengan kakak kelas "cowok aneh ini bilang aku menarik!"

Atlas terdiam menutup rapat bibir nya setelah dia di katakan aneh oleh gadis tersebut.

Kakak kelas tersebut mengangkat kedua tangan nya sambil menahan diri untuk tidak menyekek leher adik kelas nya "pulang ke rumah dan ganti rok kamu dengan yang lebih panjang." ucap kakak kelas yang berusaha mengatur nada nya.

Gadis itu terkesiap dengan sangat dramatisir nya, hampir membuat Atlas tertawa "kalau ganti rok yang lebih panjang paha aku gak akan keliatan dong?!"

"emang itu tujuan nya!" ungkap kakak kelas dengan kesal nya "trus ini apa?" tanya nya sambil menunjuk kearah jaket jeans yang sedang menyelimuti tubuh gadis itu

Dengan cara yang merendahkan, gadis itu menjawab kakak osis di hadapan nya "hm... Ini nama nya jaket? Sebuah ciptaan ber fashion yang telah manusia temukan ber abad-abad lalu" jelas gadis itu dengan tenang nya sambil melipatkan tangan. Beberapa orang tertawa dan beberapa yang masih kelas satu hanya bisa menahan tawa mereka.

"ada apa ini?" seorang osis yang lain nya datang dan semua orang menoleh kearah nya. Osis perempuan itu berdiri dengan kedua tangan nya yang terlipat dengan malas nya, postur tubuh nya yang sempurna berdiri di hadapan mereka tanpa mengeluarkan aura semangat osis seperti osis yang sedang memarahi gadis ber rok pendek. Beberapa laki-laki tak dapat mengalihkan pandangan mereka dari kakak kelas tersebut, bahkan Atlas sekali pun.

"itu nama nya kak Atlanta" Atlas mendengar seorang siswa yang sedang berbisik pada teman nya

"cantik banget" jawab teman nya

"tapi serem ah" ucap siswa yang tadi

"setidak nya gak se seram makhluk itu" jawab teman nya sambil menunjuk kearah siswi berjaket jeans.

Mendengar itu, gadis berjaket jeans dan ber rok pendek datang menghampiri siswa malang tersebut dengan aura yang begitu mengintimidasi dan menyeramkan "kamu ngomong sesuatu? Coba di ulang" gadis itu menantang nya

Atlas memperhatikan ekspresi siswa yang sekarang kini berharap dapat menarik kembali perkataan nya. Siswa itu bahkan sedikit lebih tinggi dari gadis di hadapan mereka, tetapi gadis itu tak gagal untuk membuat nya ketakutan.

"gadis ini memakai rok yang sangat pendek dan jaket jeans di hari MOS" ucap kakak osis pada teman nya yang bernama Atlanta. Gadis ber jaket jeans memutar mata dan kembali menaruh perhatian nya pada kakak kelas itu lagi

"jangan membenci ku hanya karena aku jauh lebih cantik dari kakak." ucap nya penuh keberanian dan kebodohan. Gadis ini sangat tidak peduli dengan apa yang bisa terjadi pada nya jika dia melawan kakak kelas

Mendengar itu, semua orang terkesiap, tak seorang pun mengira perkataan itu dapat di lontar kan oleh seorang junior. Osis yang bernama Atlanta tersenyum menahan tawa nya "boneka barbie ini benar, rok nya bahkan tidak se pendek itu. Kamu hanya mendramatisir keadaan seperti biasa nya Melissa."

"aku bukan barbie..." Atlas mendengar gadis ber jaket jeans itu bergumam dengan sedih nya

Kakak osis galak bernama Melissa merasa tidak terima dengan perkataan Atlanta pada nya "Atlanta, kamu tahu peraturan nya-"

"peraturan nya adalah kamu mengurusi junior IPA dan aku mengurusi junior IPS" selak Atlanta

"mereka bahkan belum memilih jurusan mereka!" bantah Melissa

"kalau begitu kamu harus menyimpan kegalakan mu untuk nanti" ucap Atlanta dengan tenang nya

Melissa merasa cukup menghadapi Atlanta dan memberikan gadis ber rok pendek itu sebuah tatapan kesal nya. Merayakan kemenangan nya, gadis itu mengejek kakak kelas nya dengan lidah dan menjulingkan kedua mata nya.

Atlas menggelengkan kepala nya, dan walaupun Atlas tidak dapat mengalihkan pandangan dari gadis tersebut, dia tetap tidak menyetujui sikap nya pada kakak kelas.

"foto aja" seorang gadis junior berbisik pada Atlas. Atlas yang tidak pernah menyadari keberadaan gadis itu di samping nya menjadi bingung

"apa?" tanya Atlas

Gadis berponi itu tersenyum jahil dan mengulangi kalimat nya "dari pada di liat in terus, lebih baik di foto biar pemandangan nya awet." gadis itu mengambil handphone milik Atlas dari saku celana nya lalu mengambil foto gadis preman dan cantik di hadapan mereka.

"kembali kan handphone ku" Atlas kembali merampas handphone nya dan memberikan gadis itu tatapan kesal nya "gak pernah kenal sopan santun?" tanya nya yang hanya membuat gadis itu tertawa

"kamu pasti milih IPA" gumam gadis itu sambil menggelengkan kepala nya. Mencoba untuk tidak menghiraukan gadis tersebut, Atlas kembali menaruh perhatian nya pada gadis yang sedari tadi sudah berhasil menahan perhatian nya. Dan tanpa dia sadari, ketika kerumunan itu telah terbubarkan, gadis itu berjalan kearah mereka. Atlas merasakan diri nya bingung dan juga panik di saat yang sama di saat gadis itu berjalan dengan penuh kepercayaan diri ke arah nya.

"sekolah ini penuh orang bodoh" ucap nya kearah siswi yang tadi merebut handphone Atlas.

Atlas tidak tersadar bahwa diri nya masih tidak dapat berhenti memandang wajah gadis tersebut, jadi dia hanya berdiri di dekat mereka. Lalu tanpa dia sadari, mulut nya pun berbicara "jadi semua orang yang gak sepikiran dengan mu itu bodoh?" tanya Atlas

Kedua gadis di hadapan Atlas menghadap kearah nya, yang berponi dan manis hanya tersenyum menahan tawa, sedang kan yang mengintimidasi dan cantik membuat gerak-gerik yang ber tujuan untuk meremehkan Atlas, seperti mempelajari penampilan Atlas dari atas hingga bawah dengan satu alis nya yang terangkat. Atlas adalah tipe siswa yang sudah memiliki visi dan misi di dalam hidup nya, dia tahu apa yang akan dia lakukan, dia bahkan sudah menentukan universitas dan jurusan mana yang akan dia ambil walaupun dia masih kelas satu SMA.

Atlas berusaha menenangkan diri nya, berusaha terlihat seperti diri nya sama sekali tidak terpengaruh dengan bagaimana gadis itu menatapi nya.

"Sofia, ini Atlas. Atlas, ini Sofia." gadis berponi memperkenalkan mereka berdua.

Mendengar itu, Atlas bertanya "bagaimana kamu bisa tahu nama ku?"

Gadis berponi menghelakan nafas nya "nama mu ada di mading, NEM kamu paling tinggi di angkatan kita."

Sofia mendengus "jadi kamu salah satu kutu buku di sekolah ini?" tanya nya pada Atlas tetapi gadis berponi ikut menimbrung

"gak nyangka ya? Jauh lebih ganteng dari foto nya" ucap gadis berponi sambil memandangi wajah Atlas

Mendengar itu, Sofia menghelakan nafas nya sambil menutup kedua mata "Lola, bukan itu maksud ku."

Lola memutar mata nya lalu merangkul Sofia sambil berbicara dengan Atlas "ngomong-ngomong, sahabat ku ini masih single loh"

Merasa kesal dengan apa yang telah sahabat nya katakan, Sofia menatapi Lola dengan penuh niat untuk menampar nya. "Lola?!"

Atlas tersenyum dengan penuh malu, menurut nya gadis seperti Sofia bukan lah tipe nya, dan dia bahkan belum menentukan tipe nya seperti apa semenjak yang dia ingin kan hanyalah mendapatkan nilai terbaik di sekolah nya.

"aku gak nyari pacar, jadi..."

Mendengar itu kedua gadis di hadapan nya terdiam sementara, lalu Lola tertawa dengan lepas nya. Kencang nya tawa Lola berhasil mengejutkan Atlas dan Sofia "oh my God! Baru pertama kali ini ada cowok yang gak mau ama kamu Sof!" Lola menepuk tangan nya "harus nya aku rekam dari tadi..." tambah Lola

Menjaga reputasi nya, Sofia tetap bersikap tenang "dia bukan tipe ku, jadi aku juga gak peduli si"

Dengan sopan nya, Atlas menganggukan kepala nya dengan maksud menyetujui pernyataan yang keluar dari mulut Sofia "aku setuju, aku bahkan gak bisa membayangkan punya pacar yang gak peduli dengan peraturan seperti kamu"

Atlas tidak mengatakan pernyataan itu dengan maksud menghina Sofia, dia adalah seseorang yang hanya mengatakan pernyataan-pernyataan berdasarkan fakta yang dia ketahui. Dan hal itu terkadang membuat nya tidak peka dengan pengaruh-pengaruh yang dapat terjadi pada orang lain.

Lola memperhatikan reaksi Sofia yang sama sekali tidak terpengaruh oleh perkataan Atlas, tetapi Lola tahu mulai dari saat itu Atlas telah masuk ke dalam daftar nama orang-orang yang di benci oleh Sofia.

Tidak suka dengan apa yang Atlas katakan pada sahabat nya, Lola pun memutuskan untuk membela Sofia. Tapi tentu, dengan cara nya sendiri "mungkin Sofia bukan tipe perempuan yang pantas untuk di ajak ke rumah untuk di perkenalkan ke orang tua, tapi Sofia adalah perempuan yang jago membuat seorang laki-laki senang. Kamu tahu maksud ku?"

Atlas merasa bingung di saat dia mendengar arti yang ambigu di balik perkataan Lola. Sofia yang kecewa dengan kemampuan Lola membela nya pun hanya bisa pasrah mendengar Lola kembali berceramah

"tidak kah kamu lihat? Sofia itu sexy. Dan lihat gunung-gunung nya." Lola menaruh telapak tangan nya di bawah payudara Sofia seperti seorang sales yang sedang memperkenalkan produk jualan nya "mungkin seragam dan jaket nya menghalangi pemandangan mu, tapi percaya lah di balik kain ini terdapat dua gunung yang bulat dan-"

"okay cukup Lola." Sofia menyelak "aku rasa kamu sudah cukup membela ku"

"Sof, kamu gak usah marah, aku kan ngomong nya secara metafor" ucap Lola yang tersinggung akan kekesalan sahabat nya

"kalau begitu cari topik lain selain ngomongin payudara ku!" balas Sofia lagi

"kenapa kamu malu dengan payudara mu? Payudara mu sempurna dan bagus untuk di pandang!" bantah Lola yang tidak menerima kekesalan sahabat nya

Atlas hanya bisa menahan tawa nya dengan senyuman melihat tingkah mereka, dan hal itu mengesalkan Sofia "ada yang lucu?" tanya nya

Melihat kekesalan Sofia, Atlas mengangkat kedua tangan nya seperti sedang menghadapi seseorang yang sedang menodong pistol kearah nya "oh I'm sorry... Hanya saja, kamu terlihat menggemaskan kalau lagi malu"

Sofia terdiam, memperhatikan Atlas yang kini telah memanggil nya manis. Dan entah mengapa, Sofia hampir melupakan pernyataan menyinggung yang telah Atlas katakan tadi.

Sofia melipatkan tangan nya dan bertanya "sekarang aku manis bagi kamu?"

Atlas menganggukan kepala nya, dia bukan seseorang yang akan menyangkal apa yang dia fikir benar, tetapi sesuatu dari Sofia membuat nya merasa harus berhati-hati "tapi tetap saja, seperti yang aku bilang, kamu bukan tipe ku." ucap Atlas

Mendengar itu, rahang Lola terjatuh dan Sofia pun mendengus, walaupun nada nya sedikit melonjak "aku gak peduli." ucap Sofia

Atlas yang merasa bingung dengan nada nya pun mengangguk "okay."

Sofia kesal dan mengalihkan pandangan nya dari Atlas. Lalu tak lama kemudian datang lah seorang siswi menghampiri Atlas dan berbicara pada nya.

"hey kamu Atlas kan? kenalkan aku Nana, NEM aku di peringkat kedua setelah kamu." ucap Nana penuh bangga

Atlas tidak menyangka bahwa nilai yang telah ia capai berhasil membuat nya terkenal. Dia bahkan tidak mengira bahwa ada yang peduli dengan peringkat. Atlas berusaha tersenyum dan berbicara "apakah aku baru saja terkenal karena nilai ku?" tanya nya

Lola tersenyum melihat wajah Atlas yang sedang kebingungan di hadapan mereka lalu ia pun membantu menjawab "sekolah ini mempunyai berbagai macam peringkat yang di buat oleh kakak-kakak osis sebelum nya. Ada peringkat nilai, peringkat penampilan, peringkat atlet terbaik, hingga sampai peringkat cantik dan tampan"

Sofia memutar mata nya "aku benar-benar tidak peduli dengan peringkat-peringkat omong kosong itu" gumam nya.

"omong kosong hanya untuk mereka yang tidak sanggup menjadi nomor satu" balas Nana pada nya

Mendengar itu Sofia membuat kuda-kuda untuk menyerang Nana, melihat itu Lola menahan sahabat nya dari masalah. Lalu tanpa di sangka, Atlas pun berbicara lagi.

"aku setuju dengan Sofia" ungkap Atlas dan mereka pun menoleh kearah nya. Tetapi sebelum Sofia mengira diri nya sedang di bela, Atlas kembali menjatuhkan harapan nya dari ketinggian hingga Sofia terjatuh lagi "peringkat-peringkat tersebut akan membuat mereka yang gak sanggup bersaing menjadi minder." jelas nya dengan mata nya yang menyindir kearah Sofia

Merasa di hina, Sofia mendorong Lola dari hadapan nya lalu mendekati Atlas dan Nana dengan kedua tangan nya yang terpangku di atas pinggang. Nana yang melihat itu, mengambil satu langkah mundur untuk menjadi kan Atlas sebagai tameng nya. Sedangkan Atlas memilih untuk menikmati pemandangan wajah Sofia yang sedang galak kepada nya "kalian dengar kan aku baik-baik, jika aku mau menjadi nomor satu, aku akan menjadi nomor satu. Hanya saja aku gak harus membuktikan nya pada kalian. Kalian mau tahu kenapa? karena aku sama sekali gak peduli. Mungkin kalian harus pacaran, semenjak kalian terlihat menginginkan hal yang sama." ucap Sofia dengan kesal nya sebelum dia menarik Lola dan pergi menjauhi mereka.

Mendengar ide yang di berikan Sofia pada mereka, Nana kini melihat Atlas sebagai calon kekasih nya. Dengan mata yang berbinar-binar, Nana mengagumi wajah Atlas sehingga membuat Atlas merasa tidak nyaman dan memilih untuk kabur dari hadapan Nana. 

avataravatar
Next chapter