12 Nona Cantik

"Yudis?"lirih Adeeva dengan mata tak lepas dari seorang pria yang berada di depannya.

Yudistira tersenyum hangat lalu sedikit menunduk dan mensejajarkan wajahnya dengan Adeeva. Diamatinya wajah gadis itu dengan seksama seakan gadis itu adalah sebuah barang dengan ukiran penuh misteri.

"Hai nona cantik!"balas Yudistira yang kembali menegakkan tubuhnya.

Adeeva tersenyum senang lalu memperhatikan Yudistira dari atas sampai bawah memastikan tak ada luka pada tubuh pria tersebut."Aku senang kamu baik-baik saja,"Adeeva dapat bernafas lega sekarang sampai akhirnya pertanyaan yang terlontar dari mulut Yudistira membuatnya tertegun.

"Kau mengenalku?"

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

Damn! Adeeva merasa seperti ada sebuah anak panah yang menancap pada hatinya secara tiba-tiba. Rasanya sangat nyeri mendengar hal tersebut. Iris matanya menatap kecewa Yudistira yang membalasnya dengan tatapan tenangnya seakan ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.

"K-ka-mu kan Yudistira?"Adeeva tergagap seketika. Lidahnya serasa sulit digerakkan. Jantungnya berdenyut nyeri saat mengatakannya. Entah apa yang terjadi pada Yudistira,Adeeva pun tidak mengerti. Dia masih belum bisa memahami situasi saat ini.

"Ya,saya Yudistira CEO dari Vashesa hotel dan beberapa properti lainnya."ucap Yudistira dengan kening berkerut menyiratkan kebingungan.

Adeeva menitihkan air matanya. Entah mengapa bulir itu melesak keluar tanpa permisi di depan seseorang yang pernah menjanjikan kebahagiaan kepada Adeeva. Gadis itu menunduk dan mencekram baju rumah sakit yang dikenakannya hingga kusut.

Melihat gadis di depannya membuat Yudistira sedikit panik. Dia segera meraih pundak milik Adeeva yang bergetar di sela isak tangisnya. "Kau baik-baik saja?"Yudistira bertanya.

Adeeva menggeleng cepat lalu menyentak kedua tangan Yudistira. Dia kecewa karena Yudistira bisa melupakannya begitu saja hanya dalam waktu lima tahun. Kemana janji manis Yudistira yang pernah membuatnya merasa hidup meskipun berkali-kali dihantui kematian? Kemana Yudistira yang selalu menjadi arah angin untuknya saat kehilangan arah?

Yudistira masih tetap berada di tempatnya,dia mengedarkan matanya pada sekitar yang mulai memperhatikan tangisan Adeeva. Hal ini membuat Yudistira seolah baru saja berbuat hal yang tidak sepantasnya hingga membuat Adeeva menangis. Dia merasa disudutkan,hei bahkan Yudistira sudah menolongnya kenapa gadis itu malah menangis kesetanan seperti itu?

"Apa aku melakukan kesalahan?"tanya Yudistira.

Adeeva menggeleng di sela isakannya. "Aku yang bersalah karena menggantungkan kebahagiaanku padamu."jawab Adeeva dengan berat hati sebelum meninggalkan Yudistira begitu saja.

***

"Yudistira hilang ingatan total karena kecelakaan itu,"ujar Mbak Adenia sambil mengangguk tak berani menatap wajah kecewa Adeeva.

Gadis itu baru saja mendapat berita mengenai kedua orang tuanya yang dipenjara,dan sekarang dia mendapat berita bahwa kekasihnya hilang ingatan. Apakah ini masuk akal? Bahkan setelah lima tahun tuhan membuatnya tertidur lelap tanpa melakukan apapun,sekarang saat dirinya mulai pulih perlahan gadis itu kembali dihantam kuat oleh realita.

"Apa Mbak Adenia gak ngasih tau tentang aku ke Yudistira?"tanya Adeeva. Gadis itu terihat berantakan setelah menangis selama dua jam berturut-turut. Bahkan para suster di sana sampai harus memberikannya obat penenang agar gadis itu mau istirahat,bagaimanapun juga tubuh Adeeva belum sehat sepenuhnya.

Adenia menggeleng lesu,"Ayah sangat marah saat mengetahui fakta dibalik kecelakaan itu sehingga dia ingin menjauhkan Yudistira darimu,Adeva. Mbak gak bisa berbuat apapun karna sejujurnya mbak juga masih perluin harta ayah buat biayain rumah sakit kamu selama lima tahun."

Adenia menghela nafasnya sejenak mengingat masa-masa sulitnya setelah Yudistira kecelakaan. Saat itu dia baru saja merintis bisnis fashion yang tentunya menguras biaya dan pikirannya. Di satu sisi dia juga harus menyelesaikan masalah Adeeva karena dia tau gadis itu tidak memiliki siapapun. Untungnya saat itu ada Bastian dan Zion yang sempat membantunya,mereka tetap sepakat untuk menyembunyikan Adeeva dari Yudistira sampai pria itu mendapatkan ingatannya kembali. Ketiganya hanya takut jika nanti Tuan Adyatama malah melakukan hal buruk terhadap Adeeva.

"Terima kasih Mbak,Adeeva gak tau harus membalas pakai apa hutang Adeeva ke Mbak."Adeeva berterima kasih. Dia jadi merasa kalau Mbak Adenia bahkan lebih baik daripada ibunya.

"Apa alasan Mbak Adenia sebaik ini sama aku?"tanya Adeeva.

Adenia mengulum bibirnya sendiri. Dia tersenyum dengan bibir terlipat kedalam sambil berpikir. "Mungkin karena kamu cantik?"Adenia terkekeh mencoba mencairkan suasana.

***

Di sisi lain,Yudistira ingin mencari tau mengenai gadis yang tadi sempat membuatnya pusing tujuh keliling hanya karena tangisannya. Entah mengapa pikirannya terpusat pada wajah familiar tersebut. Rasanya seperti Yudistira pernah melihatnya di suatu tempat,belum lagi dia merasa cukup dekat dengannya.

Kaki jenjang Yudistira menekan tombol lift menuju lantai tertinggi d rumah sakit tersebut. Itu tempat orang-orang dengan jabatan tinggi di sini,salah satunya adalah teman Yudistira. Langkah kaki Yudistira sampai ke sebuah ruangan dengan kaca buram sebagai pintunya. Pemilik ruangan tersebut adalah Direktur rumah sakit yang menjabat baru-baru ini.

"Kalau lo ke sini cuman untuk mastiin gue menjalankan tantangan atau enggak,mending hempas deh lo ngikut Syahrini sana!"dengus seorang pria yang seumuran dengan Yudistira. Dia mengenakan setelan jas berwarna hitam yang dipadukan dengan dasi bercorak bunga berwarna pink. Tentu saja mengenakan dasi berwarna mencolok itu bukan kemauannya,tetapi kemauan sahabat-sahabatnya.

"Idih gitu aja sensi. Gue sama Zion masih berbaik hati ngasih tantangan ini,kali aja ada emak-emak yang minta dinikahin lo setelah melihat tampannya Bastian dengan dasi pink bling-blingnya!"ejek Yudistira diakhiri tawa kecilnya. Yudistira yang dingin dan jarang tertawa sudah mati saat kecelakaan lima tahun yang lalu.

"Lo pikir selera gue kayak lo? Yang sukanya tante-tante kurang belaian."balas Bastian tidak terima.

"Terus selera lo yang gimana emangnya? Anak kecil hah?! Pedofil lo? Mau konsul sama Zion?"Yudistira menaikkan nada suaranya.

"Lo yang harusnya konsultasi sama Zion bodoh! Lo lupa kalau tiap hari lo ngoceh terus ngerasa hidup lo hampa?!"teriak Bastian sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Kayaknya gue konsultasi sama diri gue sendiri lah, gila aja gue habis ngurusin orang hipersex sampai dia nafsu ngeliat gue. Padahal dia cowok,"Zion datang dibelakang Yudistira lalu melewati sahabatnya dan duduk di sofa dengan wajah kusut seperti tak niat hidup. Dia menghela nafasnya dengan kasar berkali-kali.

Mereka masih berteman baik dan semakin akrab satu sama lain meskipun saat Yudistira sadar, ketiganya merasa canggung tetapi sekarang sudah mulai terbiasa. Apalagi Zion yang sangat sabar dalam menghadapi kedua sahabatnya.

Ketiganya sukses dengan jalannya masing-masing. Yudistira menjadi CEO termuda tanpa gelar sarjana karena masih menjadi mahasiswa abadi,Bastian dengan jabatan Direktur Rumah Sakit ternama milik keluarganya yang diberikan sia-sia hanya agar Bastian tidak membuat kekacauan terus-menerus. Meskipun begitu Bastian berhasil menyelesaikan kuliahnya dengan baik walau dengan embel embel membayar dosen. Sedangkan Zanipolo Vegard atau Zion,dia berhasil menjadi seorang psikiater karena kesungguhannya dalam kuliah waktu itu.

avataravatar
Next chapter