14 02-Kriteria Rumit

"Adeeva!"teriak Adenia dengan antusias. Adenia menghampiri Adeeva dan segera memeluk erat gadis itu,menyalurkan rasa rindu selama tiga tahun terakhir.

"Aku rindu sekali dengan Mbak Adenia,"ucap Adeeva dalam dekapan Adenia yang lebih tinggi lima centimeter dari Adeeva.

"Wah! Kau benar-benar sangat cantik Adeeva! Apa kau melakukan operasi plastik?"selidik Adenia sambil mengamati detail wajah Adeeva.

Adeeva tertawa renyah,bagaimana bisa dia operasi plastik jika uang dari beasiswanya hanya mampu untuk bertahan hidup. Bahkan gadis itu sampai bekerja paruh waktu sebagai model beberapa online shop hanya untuk biaya tambahan,dia tidak mau meminta pada Axel atau Adenia.

"Kapan kau kembali? Kenapa tidak mengabari Mbak? Siapa yang menjemputmu di bandara? Dan dimana kau tinggal?"Adenia bertanya banyak hal berturut-turut membuat Adeeva lagi-lagi tertawa dengan perempuan berkepala 3 yang sangat cerewet itu.

"Aku sengaja ingin memberi kejutan,yang menjemputku adalah Kak Axel,dan aku tinggal di apartemen Kak Axel,dia membiarkanku tinggal di sana karena tidak ditempati lagi semenjak Kak Axel tinggal dengan Mbak."jawab Adeeva.

Adenia menuntun Adeeva menuju ruang keluarga diikuti oleh Axel dibelakang mereka. Adenia dan Adeeva duduk di atas sofa panjang berwarna cream sedangkan Axel duduk di kuri bar dekat ruang keluarga. Dia hanya memberikan ruang lebih untuk Adenia,pasti banyak sekali yang akan dibahas dengan Adeeva.

"Astaga,kau sangat cantik. Mbak yakin seratus persen jika Yudistira pasti akan jatuh cinta pada pandangan pertama padamu."puji Adenia. Matanya sangat berbinar melihat kecantikan Adeeva yang tidak main-main. Dia tidak menyangka jika gadis ini berhasil keluar dari zona nyaman untuk bersinar lebih terang lagi.

"Akan kupastikan itu Mbak,"balas Adeeva diakhiri tawa renyah yang menunjukkan gigi kelincinya. Astaga gadis itu perpaduan dari sexy,lucu,dan menawan sekaligus.

Tiba-tiba raut wajah Adenia menjadi serius,dia kepikiran dengan ucapan Adeeva sebelumnya. Apa gadis itu akan menjadi sekretaris Yudistira? Tidak,Adeeva bisa lebih dari itu. Dia bisa menjadi model dari brand fashionnya! Adenia tidak akan menyia-nyiakan Adeeva begitu saja.

"Ada apa Mbak?"tanya Adeeva menyadari perubahan ekspresi pada Adenia.

"Kau tidak benar-benar serius soal menjadi sekretarisnya, Kan?"Adenia balik bertanya.

"Apa aku benar-benar tidak memenuhi kriteria rumit itu?"tanya Adeeva.

Adenia menggeleng cepat,Adeeva adalah kriteria terbaik sejauh ini. "Jadilah model brand fashionku daripada menjadi sekretaris dari pria menyusahkan seperti Yudistira. Mbak janji akan menjodohkan kalian!"mohon Adenia.

Adeeva hanya tertawa kecil,"apa Yudistira sangat merepotkan akhir-akhir ini?"

"Sangat-sangat merepotkan hingga membuatku ingin memasukkannya kembali kedalam rahim Mamah,"Adenia mendengus kesal. Mendengar nama Yudistira saja membuatnya tersulut emosi.

"Untunglah kalau begitu,"

"Hah? Apanya yang untung? Kau tidak akan bisa tidur nyenyak jika dengannya. Di sangat merepotkan,sungguh!"

"Kalau begitu aku harus berjuang lebih untuk mencintainya,bukan malah mundur menghindarinya."

***

Yudistira menyesap kopi di ruang kerja milik Zion. Hari ini,dia ada janji konsultasi dengan sahabatnya yang sudah menjadi psikiater idaman para wanita. Hampir 90% pasien Zion adalah seorang perempuan muda yang menginginkan pria itu. Banyak sekali yang mendatanginya hanya untuk mengutarakan cinta pada Zion,bukannya mengutarakan mengenai penyakit mentalnya. Banyak juga yang terkena penyakit mental setelah konsultasi dengan Zion yang katanya super tampan itu. Astaga,Yudistira sampai sulit sekali untuk membuat janji dengan sahabatnya itu.

"Lo mau konsultasi tentang apa kali ini?"tanya Zion sambil memakai jas putihnya. Dia baru saja sampai saat Yudistira sudah rebahan di atas sofa dengan nyamannya.

"Gue mau konsultasi tentang kekosongan hati gue,entah kenapa rasanya ada yang ilang."ujar Yudistira sambil memegangi hatinya dan berlagak kesakitan.

Zion menghampiri Yudistira,duduk di hadapan pria itu lalu berpikir sejenak sebelum menjawab.

"Oh itu sih bukan penyakit mental. Hati nurani lo 'kan emang gak pernah ada di dunia ini."balas Zion diakhiri sebuah senyuman simpul.

Yudistira menggulirkan bola matanya malas,dia padahal sedang serius. Akhir-akhir ini Yudistira merasakan sebuah kekosongan yang mendalam seakan ada hal yang hilang dari dirinya selain ingatan.

"Gue serius Dokter Zion,"geram Yudistira.

Zion tertawa sebentar lalu mulai memasang wajah seriusnya. "Oke,mungkin hati lo kosong karena ada sesuatu hal yang belum lo selesaikan."

"Maksudnya?"kening Yudistira berkerut bingung.

"Mungkin dulu lo pernah janji sama seseorang tapi belum ditepati?"Zion mulai memancing Yudistira. Dia sudah geram dengan tingkah Yudistira yang seenaknya tanpa berusaha mengembalikan ingatannya sedikitpun seakan Yudistira menikmati hidupnya tanpa ingatan masa lalu.

"Emang gue pernah janji sama siapa?"tanya Yudistira.

'Sama Adeeva,lo janjiin kebahagiaan buat dia bodoh!' batin Zion.Sejujurnya Zion berharap Adeeva dan Yudistira bersatu kembali. Dia tidak tega melihat sahabatnya yang sering melamun karena merasa kekosongan dalam hidupnya. Zion sering memergokinya meskipun Yudistira selalu berdalih bahwa dia banyak pikiran. Bahkan Zion tau betul jika Yudistira mati rasa terhadap cinta. Walaupun Yudistira playboy,tapi tak ada yang benar-benar merebut hati sahabatnya itu karena dari awal hati Yudistira berada pada Adeeva. Pada gadis yang sekarang tengah berdiri di pintu ruangan Zion.

"Permisi Sir! Lima belas menit lagi anda ada rapat dengan dewan direksi."Adeeva memberitahu. Gadis itu mengenakan rok span berwarna putih dengan kemeja senada dan blazer berwarna maroon yang cocok pada tone kulitnya.

Yudistira sedikit tersentak mendengarnya. "Apa kau sekretaris baru yang di berikan kakakku?"tanya Yudistira. Pasalnya Adenia belum memberikan informasi lagi mengenai sekretaris pengganti Anne.

"Tidak,bahkan dia mungkin tidak akan menyetujuinya."balas Adeeva dengan santainya.

"Oh begi- tunggu! Lalu kenapa kau berani ke sini dan memegang jadwalku?!"Yudistira bangkit,menatap seorang gadis di depannya yang terlihat menawan. Bahkan matanya tak berkedip sedetikpun melihatnya,dia mengagumi kecantikan gadis itu sampai kesadarannya kembali.

"Apa saya harus mendapat persetujuan dari kakak anda terlebih dahulu agar bisa bekerja di sini,Sir?"tanya Adeeva dengan angkuhnya.

"Siapa yang memberikan jadwalku padamu?"tanya Yudistira dengan nada suara yang meninggi.

"Kak Axel,maksudnya Tuan Axel. Dia yang memberikannya padaku,"jawab Adeeva dengan santainya seakan kemarahan Yudistira bukanlah hal yang menakutkan.

"Apa kau salah satu dari wanita bayaran yang terobsesi denganku hingga seenaknya menjadi sekretarisku?!"Yudistira berjalan mendekati Adeeva,menarik gadis itu dan mendorongnya hingga gadis itu tersudutkan pada pintu dibelakangnya.

Yudistira kerap mengalami hal tersebut. Banyak wanita-wanita yang terobsesi dengannya hingga melakukan segala cara agar di dekatnya,bahkan beberapa menjadi karyawan kantornya. Dan dia sedikit risih dengan hal itu. Tipe idealnya adalah wanita pendiam yang anggun,bukan wanita bar-bar yang sangat merepotkan baginya. Yudistira terkenal playboy bukan karena dia memiliki banyak kekasih,tetapi karena dia mempermainkan banyak wanita. Dia meniduri banyak orang dan meninggalkannya begitu saja. Bahkan Yudistira sering berkencan dengan banyak orang hanya untuk mendapat keperawanannya saja,setelah itu dia tidak segan-segan membuang wanita itu.

"Iya,aku sangat terobsesi dan mencintaimu Yudistira."balas Adeeva dengan tatapan menantang. Wajahnya sangat dekat dengan Yudistira,Adeeva tersenyum. Pria di depannya tidak mengecewakan. Dia tidak sia-sia belajar keras untuk Yudistira. Apapun caranya,Adeeva akan memastikan bahwa Yudistira akan menjadi miliknya.

avataravatar
Next chapter