3 Tanpa Kehidupan

"Ke arah mana dia lari?" tanya Yudis.

Bastian menjawab sembari menunjuk arah Selatan, "ke sono kayaknya."

Zion mengangguk, menyetujui ucapan Bastian.

"Ikut gue." kata Yudistira.

Bastian dan Zion saling pandang kembali, bertanya-tanya apa yang akan dilakukan sahabat tertuanya itu.

"Ikutin dia, kali aja dia berniat bunuh diri lagi."

Bastian berdecak, sedangkan Zion dan Yudistira sudah berlari menuju mobil yang dibawa oleh Bastian. Urusan motor milik Yudistira yang rusak parah, tadi sudah diangkut oleh montir sesampainya Zion dan Bastian di sana.

Membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit sampai mereka kembali menemukan Adeeva. Dan seperti dugaan, gadis itu masih mencoba bunuh diri. Bodohnya, gadis itu menggunakan metode seperti Bastian. Yaitu dengan menabrakkan dirinya ke kendaraan yang lalu lalang.

Sekarang sekitar jam 3 subuh,sudah pasti ini sangat sepi. Terlebih lagi, gerimis masih mengguyur kota seharian ini.

Yudistira menghentikan mobilnya tepat di depan gadis itu. Adeeva sedikit terkejut, matanya sudah terpejam sempurna dan tubuhnya bergetar kedinginan.

"Tabrak sekalian biar kapok kayak gue." saran Bastian.

Yudistira melirik Bastian dengan sadis, begitupun Zion.

***

Adeeva lagi-lagi melangkah tak tahu arah. Dia tak melihat kanan kiri. Yang dilihatnya hanya sepasang kaki lusuh yang tak beralas. Kakinya begitu kotor karena tanah dan rerumputan. dia jadi teringan dengan kata-kata ayahnya.

"Adeeva jelek dan kumel. Kamu yakin itu anak kandung saya?!"

Kata-kata itu selalu terngiang dalan pikirannya. Bahkan, ayahnya tak yakin kalau Adeeva darah dagingnya.

Ingatannya semakin membuat Adeeva bertekad untuk mati. Tak ada yang menginginkannya di dunia ini, jadi untuk apa dia ada? Bahkan, dunia tanpa dirinya akan baik-baik saja.

Sebuah sorot lampu mobil menyilaukan gadis itu. Adeeva menoleh, melihat sebuah mobil melaju dengan kencangnya. Sepertinya, ini sebuah kesempatan agar dia bisa mati.

Adeeva melangkah semakin menengah dan menutup matanya dengan erat. Nafasnya naik turun, jantungnya terasa akan copot karena deg-degan. Tubuhnya sampai bergetar karena kedinginan dan rasa takutnya. Bodoh, dia tidak boleh takut seharusnya. Apa yang dia takutkan? Orang-orang terdekatnya merasa kehilangan? Tidak akan ada.

Adeeva tersentak saat tangannya tiba-tiba ditarik seseorang. Dilihatnya laki-laki yang menolongnya di danau tadi.

"Ikut gue." katanya sembari terus menarik Adeeva yang tak berdaya. Bagaimana tidak? Gadis itu tak memiliki sedikitpun tenaga sekarang. dia seperti kambing kurban yang diseret ke masjid untuk di sembelih.

Sesampainya di dalam mobil, matanya terbelalak melihat ada dua orang laki-laki juga. Ah, iya mereka juga ikut menolongnya tadi.

"Daripada perkosa gue, mending bunuh gue aja deh." celetuk Adeeva.

Yudistira tertawa sarkas, sedangkan Bastian tertawa terbahak-bahak. Zion? Si kalem menyebalkan itu hanya tersenyum geli.

"Mohon maaf, kita gak nafsu sama lo." balas Bastian.

"Rumah lo di mana?" tanya Zion.

Tatapan Adeeva berubah langsung. Tatapan hangat tadi berubah menjadi datar dan kosong, seperti sudah malas membahasnya.

"Cariin gue hotel." kata Adeeva.

Zion, Bastian, dan Yudis menganga lebar. Baru kenal, ngajak ke hotel?

Adeeva menunduk lesu,"Gue gak bisa pulang."

Ketiganya seperti mengerti keadaan. Mungkin, Adeeva brokenhome? Atau mungkin juga dia sedang bertengkar dengan kedua orang tuanya.

Akhirnya, Yudistira membawa Adeeva ke hotel terdekat. Sesampainya di sana, mereka langsung turun dan pergi ke resepsionis dengan kondisi basah kuyup. Jika saja mobil yang digunakan bukan mobil kelas atas, sudah pasti mereka akan diusir bagaikan gembel.

"Mau berapa kamar kak?" tanya Sang Resepsionis.

"Satu saja. Untuk dia." kata Zion.

Kemanapun mereka bertiga pergi, selalu Zion yang memesan hotel dan tiket pesawatnya.

"Totalnya jadi 350.000 mau cash atau debit?" tanya Sang Resepsionis lagi.

Adeeva menganga, uang sebanyak itu bisa dia gunakan untuk makan satu minggu. Dan juga, itu gajinya selama seminggu dengan kerja banting tulang di toko bunga. Adeeva jadi mikir berulang kali.

"Gak jadi mbak." jawab Adeeva membuat Zion terkejut.

Zion menatap Adeeva dengan ekspresi marah.

Lalu,mereka menghampiri Yudistira dan Bastian.

"Kuy pulang." ajak Bastian sambil merangkul pundak Yudistira dan Zion.

"Cewek itu gimana?" tanya Zion sambil menunjuk gadis yang tengah duduk tak jauh dari mereka.

Yudistira dan Bastian mengernyit heran.

Zion yang mengerti kode dari sahabatnya menjelaskan,"dia gak jadi booking."

Yudistira menghela napasnya kasar lalu menghampiri gadis tersebut.

"Mau lo apa sih? Tadi minta ke hotel, sekarang gak jadi. Maksudnya apaan?" kata Yudistira yang sudah hilang kesabaran.

Baginya, ini lebih merepotkan daripada seorang wanita yang mengatakan, "ga papa dan terserah."

"Kok lo marah sih? Gue gak minta lo nolongin gue." balas Adeeva.

"Lo di tolong, malah ngelunjak."

"Ck! Gue tau hidup gue cuman beban buat orang lain. Makannya gue cari mati!" sentak Adeeva sembari melangkah pergi meninggalkan ketiganya.

avataravatar
Next chapter