13 01-Gadis Berambut Merah

Your attention please, passengers of Garuda Indonesia on flight number GA328 to Surabaya please boarding from door A12, Thank you.

Bandara terlihat ramai dengan lalu lalang pengunjung yang hendak bepergian. Waktu setempat menunjukkan pukul 17.04 sore,kaca-kaca bandara terbias cahaya senja matahari menimbulkan warna jingga yang indah.

Suara ketukan heels menggema di atas lantai. Seorang gadis berusia 26 tahun melenggak lenggokan pinggulnya berjalan dengan anggun di atas heels berwarna putih kesayangannya. Di tariknya koper berwarna hitam menggunakan tangan kanannya. Kacamata hitam sudah bertengger rapi di atas hidung mancungnya.

Tiga tahun berjalan cepat tanpa dirasa. Waktu terus mengukirkan kenangan-kenangan acak dan merubah seseorang dari masa ke masa. Tak ada yang salah dengan itu,karena seseorang memang seharusnya untuk berkembang. Tak terkecuali dengan gadis bernama Adeeva Afsheen Mahesa tersebut. Dia sudah bukan seorang gadis yang jarang bergaul dengan teman-temannya. Adeeva yang selalu tersakiti oleh semesta telah redup tergantikan Adeeva versi baru dengan update maksimal.

Rambut panjang Adeeva masih tetap sama,bedanya gadis itu mewarnai rambutnya dengan warna merah merona yang terlihat sangat kontras dengan kulit putihnya. Tubuh kurusnya sudah berubah menjadi tubuh idaman kaum hawa yang biasa disebut dengan tubuh gitar spanyol. Wajahnya yang cantik dengan balutan make up alami,bibirnya yang diberi polesan lipstick merah,serta pakaiannya yang sedikit terbuka menambahkan kesan sexy pada gadis berambut merah tersebut.

Gadis itu membuka kacamatanya,menghirup udara segar Indonesia yang sudah lama tidak ia rasakan. Setelah mengetahui Yudistira mengalami amnesia,Adeeva tidak menyerah begitu saja. Dia meminta kepada Mbak Adenia untuk menjauhkannya sementara dari Indonesia. Dan gadis itu memutuskan untuk mengejar sebuah beasiswa di New York. Berkat koneksi yang Adenia miliki,Adeeva lolos dengan mudah dan menjalani hari-harinya sebagai mahasiswa di New York. Dan hari ini,sehari setelah kelulusannya dia langsung terbang menuju Indonesia untuk mengejar cintanya. Dia bertekad akan mendapatkan kembali Yudistira ke dalam dekapannya,Adeeva berjanji akan itu.

"Cukup diam,dan aku yang akan menghampirimu Yudis."gumam Adeeva.

***

Yudistira mengacak rambutnya frustasi. Dia merasa sangat bersalah karena melakukan sebuah kesalahan fatal pada sekretarisnya. Anne,gadis yang ramah dan cerita itu langsung keluar dari pekerjaannya begitu saja tanpa basa-basi. Dia bahkan tidak meninggalkan surat pengunduran diri,Anne seakan hilang dan lenyap dari bumi.

Suara ketukan pintu membuat Yudistira sadar dan menoleh ke sumber suara. Dilihatnya Adenia dengan senyum cerianya,berbanding terbalik dengan Yudistira yang sedang sangat muram.

"Kenapa wajahmu seperti itu? Ada apa?"tanya Adenia saat mendapati adik laki-lakinya tengah memasang ekspresi yang tidak dapat di ajak bercanda,Yudistira penuh kemarahan.

"Carikan aku sekretaris baru,Anne keluar karena masalah pribadi."jawab Yudistira,pria itu berjalan perlahan menuju sofa tempat Adenia duduk dan ikut bergabung disebelahnya.

"Kau menidurinya?"tebak Adenia.

rahang Adenia terlihat menegang saat melihat Yudistira mengangguk. Adenia sudah bisa menebak ini,Anne adalah anak baik-baik yang sangat polos dan memiliki jiwa rohani yang tinggi. Dia sangat taat pada tuhannya,bagaimana bisa Yudistira seenaknya meniduri gadis seperti itu? Astaga dasar pria kurang ajar ini!

"Kau gila?! Sangat sulit mencari seseorang seperti Anne lagi di dunia ini! Astaga,apa kau sudah meminta maaf?!"bentak Adenia.

Yudistira menggeleng pelan,dia juga menyesalinya. Jika saja dia tidak mabuk saat itu,pasti ini semua tidak akan terjadi. Persetan dengan alkohol,Yudistira akan membencinya mulai detik ini.

"Kau memakai pengaman?"tanya Adenia.

Yudistira lagi-lagi menggeleng,Adenia semakin tersulut emosi. Dia segera menghampiri Yudistira dan memukulinya beberapa kali,dasar pria tidak tau diuntung!

"Seminggu lagi aku akan menikah dengan Axel,dan sekarang aku harus mencarikanmu sekretaris?!"Adeni merutuki dirinya sendiri karena terlahir dari rahim yang sama dengan Yudistira. Entah sudah berapa banyak kekacauan yang dibuat adiknya dan selalu Adenia yang menyelesaikannya.

"Carikan saja secara acak,"lirih Yudistira.

"Secara acak? Kau tau kan aku memiliki sejuta persyaratan untuk calon sekretarismu?! Mana bisa kau ku percayakan pada wanita tidak benar?!"Adenia membanting tubuhnya di sofa dan memijit pelipisnya yang bersenyut nyeri. Hari ini dia ingin beristirahat setelah berhari-hari mengurus pernikahannya,tapi ternyata kata istirahat tidak ada di dalam kamus kehidupannya.

"Atau jangan-jangan kau sengaja membuat Anne keluar agar dapat sekretaris wanita murahan yang bisa kau tiduri seenaknya?!"selidik Adenia.

Mendengar itu,Yudistira segera mengelak."aku pria baik-baik Mbak! Mana ada pikiran seperti itu pada otakku!"

"Mana ada pria baik-baik yang meniduri seorang gadis polos yang tak tau apa-apa!"

***

Waktu sudah menunjukkan jam 11 malam,seorang wanita berkepala 3 sedang sibuk pada berkas-berkas di atas meja kerjanya. Dia sesekali bermonolog sambil mengamati berkas-berkas tersebut. Helaan nafasnya terdengar kasar seakan ia tidak menikmati kegiatannya.

"Kau belum tidur,Adenia?"tanya seorang pria yang tak lain adalah Axel,calon suaminya.

Berawal dari perjodohan,keduanya memutuskan untuk saling mengenal dan jatuh cinta sampai akhirnya mereka memutuskan akan menikah. Sepertinya Adenia tidak salah untuk menjomblo bertahun-tahun karena takdir ternyata mempersiapkan Axel,pria baik itu untuknya.

"Belum,aku sedang mencarikan sekretaris baru untuk Yudistira."jawab Adenia tanpa melirik Axel sedetikpun,dia masih sibuk dengan berkas-berkas yang berisi biodata para wanita muda yang baru saja mencalonkan diri menjadi sekretaris untuk Yudistira.

"Apa yang terjadi?"tanya Axel,pria itu duduk pada sofa dekat meja kerja Adenia.

"Yudistira menidurinya,"jawab Adenia.

Axel tidak terkejut. Dia malah tersenyum senang,sepertinya takdir memang sengaja mempertemukan keduanya. "Wah,bukankah tuhan sangat baik pada Yudistira?"

Iris mata Adenia bergulir menatap calon suaminya yang tengah tersenyum hangat,terlihat sangat tampan. Yah,Axel memang tampan. Adenia sangat beruntung memilikinya. Selain tampan,Axel juga humoris dan loyal.

"Kenapa kau tersenyum seperti itu?"tanya Adenia dengan mata menyipit mengamati calon suaminya.

"Memangnya kau butuh kriteria yang seperti apa untuk menjadi sekretarisnya Yudistira?"tanya Axel yang mengabaikan pertanyaan Adenia sebelumnya.

Adenia berpikir sejenak,sejujurnya hanya satu kriteria yang ia pikirkan. Tidak mudah tergoda dengan Yudistira. Hanya itu,tidak lebih.

"Mungkin yang cerdas,rajin,tidak mudah terbawa perasaan,profesional,dan anggun."jawab Adenia.

"Wah sulit sekali ternyata,aku bahkan tidam memenuhi satupun kriteria itu."sahut seorang gadis.

Suara yang Adenia rindukan kini ia dengar. Adenia segera memutar tubuhnya dan menatap seorang gadis berambut merah berdiri di depan ruang kerjanya dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Bibir Adenia sampai terbuka,dia sangat terkejut dengan perubahan drastis dari gadis itu di sisi lain,dia juga sangat takjub dengan wajah cantik gadis tersebut dan betapa manisnya senyum di hibir gadis berambut merah itu. Adenia terpesona.

avataravatar
Next chapter