7 Sedikit Terobati

Pohon di taman menutupi tubuhnya. Matanya menatap kasian pada seorang gadis yang sedang terduduk lesu. Gadis itu menangis sambil menatap langit sendu.

"Kenapa gue gak bisa tutup mata kalau tentang lo,Adeeva?" batinnya.

Gadis bernama Adeeva Afshen Maheesa itu akhir-akhir ini mencuri perhatiannya. Gadis yang terlihat ceria dan kuat namun menyimpan sejuta misteri dari sorot matanya. Tidak ada sorot bahagia di dalam manik indah itu. Tidak ada juga kejujuran yang keluar dari bibirnya.

"Munafik." batinnya lagi.

Tiba-tiba tangis Adeeva reda dan berganti dengan senyum cerahnya. Melihat itu, bukannya merasa bahagia justru hatinya merasa sakit. Senyum yang menyimpan sejuta kesedihan harus terpatri pada bibirnya setiap saat.

Plak!

Laki-laki itu mengaduh kesakitan saat merasakan kepalanya terlempar batu kerikil.

"Hey Yudis! Lo ngapain ngintipin orang?" bisik Bastian.

Yudistira menoleh, mendapati Bastian dan Zion jauh dibelakangnya. Sepertinya dia selalu gagal saat menjadi stalker.

Dulu, saat Yudis mencoba mencari tau tentang Ceyza dirinya tertangkap basah secara habis-habisan karena menyukai semua foto-foto Ceyza di instagram. Bodohnya, Yudis tidak menyadari bahwa dirinya menyukai foto-foto itu.

Kebiasaannya scroll instagram sambil klik suka pada semua foto terbawa hingga agenda stalkingnya. Dan itu membuat Yudis tak bisa kabur dari Ceyza. Perempuan itu menganggap bahwa Yudis menyukainya hingga akhirnya Yudis ditembak hari itu juga. Mau menolak? Melihat gadis dengan sifat kekanakan dan cute mana tega Yudis menyakitinya.

"Sini lo!" pinta Zion.

Yudistira akhirnya menghampiri kedua temannya yang tengah mengerjakan TTS teras belakang.

"Lo ganggu aja!" kesal Yudistira.

Bastian dan Zion tertawa bersamaan.

"Lagian lo merhatiin tu bocah terlalu bar-bar." kata Zion.

"Gila apa, di belakang pohon? Hahahhaa." timpal Bastian diakhiri tawa mengejek.

"Emang salah kalau di pohon? Bagus dong kaga keliatan gue." Yudistira mencoba membela diri.

Bastian istighfar terlebih dahulu sebelum menjawab, Zion sudah mengelus dadanya.

"Lo ngumpet di belakang pohon Kamboja apa gunanya bego?"

***

Adeeva memutuskan untuk tidur di sofa depan televisi. Tubuhnya yang mungil sudah meringkuk dengan nyaman di sana. Awalnya ia berniat hanya menonton TV sambil rebahan, tetapi matanya tak berbohong. Apalagi dia baru saja menangis. Akhirnya, Adeeva yang merasa kantuk mulai terlelap tidur.

Bastian, Zion dan Yudistira yang melihat gadis itu tertidur merasa cukup lega. Mereka akhirnya memutuskan akan tidur juga setelah bermain game di ruang makan yang terletak tidak jauh dari tempat Adeeva tidur.

Saat ketiganya sedang asik bermain game, mereka tiba-tiba mendengar sesuatu yang aneh. Seperti tangisan seorang wanita.

"Woy kok gue merinding?" kata Bastian sambil menyenggol lengan Zion.

Yudistira yang fokus game akhirnya mencoba mengalihkan perhatiannya dan ikut mendengar juga.

"Ya masa ada tante kunti di rumah ini?" tanya Zion.

Yudistira semakin menajamkan pendengarannya. Ia seperti mengenal suara ini.

"Bukan kunti, tapi Adeeva." katanya. Bastian dan Zion bertatapan muka dan seperti biasa berkomunikasi menggunakan batin.

"Bukan karena gue merhatiin dia terus, tapi kemarin gue nemuin dia pas lagi nangis di pinggir jalan."kata Yudistira membuat keduanya mengatakan 'oh' bersamaan.

"Tapi dipikir-pikir emang lo akhir-akhir ini terlalu fokus ke dia." balas Zion.

Hening menerpa ketiganya. Mereka pikir, tangisan itu karena Adeeva sedang menangis. Tetapi sepertinya tidak. Suaranya terdengar menyakitkan dan seperti mengigau tidak jelas.

Mereka akhirnya memutuskan untuk menghampiri gadis itu. Ditemuinya Adeeva sedang menangis sambil mengigau dalam kondisi tertidur pulas.

"Mimpi buruk deh kayaknya." kata Zion.

Yudistira dan Bastian mengangguk bersamaan.

"Hiks.. Kak, jangan tinggalin Devaa... Pliss jangan pergi..." racau Adeeva.

"Kita harus ngapain?" tanya Bastian.

Yudistira dan Zion menggeleng bersamaan.

"Apa kita bangunin aja ya?" tanya Yudistira.

Sekarang, Bastian dan Zion mengedikkan bahunya bersamaan. Lihatnya betapa kompaknya mereka bertiga. Kompak dalam hal tidak penting dan tidak berguna.

Setelah memikirkan beberapa saat dan melihat kondisi Adeeva yang memburuk, akhirnya mereka memutuskan untuk membangunkan gadis itu.

Dimulai dari Zion yang mencoba menepuk-nepuk pelan pipinya.

"Adeeva... Bangun lo mimpi buruk." katanya pelan.

Giliran Bastian yang mencoba mengguncangkan bahu gadis itu, berharap ia langsung tersadar.

"Bangun woy.... " kata Bastian. Namun, gadis itu masih saja meracau sambil menangis.

Akhirnya, upaya terakhir dilakukan oleh Yudistira. Ia menarik gadis itu hingga terduduk. Meskipun terkesan kejam, tapi ini berhasil. Adeeva membuka matanya dan terkejut. Dadanya naik turun dan keringat dingin membasahi tubuhnya.

Hatinya terasa sangat sakit dan ia terlihat sangat ketakutan. Adeeva menatap Yudistira beberapa saat. Yudistira tidak tahan melihat gadis itu menangis. Adeeva terlihat sangat lemah.

Akhirnya, Yudistira menarik gadis itu kedalam pelukannya berharap agar Adeeva sedikit terobati.

avataravatar
Next chapter