1 Prolog

"Arion itu pria baik-baik, jadi mulai sekarang kamu harus dengerin kata-katanya! gimanapun juga bunda nggak mau dengar kabar buruk dari pernikahan kalian. kamu ngerti kan maksud bunda?" ujar Rani mengabaikan lalu lalang bandara yang cukup terbilang padat. Meisie menatap bundanya itu lama, lalu melirik pria berbalut sweater putih yang berdiri tidak jauh darinya sekilas. pria yang baru seminggu dikenalnya namun sudah menikahinya kemarin.

"om Arion----"

"kak Arion, awas kalo kamu panggil dia om! umur dia baru 28 sayang." potong Rani seraya mencubit pelan pipi putri semata wayangnya itu. Meisie menghela nafas berat lantas memeluk sang bunda.

"bunda yakin kan dia orang baik? tapi kok perasaan aku nggak enak sih? bun, kalo aku nggak ikut emangnya nggak boleh ya? aku kan masih harus sekolah setahun lagi." rengek Meisie semanja mungkin untuk menarik simpati sang bunda. Rani menyunggingkan senyumnya mendengar rengekan itu lantas melepaskan pelukannya.

"bahasa Korea kamu udah lumayan bagus, jadi kamu bisa lanjut sekolah di sana. tenang aja, Arion udah urus semuanya kok. dia bahkan udah milih sekolah seni yang bagus buat kamu." balas bunda lantas beralih dan kearah Arion. menyadari tatapan Rani yang tertuju padanya, Arion pun melangkah mendekat. "bunda harus pulang sekarang, kakak kamu harus check up 1 jam lagi di RS. jaga Meisie baik-baik ya? kalo dia nggak nurut, marahin aja! dia milik kamu sekarang!" Arion tersenyum tipis mendengar kata-kata ibu mertua nya itu.

" bunda nggak usah khawatir, aku bakalan pastiin nggak ada kabar buruk yang sampe ke bunda."

dunia memang mungkin tidak pernah berpihak pada Meisie. tepat setelah kepergian sang bunda, sebuah telapak tangan menghampiri kepalanya. dengan kesal, gadis itu pun menengadah dan memelototi pemilik tangan tersebut. Arion menggeleng-gelengkan kepalanya tidak habis pikir. ia pasti sudah benar-benar kehilangan akal sehatnya karena setuju menikahi gadis dihadapannya itu.

"just speak ini English or Korea from now!" tegas Arion datar lantas meninggalkan Meisie begitu saja. dengan pasrah, Meisie hanya bisa berlari menyusul pria itu.

avataravatar
Next chapter