webnovel

Penyerangan

Karena perasaan mualku sudah mulai sembuh.

"Yo!" saya menyapa kepada keduanya sambil mengangkat tanganku.

"Siapa kamu?" Vanadis itu berkata kepadaku.

"Saya ? Ah, yah betul siapa saya.. tunggu sebentar.. hmm.." kaget karena dia meminta namaku, saya bingung karena nama lamaku telah saya lupakan yang mengakibatkanku mengingat hal-hal tentang hobiku saja.

"Aztaroth, Aztaroth Void." saya menjawab kembali pada pertanyaan vanadis.

Kemudian, kelompok pasukan vanadis dibelakangnya yang saya ketahui datang menuju ketempat vanadis.

Saya melihat kearah kelompok itu salah satu dari kelompok adalah wanita lain dan sisanya pria. Saya mengenal mereka tepatnya karena saya tahu ini dunia yang saya inginkan, dan sekarang saya berada pada saat selesainya perang pertama kali dari pemuda rambut merah itu, Tigrevurmud Vorn.

Dan wanita berambut panjang bewarna perak itu adalah Eleonora Viltaria. Salah satu dari 7 vanadis terkenal, Wind Princess of the Silver Flash.

Melihatnya saya merasa kagum akan seluruh penampilannya. Seperti yang tertulis dari wiki-nya beserta gambar dari karakter animenya, dia memiliki sosok yang membuat wanita di duniaku akan menjadi malu dan mengutuk bagaimana ada wanita yang sangat cantik di dunia.

Kemudian saya memandang salah satu sahabat dan pengikut terpercaya Eleonora, Limalisha.

Seperti deskripsi dari wiki dan juga gambar pada karakternya di anime. Lim memiliki rambut pirang panjang diikat ekor kuda samping.

Melihat bagaimana tatapan mereka padaku, saya merasa seolah-olah mereka menatapku memiliki pertanyaan yang terpampang pada raut muka mereka bagaimana saya bisa hidup dari jatuh ketinggian dari langit sampai ketanah.

Tetapi kelompok Elen memutuskan untuk menanyakan nanti dan membuat salah satu bawahannya untuk membuat Tigre pingsan.

...

Di kediaman Elen di Leitmeritz, Zhcted.

Saya berada dalam aula tempat Tigre dan Elen mempermasalahkan masalah utang kota Tigre untuk Zhcted.

Disitu saya berdua bersama Elen dan Limalisha sedang menuju kamar tempat Tigre tidur.

"Jadi Aztaroth, darimana asalmu ?" Elen bertanya sambil menatap kearah mataku.

Tatapan ini memang dapat membuat memerah untuk otaku di duniaku. Tetapi, untukku itu tidak karena yah kiamat terus tersesat di kekosongan sampai berusaha menunggu tetapi tidak ada yang datang menjemput.

"Saya dari tempat yang sangat jauh dari tempat ini, dan soal jatuh dari langit itu saya menggunakan salah satu dari kekuatanku, Rip-Space. Kekuatan ini memungkinkanku untuk melakukan merobek sebuah ruang di sekitar dan memasukinya yang membuat objek dapat bergerak melewati celah ruang seperti teleportasi. Tetapi, saya belum dapat menguasai sepenuhnya." Memutuskan berbohong, saya membuat cerita tentang itu adalah salah satu kekuatan yang saya miliki.

Mendengarkan apa yang saya katakan. Elen menyipit, tiba-tiba dia tersenyum.

"Jadi begitu, saya merasa kekuatanmu mirip dengan salah satu dari vanadis kami. Baiklah, apakah kau dapat kembali ketempatmu ?" Elen berkata sambil mengingat salah satu vanadis tertentu.

"Tidak, saya tidak tahu mengenai itu. Tetapi, saya memutuskan untuk menjelajah dan mencoba bersenang-senang disini terlebih dahulu?" Saya berkata sambil tersenyum bodoh.

"Hmm.. baiklah kalau begitu."

"Eleonora-sama, saya membawanya." tiba-tiba sebuah suara terdengar dari luar pintu masuk ke ruangan ini.

"Masuk." Elen membalas.

Kemudian sosok bersuara itu memasuki ruangan, dan menampilkan salah satu sahabat dan pengikut Elen, Limalisha. Bersama dibelakang Lim adalah Tigre.

Keduanya melihatku, mengangguk kepadaku. Saya memutuskan untuk membeli sebuah smartphone untuk memainkan game Mobile Legends.

"Ah, Aztaroth. Apa itu?" Elen melihatku mengeluarkan smartphone entah dari mana bingung.

"Hm? Ini smartphone" Saya menjawab dengan santai. 'Jadi, inikah bentuk iPhone generasi terakhir. Tipis dan Lentur ? Dari deskripsi dikatakan bahwa batrenya bisa diisi ulang dengan mengenai cahaya matahari.'

Elen yang ingin bertanya kepadaku lagi, memutuskan untuk menempatkan dibelakang untuk masalah itu. Ia kemudian berbalik kearah Tigre untuk membahas masalah penangkapannya.

Saya yang berada disudut mendengarkan mereka membahas masalah utang yang harus ditebus agar Tigre dapat kembali di tanah airnya. Tetapi, fokus utamaku adalah di smartphoneku.

Saya sedang membaca novel Overlord Volume 14. Karena saya belum melanjutkannya pada waktu saya masih hidup di bumi.

"Aku ingin kau melakukan sesuatu untukku." Tiba-tiba perkataan dari Elen ini membuat semua orang didalam memandanginya, termaksud saya.

Kemudian kami keluar dari ruang, dan berjalan menuju ketempat latihan untuk pasukan Leitmeritz.

...

Saya yang duduk disamping kanan Elen, memandangi Tigre memanah.

"Eleonora, bukankah busurnya itu 'kurang' baik?" Saya bertanya. Setahuku dari Anime memang busur itu jelek menurut standar prajurit. Dan saya tahu bahwa busur itu didalangi oleh kelompok Rurick.

"Oh? Kau tahu untuk itu? Yah, saya merasa ada seseorang yang mendalangi busur yang dia gunakan. Juga, bisakah kau memanggilku menggunakan Elen saja?" Elen berbalik dan memandangiku sambil membalas.

"Baiklah, Elen."

"Kau serius tidak sih?" Limalisha yang berada disudut belakang Tigre berkata kepadanya.

"Jelas." Tigre membalas.

"Aku ingin menggantikannya." Tiba-tiba Rurick berkata mengejek yang berada di antara kelompoknya.

Hal ini membuat kelompoknya mengejek Tigre.

"Saya ingin memukul mereka." Saya bergumam disamping Elen. Membuat Elen memalingkan mukanya lagi kepadaku dan menahan tawanya.

"Yah, saya baru tahu kau memiliki humor seperti itu." Membalas gumamku agar dia dapat menahan tawanya.

"Ini karena saya jengkel jika seseorang atau kelompok tertentu akan mengejek seseorang itu."

"Oh? Apakah begitu?" Mengangkat alisnya.

"Yup."

Tiba-tiba merasakan instingku, saya berbalik keatas gedung tertentu dan melihat seseorang berlari dengan menggunakan jubah.

Saya tahu disini aksi Tigre untuk memanah penyusup itu dengan busur jelek yang ia gunakan, dari jarak 300 alse.

Menoleh kearah Tigre, saya melihat dia melebarkan matanya kearah penyusup itu. Dimana dia melihat penyusup itu kemudian berhenti di tempat tertentu dan kemudian membidik kearah Elen.

"Awas!" Teriak Tigre untuk memastikan keamanan disekitarku.

Mendengar ini saya tertawa, karena bahkan senjata proyektil seperti itu tidak dapat melukaiku, bahkan menyentui ataupun menggaruk itu tidak mungkin.

Karena sudah 3 hari saya berada di dunia ini, saya telah selesai mengintegrasikan tubuh dan jiwaku dimana tubuhku akan ikut tumbuh seperti jiwaku yang menjadikan Infinity Void Body. (*Note: Kembali dari medan perang pada waktu itu pasti membutuhkan waktu, bahkan zaman perang dulu dimana prajurit akan menggunakan kuda saja membutuhkan waktu dari hari sampai bulan untuk melakukan pergi ke medan perang ataupun pulang dari medan perang.)

Hal itu karena saya adalah entitas baru, sebagai penguasa Infinity Void Cosmos. Saya memegang apa yang namanya Infinity, Void, dan Cosmic atau Cosmoc. 3 kata itu dapat dikatakan bahwa memiliki arti yang sangat kuat.

Kemudian, penyerang itu melepaskan anak panahnya kearah kami. Elen menoleh kearah penyerang itu dan melihat anak panah itu, tetapi saya mengangkat tangan dan membuat jari telunjukku untuk mengarahkan kearah mata runcing pada anak panah itu. Dimana anak panah itu kemudian terkikis sedikit demi sedikit.

Elen, Tigre, Lim dan semua orang beserta penyusup yang menyaksikan tindakanku kaget.

Penyusup itu kemudian ingat bahwa dia telah ketahui memutuskan untuk berlari.

Dan disini tindakan Tigre yang cepat dari keterkejutannya memulai aksinya, untuk memanahi si penyusup itu.

Tiba-tiba suara teriakan kesakitan dari arah tempat penyusup itu berlari terdengar. Hal ini membuat orang-orang disekitar Tigre tercengang dengan aksinya, bahkan Elen yang berada disampingku mengangkat alis dan tersenyum.

"Hanya memastikan saja, kau masih ingin aku memanah?" Tigre kemudian berkata kepada Elen.

"Tidak, sudah cukup." Elen berbalik kearah Tigre dan membalas.

...

Komentar, Review, Power Stone gasspoll!

AraAracreators' thoughts
Next chapter