8 Jatuh Cinta

Semenjak kejadian tersebut,Yudistira semakin tidak dapat menutup mata perihal Adeeva. Entah mengapa dirinya terus tertarik kepada gadis yang tengah rapuh itu. Meskipun rapuh,gadis itu tak pernah mengeluh sedikitpun. Dia selalu terlihat baik-baik saja dalam topeng penuh senyuman itu.

Saat ini Yudistira tengah menunggu Adeeva di depan gerbang sekolahan. Dia berniat untuk mengantar Adeeva ke toko bunga Sunflow yang kebetulan adalah milik kakaknya. Waktu terus bergulir,sudah hampir 15 menit Yudistira menanti gadis itu hingga akhirnya iris mata pemuda itu menangkap seorang gadis yang tengah tersenyum manis kepadanya. Rambut panjang milik gadis itu tersapu angin membuatnya terlihat semakin menawan. Gadis itu berlari menghampiri Yudistira membuat pemuda itu susah payah menyembunyikan senyumannya.

"Udah nunggu lama?"tanya Adeeva.

Yudistira mengangguk,"banget. Sampe lumutan malah, lo sih lelet."

Adeeva melipat bibirnya merasa bersalah.

"Oh iya,gue denger lo putus ya sama Ceyza?"tanya Adeeva.

Yudistira hanya berdeham sebagai jawaban. Dia hanya mengantisipasi jika saja Adeeva bertanya mengapa dirinya putus dengan Ceyza. Yudistira tak mungkin menjawab bahwa mereka putus karena Yudistira tertarik dengan Adeeva kan?

Untungnya Adeeva tak banyak bertanya. Mereka pulang bersama mengenakan motor kesayangan Yudistira yang diberi nama Franxie.

Ditengah perjalanan,angin berhembus cukup kencang. Tangan Adeeva yang terletak di pinggangnya terlihat ada luka baru di sana. Yudistira selalu diam-diam mengamati setiap luka pada tubuh Adeeva karena hanya itu satu-satunya petunjuk perihal apa yang sesungguhnya sedang dirasakan Adeeva.

"Mau gue ajakin mati gak?"tanya Yudistira setengah berteriak.

Adeeva tertawa mendengarnya. Dia tau apa maksud Yudistira,laki-laki itu mana betah mengendarai motornya dalam mode lambat.

"Ayok kebut-kebutan!"teriak Adeeva penuh antusias.

Mendengar idenya disetujui,Yudistira menarik tangan Adeeva hingga gadis itu memeluknya erat. Adeeva yang mendapat perlakuan tiba-tiba itu sedikit terkejut. Jantungnya berdegup sangat kencang,mungkin Yudistira dapat merasakannya.

"Pegangan yang kenceng,ntar lo terbang."kata Yudistira.

Adeeva meletakkan kepalanya pada bahu lebar pemuda itu. Dia mengeratkan pelukannya. Entah mengapa ini terasa sangat hangat dan nyaman. Keduanya membelah jalanan kota dengan kecepatan diatas rata-rata. Kencan mereka benar-benar ekstrem diluar dugaan,tetapi setidaknya membuat Adeeva dapat refresh sejenak dari masalahnya.

***

Langit mulai menggelap. Warna jingga pudar perlahan bergradasi biru tua. Matahari malu-malu bersembunyi tergantikan bulan yang mulai nampak. Malam terasa indah dengan taburan bintang. Seorang gadis tengah bersiap memoles wajahnya dengan make up tipis.

Dia baru saja mandi dan berganti pakaian di tempat kerjanya. Hari ini Adeeva tak ada niatan untuk pulang. Gadis itu ingin menikmati harinya dengan Yudistira.

Pemuda itu telah tampan dengan balutan kaos hitam dan jacket jeansnya. Entah sejak kapan perasaan ini mulai menggebu. Persetan dengan cap pelakor yang di dapatnya di sekolah karena ia dianggap merusak hubungan Ceyza dan Yudistira.

Adeeva tak ada niatan melakukan itu. Dia hanya ingin berteman dengan Yudistira. Bahkan saat mendengar berita mengenai hubungan mereka,Adeeva terkejut dan sangat menyayangkan hal itu karena keduanya sudah menjalin hubungan sejak satu tahun yang lalu.

"Gue mau ngajak lo ke suatu tempat,"suara Yudistira membuyarkan lamunannya. Pemuda itu menggenggam tangan Adeeva menyelipkan jari-jemarinya ke sela-sela jari milik Adeeva. Tentu saja Adeeva sangat terkejut dengan perlakuan manis itu,akhir-akhir ini dia sulit bernafas saat di dekat Yudistira.

"Kemana?"tanya Adeeva.

Yudistira tidak menjawab,dia menarik Adeeva menuju mobil milik kakaknya yang terletak di depan toko bunga. Dia sudah ijin akan meminjam mobil kakaknya untuk berkencan dengan Adeeva. Yudistira akan mengungkapkan perasaannya sekarang. Dia akan membuat gadis yang akhir-akhir ini mengisi pikirannya menjadi miliknya.

Di sepanjang jalan,Adeeva sibuk mengagumi keindahan pemandangan sekitar. Yudistira membawanya menuju vila di sebuah pantai yang indah. Sudah lama Adeeva tidak ke tempat mewah seperti ini sejak Ayahnya bangkrut beberapa tahun yang lalu.

"Gue jadi kangen Bang Fagan,"Adeeva membuka pembicaraan ditengah hening yang menerpa.

"Gue juga,dia sahabat gue dulu."balas Yudistira membuat Adeeva membelalak kaget. Dia tidak menyangka jika Yudistira mengenal kakaknya yang memiliki selisih umur dua tahun.

"Gimana bisa kenal?"tanya Adeeva.

"Karena balapan liar,"jawab Yudistira.

Adeeva langsung paham,dulu kakaknya sangat menyukai hal itu. Bahkan saat dilarang ayah dan ibu,tetap saja Bang Fagan melakukannya secara diam-diam hingga akhirnya dia meninggal dalam sebuah kecelakaan tragis saat balapan.

***

Keduanya telah sampai di vila keluarga Yudistira yang terletak sangat dekat dengan pantai. Mereka masuk ke dalam vila bernuansa putih yang di dominasi dengan kaca sebagai sekat antar ruangan.

Melihat betapa cantiknya interior vila tersebut,Adeeva sampai menganga. Gadis itu benar-benar mengagumi vila yang seperti rumah impian baginya. Cita-citanya adalah memiliki rumah sendiri,dia ingin cepat-cepat keluar dari neraka yang dibuat oleh orang tuanya di rumah. Itulah mengapa Adeeva bekerja sangat giat untuk menghidupi dirinya sekaligus menabung untuk membeli sebuah rumah.

"Suka?"tanya Yudistira. Dilihatnya pemuda itu tengah duduk di sebuah kursi dekat jendela yang langsung menyuguhkan pemanadangan pantai di malam hari. Sangat indah,rasanya Adeeva ingin tinggal di sini saja.

"Wah,cantik banget pemandangannya."ucap Adeeva. Gadis itu berjalan perlahan keluar menuju pantai yang jaraknya tak jauh dari sana.

Dirasa udara sangat dingin,Adeeva memeluk dirinya sendiri sambil sesekali mengusap lengannya.

"Dulu kalau gue lagi stress,Bang Fagan selalu ajak gue ke pantai."ucap Adeeva saat ekor matanya menangkap Yudistira yang sudah berdiri di sebelahnya.

"Dia juga cerita tentang itu,"balas Yudistira.

Adeeva melangkah maju menuju bibir pantai diikuti Yudistira. Sekarang kaki keduanya telah terendam di air sebatas mata kaki. Adeeva tak henti-hentinya tersenyum melihat keindahan alam semesta di depannya.

"Ternyata dunia tak seburuk itu,"gumamnya.

Yudistira menoleh, memperhatikan Adeeva dengan senyum manis yang terpatri di bibirnya. Senyuman berharga itu akan selalu Yudistira jaga,dia berjanji.

Ingatan Adeeva jadi terlempar saat dimana ia pertama kali bertemu dengan Yudistira. Laki-laki itu sangat dingin kepadanya,bahkan Yudistira tak segan membentak Adeeva padahal mereka tak saling mengenal. Sekarang,lihatlah pemuda itu sudah sangat hangat kepadanya.

Yudistira ternyata diluar dugaan,dibalik sikapnya yang sangat dingin seperti es,nyatanya dia sangat baik dan hangat. Adeeva jadi mengingat Ceyza,pasti perempuan itu beruntung pernah menjadi milik Yudistira. Adeeva saja yang menjadi temannya sudah diperlakukan sebaik ini,bagaimana dengan Ceyza yang jelas-jelas dicintai Yudistira?

"Pasti Ceyza pernah lo ajak ke sini juga ya?"tanya Adeeva.

Yudistira menggeleng,"Ceyza anak rumahan."

"Ngomong-ngomong,kenapa kalian putus?"tanya Adeeva lagi.

"Soalnya gue udah cinta sama cewek lain,"jawab Yudistira.

Adeeva yang mendengar hal itu terkejut. Dia memukul ringan lengan Yudistira,ekspresinya terlihat marah.

"Lo gila? Bisa-bisanya lo sayang sama orang lain padahal udah punya Ceyza!"protes Adeeva.

Iris mata Yudistira bergulir menatap Adeeva yang tengah menatap ke arah lautan lepas.

"Tanya aja sama hati gue,"ucap Yudistira membuat Adeeva menoleh. Mata keduanya bertemu,mereka saling tatap satu sama lain dengan tatapan penuh arti.

"Cewek itu gue kan?"tanya Adeeva. Entah keberanian darimana sehingga dia bertanya seperti itu dengan percaya diri tanpa mempertimbangkan harga dirinya.

Tetapi saat melihat Yudistira mengangguk,Adeeva spontan terduduk hingga pakaiannya basah terkena deburan ombak.

"Lo gila ninggalin Ceyza buat gue?!"oceh Adeeva.

Yudistira tertawa kecil,dia menarik tangan Adeeva membantu gadis itu berdiri hingga keduanya berhadapan. Yudistira menuntun tangan Adeeva hingga menempel rekat pada dada bidang miliknya.

"Di sini selalu berdebar tiap sama lo,"ucap Yudistira.

Adeeva tersedak ludahnya sendiri. Dia masih tidak mempercayai apa yang sedang dikatakan Yudistira meskipun buktinya nyata. Jantung pemuda itu berdetak sangat cepat!

"Lo ngeprank gue kan?"tanya Adeeva dengan ragu.

Yudistira menggeleng cepat. Dia maju satu langkah semakin dekat dengan Adeeva,"lo gak ngerasain apa yang gue rasain?"Yudistira bertanya perihal perasaan Adeeva.

Adeeva mengerjapkan matanya berkali-kali. Dia juga mencintai Yudistira,saat ini jantungnya bahkan berdetak lebih cepat daripada Yudistira. Otaknya seakan berhenti bekerja mendengar pengakuan Yudistira kepadanya,Adeeva sangat gugup dan bahagia sekaligus.

Yudistira mendekap Adeeva membuat wajah keduanya hanya berjarak beberapa centimeter saja,"lo beneran gak ngerasain apa yang gue rasain bahkan disaat seperti ini?"Yudistira bertanya lagi.

Adeeva menggeleng pelan. Otaknya yang macet membuat gadis itu tak tau harus berbuat apa dan menjawab apa,ditambah dengan wajah tampan milik Yudistira yang sangat dekat dengannya membuat Adeeva semakin tak dapat berpikir jernih.

Yudistira memajukan wajahnya,bibirnya mengecup bibir Adeeva lalu melumatnya perlahan. Mendapat perlakuan itu,spontan Adeeva membelalak terkejut. Tetapi dia tidak kuasa untuk menghentikan perbuatan Yudistira kepadanya.

"Bahkan disaat seperti ini lo gak ngerasain apa yang gue rasain?"tanya Yudistira untuk kesekian kalinya.

Sebelum hal-hal yang lebih aneh lagi terjadi,Adeeva akhirnya mengangguk dan menyatakan perasaannya.

"Iya,gue juga ngerasain semua yang lo rasain. Gue juga sayang sama lo Yudis,tapi lo terlalu sempurna buat gue yang sedang terluka."kata Adeeva.

Terlihat seulas senyum pada bibir Yudistira. Pemuda itu senang mendengar pengakuan dari gadisnya.

"Gue bakal sembuhin semua luka itu,gue janji bakal bahagiain lo Adeeva."Yudistira berjanji. Tanpa pemuda itu sadari,janji itu membuat keduanya terikat dalam sebuah ikatan takdir menyakitkan dimulai dari detik itu.

avataravatar
Next chapter