21 Bab 1 - Pelajaran Dan Reuni

Paladin, Ray Starling

Ini adalah pagi hari setelah hari mengerikan dimana aku bertarung melawan Gouz-Maise Gang dan Revenant Ox-Horse.

Sebelum fajar menyingsing, Aku dan Nemesis sedang berpacu di Nex Field dengan menaiki Silver sambil membicarakan apa yang akan kami lakukan mulai sekarang dan memburu monster lokal.

Mengalahkan Gouz-Maise telah membuat level-ku naik menjadi 39, dan perburuan ini telah menaikan level-ku menjadi 40. Total HP-ku saat ini telah melewati angka 5000.

Bisa menunggangi Silver telah meningkatkan kecepatan dan keefektifan perburuanku. Apa yang menurutku paling efektif adalah menembakkan Purgatorial Flame pada sekelompok monster saat aku berpapasan dengan mereka.

"Seorang pria berpakaian merah-hitam yang menunggangi kuda sambil menembakkan api tanpa mengucapkan 'asalamualaikum' dan kemudian pergi begitu saja," kata Nemesis. "Tidak peduli bagaimanapun kau melihatnya, itu tampak seperti deskripsi milik seorang penjahat."

"Aku tau," kataku.

Tapi, aku merasa bahwa membunuh monster biasa dalam jumlah banyak adalah cara yang lebih mudah untuk leveling di bandingkan dengan harus bersusah payah membunuh satu boss monster, tapi terserahlah, pikirku.

Sesaat merasa puas dengan level-ku, aku berhenti berburu dan memutuskan untuk melakukan beberapa pengujian. Khususnya, aku ingin melihat apa yang dapat dilakukan oleh Silver dan Grudge-soaked Greaves, Gouz-Maise. Bonus stats yang ada pada Greaves ini sama seperti yang dikatakan di deskripsi item, sementara pengumpulan energi yang disebabkan oleh Grudge Conversion kelihatannya bekerja sesuai dengan yang di inginkan.

Juga, aku menyadari bahwa dendam yang dibutuhkan tidak harus berasal dari orang mati. Emosi negatif yang dikeluarkan oleh orang yang masih hidup memang lebih lemah dibandingkan dengan yang sudah mati, tapi mereka masih dapat diubah menjadi MP dan SP.

Itu artinya membiarkan musuh tetap hidup dan menyiksa mereka adalah cara yang bagus untuk mengumpulkan kedua stats tersebut. Namun, semudah apapun kelihatannya, ide untuk benar-benar melakukan hal itu membuatku ketakutan.

Skill lain yang ada pada sepatu ini—Rider and Horse, As One—telah membuktikan efeknya kemarin, saat aku mulai menggunakan bonus skill Horse Riding untuk menunggangi Silver. Dengan demikian, sekarang adalah saatnya menguji skill yang dimiliki Silver.

Ada tiga skill yang dimiliki Silver—Running, Wind Hoof, dan sebuah skill unknown yang hanya menunjukkan "???" pada deskripsinya. Miasmaflame Bracer juga memiliki skill yang masih terkunci, jadi aku hanya bisa menduga bahwa skill unknown bukanlah sesuatu yang begitu langka.

Skill pertama adalah Running, yang—sama seperti namanya—merupakan sebuah skill yang membuat Silver dapat berlari saat seseorang menungganginya. Kecepatan dan kualitas larinya tergantung pada level skill Horse Riding milik penunggangnya. Sungguh seperti kuda, pikirku.

Lalu ini adalah skill lainnya, Wind Hoof. Skill ini hanya bisa digunakan jika skill Horse Riding milik penunggangnya berada di atas level 3 atau skill Riding berada di atas level 6. Deskripsinya mengatakan bahwa skill ini "Memungkinkan perjalanan udara dengan cara memadatkan udara yang ada di bawah kaki kuda" dan "Menggunakan MP penunggangnya untuk menciptakan sebuah pelindung dari udara yang dipadatkan."

Perbedaan antara Horse Riding dan Riding adalah fakta bahwa skill Horse Riding hanya dapat digunakan untuk menunggang kuda dan oleh karenanya membuatnya dapat digunakan dengan lebih baik pada level yang lebih rendah, sementara Riding dapat digunakan pada apapun yang dapat dinaiki dengan ganti membutuhkan level yang lebih tinggi.

Karena aku sudah menunggang kuda pada saat kembali dari Mountain Belt menuju Gideon dan sejak pagi ini sebelum fajar tiba, skill Horse Riding-ku telah mencapai level 2. Bonus +1 yang di dapat dari skill Rider and Horse, As One membuatnya menjadi level 3, dan membuatku dapat menggunakan Wind Hoof.

Aku mencobanya dan… memang benar, kami terbang. Meskipun itu lebih seperti "berlari di atas pijakan tak terlihat di udara" dibandingkan dengan "terbang."

"Whoa." Aku hanya bisa merasa tergerak.

"Sungguh pemandangan yang indah." Nemesis juga merasakan hal yang sama denganku. Ini adalah sesuatu yang tidak akan pernah bisa kualami di dunia nyata.

Namun, semenakjubkan apapun pengalaman itu, fakta bahwa kami seperti sedang menunggangi kuda di atas kaca membuatku merasa sedikit cemas dan takut. Tapi, aku sudah agak terbiasa dengan hal ini setelah satu jam atau lebih. Untungnya, Silver menggunakan MP-nya sendiri untuk menggunakan kemampuan berlari di udara ini, dan membuat MP-ku sama sekali tak tersentuh.

Namun, skill ini dapat digunakan dengan cara yang akan menguras MP-ku.

Itu adalah pelindung dari udara yang dipadatkan. Berdasarkan deskripsi skill, aku dapat menggunakannya untuk melindungi diriku dari serangan.

Kebetulan sekali ada seekor Goblin Archer tepat di bawahku, jadi aku menggunakannya untuk melihat sejauh mana skill ini bekerja.

"Maju lu, tembak!" teriakku. Hasilnya sederhana—anak panahnya menembus pelindung seolah-olah itu tidak pernah ada di sana dan menancap di tubuhku.

Dengan sedikit panik, aku menggunakan Purgatorial Flame untuk membakar Goblin Archer yang ada di bawah.

Njir, aku tau kalau aku sendiri yang melakukannya, tapi terbang di udara sambil menghujani mereka yang ada di atas tanah menggunakan api benar-benar terasa jahat, pikirku.

Goblin itu mencoba untuk melawan, tetapi semua anak panahnya terbakar sebelum dapat mencapaiku.

Setelah aku melewati kejadian tak terduga itu, aku mulai menganalisa apa yang barusan terjadi. Masalahnya sudah jelas—pelindung yang diciptakan oleh Wind Hoof terlalu lemah.

Aku mulai memikirkan kenapa bisa seperti itu, dan tidak butuh waktu lama bagiku untuk menemukan akar permasalahannya.

Aku hanya tidak memakai cukup MP. Dengan jumlah maksimal MP-ku yang begitu rendah, aku secara tidak sadar menggunakannya dengan hemat dan—tentu saja—tidak mendapatkan hasil yang kumau.

Saat mencobanya lagi, aku menggunakan seluruh MP-ku. Lawanku selanjutnya adalah seekor Goblin Warrior.

"Maju lu!" teriakku.

Hasilnya sederhana—kapaknya menghancurkan pelindung seakan-akan itu tidak pernah ada di sana. Aku memang melihat ada kumpulan udara mirip dinding di sana, tapi kapak itu memotongnya seperti selembar kertas.

Dengan jarak sekecil rambut, aku berhasil menghindari kemungkinan terbelah dua karena serangan kapak itu dan mulai melawan Goblin Warrior yang tadi. Tentu saja, aku berhasil memenangkannya, tetapi tidak memiliki sedikitpun MP membuat pertarungan itu lebih sulit dari seharusnya.

"Ini tidak bagus," kataku.

"Memang, tidak bagus," angguk Nemesis.

Efek berlari di udara milik Wind Hoof memang sangat berguna, tapi dengan jumlah MP-ku yang seadanya, aspek pelindung yang ada sepertinya benar-benar tidak berguna.

"Jika kau bertanya kepadaku, tingkat efisiensinya sepertinya sangat buruk," tambah Nemesis.

Ya, beneran, pikirku. Miasmaflame Bracer—sebuah special reward—mengizinkan penggunaan skill kuat seperti Purgatorial Flame dan Hellish Miasma dengan konsumsi MP yang lebih sedikit dari pada Wind Hoof. Aku hanya bisa menduga bahwa itu adalah bukti seberapa hebatnya special reward itu, dan…

"Ah," Aku mengatakan itu saat sebuah ide muncul di kepalaku. Aku memiliki sebuah combo yang bisa digunakan.

Kemudian aku mencobanya. Dan hasilnya sederhana—sebuah sukses besar. Bukan hanya pelindung itu tetap aktif, hal itu juga meningkatkan kemampuan defensifnya secara luar biasa.

Satu-satunya masalah adalah efek samping tak terduga yang membuatku tertutupi lumpur.

Juga, ada sesuatu yang harus selalu kuingat.

"Aku tidak bisa menggunakan ini di tengah kota," kataku.

"Tak diragukan lagi, itu adalah cara cepat untuk masuk ke dalam daftar pencarian orang," komentar Nemesis.

Cara baru untuk menggunakan skill ini begitu berbahaya sehingga kami memutuskan untuk tidak menggunakannya kecuali jika situasi memanggil.

*

Setelah kami selesai melakukan pengujian, kami kembali ke kota, aku mandi di penginapan, dan kemudian pergi menuju kantor ksatria Gideon. Aku pergi kesana karena Liliana telah memintaku untuk melaporkan kehancuran Gouz-Maise Gang kepada mereka.

Aku memasuki kantor yang terletak di distrik pertama Gideon dan melihat banyak orang mirip Ksatria yang berlari kesana-kemari dengan sibuk. Mereka tampak lima kali lebih sibuk dari pada siswa SMA yang sedang mempersiapkan acara festival sekolah.

Kelihatannya akan ada event yang segera terjadi, dan mereka sedang bekerja keras untuk mempersiapkannya.

Mencoba untuk tidak mengganggu mereka, aku pergi melalui lorong yang tidak terlalu ramai dan pergi menuju kantor yang telah Liliana beritahukan kepadaku.

Namun, sebelum aku sampai kesana…

"Ah."

… Aku berpapasan dengan ksatria berarmor putih yang wajahnya kukenali—orang yang Liliana panggil "Sir Lindos." Dari caranya berhenti dan menatap ke arahku, bisa dibilang bahwa dia juga mengenaliku.

"Halo," aku menyapanya. Namun apa yang kudapat sebagai jawaban hanyalah kesunyian.

Yah, aku sudah tau bahwa dia tidak terlalu menyukai kami para Master, jadi terserahlah, pikirku.

Tidak terlalu memikirkan sikapnya, aku mulai kembali berjalan menuju kantor.

"Kudengar bahwa kau mengalahkan Gouz-Maise Gang," kata Sir Lindos tepat sebelum aku mulai berjalan.

"Ya," jawabku. "Aku tidak bisa bilang kalau aku melakukannya sendirian, sih."

Mendengar hal itu, dia menutup matanya dalam diam. "Terima kasih."

Kemudian dia pergi setelah mengatakan hal itu.

"Huh?"

Bagaimana aku harus menanggapi hal itu? Pikirku.

"Mungkin dia hanya ingin mengungkapkan rasa terima kasihnya?" kata Nemesis.

"Tapi dari semua orang, kenapa harus dia?"

"Kau kira aku tau."

Sedikit kebingungan dengan apa yang barusan terjadi, aku kembali berjalan menuju kantor.

*

Kantor ksatria Gideon memiliki area bebas masuk yang digunakan untuk menerima permintaan warga dan sejenisnya. Tentu saja, ada banyak area terlarang yang tidak boleh dimasuki oleh para warga, tapi kantor yang sedang kucari berada di area bebas masuk. Ada petunjuk yang membantu orang-orang untuk berkeliling di tempat ini, jadi aku tidak kesulitan untuk sampai di tempat tujuanku, dimana aku dengan cepat mulai menjalani prosedur-prosedur yang di perlukan.

Selama proses tersebut, aku diberitahu sesuatu tentang imbalan atau sejenisnya, tapi aku tidak ingat sebagian besar dari hal itu. Hampir semua waktu kunjunganku kuhabiskan untuk melihat dan menandatangani dokumen.

Sebagian besar dari dokumen itu terlihat aman, dan aku tidak ragu untuk menandatanganinya, tapi aku menolak untuk menandatangani dokumen yang memberiku "Hak untuk Mendapatkan Harta Curian milik Gouz-Maise Gang."

Aku tidak bisa menyangkal kalau aku sedang kekurangan uang. Tentu, denganku yang mendapatkan Grudge-soaked Greaves, aku tidak perlu lagi membeli Amulet of the Equestrian Tribe untuk mendapatkan skill Horse Riding, tapi tipisnya dompetku tetap saja merupakan sebuah masalah. Namun, aku benar-benar menolak ide untuk memiliki uang yang di dapatkan para bajingan itu dengan cara menculik anak-anak. Itulah sebabnya aku meminta kantor untuk mendonasikan uang itu ke organisasi yang menolong anak-anak.

Karena Hugo juga memiliki hak atas kekayaan kotor itu, satu-satunya penyesalanku adalah kenyataan bahwa aku memutuskan hal itu tanpa mendiskusikannya dengannya terlebih dahulu. Tentu, surat yang dia tulis mengatakan bahwa dia tidak memerlukan imbalan, tapi tetap saja aku merasa tidak enak karena telah memutuskannya sendirian. Jika dia tidak setuju dengan keputusan ini, aku berniat untuk memberikan semua imbalan yang kudapat dari guild kepadanya.

Namun, aku merasa bahwa hal itu tidak akan pernah terjadi. Aku dan Hugo belum kenal terlalu lama, tapi aku yakin bahwa dia akan melakukan hal yang sama sepertiku jika posisi kami ditukar.

Kami mirip, dan bukan hanya karena kami berdua adalah Master Maiden.

Setelah aku selesai menandatangani dokumen, aku diberitahu bahwa setelah ini mungkin aku akan dihubungi cepat atau lambat, jadi aku memberikan alamat penginapan yang kutempati di Gideon kepada mereka. Dengan itu, prosedurnya telah selesai, dan aku mulai berjalan keluar dari kantor.

Namun, sebelum aku pergi, salah satu pekerja yang ada di sana berdiri.

Menghadap ke arahku, dia membungkuk dan mengatakan satu hal: "Terima kasih telah membalaskan dendam anakku."

Aku tidak tau harus mengatakan apa untuk menanggapi hal itu.

Aku telah menerima rasa terima kasih seperti itu dulu saat aku menyelamatkan Miliane dan melindungi para pekerja Alejandro dari Gardranda, tapi kali ini situasinya benar-benar berbeda.

Khususnya, ada dua perbedaan utama.

Pertama adalah fakta bahwa aku hanya ikut ambil bagian di akhir insiden ini. Aku hanya melihat akhir dari tragedi yang menyelimuti Gouz-Maise Gang. Aku tidak melihat apapun selain hasil dari apa yang telah mereka lakukan, dan akhir yang telah aku dan Hugo berikan kepada mereka.

Bagi orang-orang yang tinggal di kota ini, tragedi itu telah menjadi hal yang terus menyiksa mereka. Karena mereka tidak dapat melakukan apapun terhadap hal itu, penderitaan itu mungkin juga telah menyebar sampai kepada para ksatria negara. Faktanya, itu mungkin alasan mengapa Sir Lindos mengucapkan terima kasih kepadaku. Namun, aku sama sekali tidak mengetahui proses menyakitkan yang telah dialami oleh orang-orang yang terlibat dalam kejadian ini.

Perbedaan lainnya adalah fakta bahwa aku tidak menerima ucapan terima kasih karena telah menyelamatkan orang. Aku telah menerima rasa terima kasih karena telah membalaskan dendam anak milik pekerja ini yang telah mati. Tragedi itu telah terjadi, dan banyak anak yang diculik oleh Gouz-Maise Gang telah kehilangan nyawanya.

Meskipun kami berhasil menyelamatkan bocah laki-laki yang diminta dalam quest kami, dan beberapa anak lain yang ada bersamanya, undead yang kubakar di dalam ruang bawah tanah itu setidaknya berjumlah sepuluh kali lipat.

Terlalu banyak anak-anak yang tidak akan pernah kembali ke rumah. Memikirkan hal itu membuat hatiku terasa sakit.

Aku merasakan rasa bersalah tak berdasar terhadap semua yang telah hilang dan fakta bahwa aku terlalu terlambat untuk melakukan sesuatu pada hal itu. Aku tidak bisa memaafkan diriku atas hal itu, dan merasa bahwa aku harus membayarnya dengan suatu cara.

Tapi…

"Apa yang bahkan dapat kulakukan tentang hal ini?" gumamku.

"Tentunya aku juga tidak tau," jawab Nemesis, sambil menunjukkan senyum kecut di wajahnya. "Aku paham kalau kau sangat terganggu karena hal ini, tapi tidak banyak yang bisa kukatakan padamu saat ini. Namun, jika aku harus mengatakannya, aku hanya bisa memberi saran bahwa menyalahkan dirimu atas tragedi yang sudah terjadi dan bertanya-tanya apakah itu bisa dicegah atau tidak adalah sesuatu yang harus kau berikan kepada protagonis dari cerita time loop. Lebih baik kau memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya. Bagaimanapun, kau tidak punya kekuatan untuk kembali ke masa lalu. Kau hanyalah seorang manusia… dan satu-satunya Master-ku."

"'Apa yang akan terjadi ke depannya', ya?" tanyaku.

"Ini mungkin akan tetap sama seperti biasanya," kata Nemesis. "Kau akan terjebak dalam sebuah insiden, dan jika kau merasa bahwa membiarkannya begitu saja akan meninggalkan rasa pahit di mulutmu, kau akan ikut campur dan menolong mereka yang menurutmu layak untuk ditolong. Aku sangat yakin bahwa hal ini akan terus terjadi kepadamu."

Setelah berpikir sesaat, aku menyadari bahwa aku memang selalu melakukan hal itu sejak masuk ke dalam Dendro. Tidak, faktanya, kejadian seperti itu sudah ada bersamaku sejak aku masih kecil.

"Itu membuatku terlihat seperti orang yang sangat sembrono," kataku.

Aku hampir tidak pernah memiliki rencana, dan aku sering membiarkan diriku mengikuti arus ke berbagai macam masalah, yang sering kumasuki begitu saja. Aku tidak pernah memikirkannya saat insiden itu terjadi, tapi saat aku mengingatnya, itu tampak seperti aku masuk kedalam masalah itu atas kemauanku sendiri.

Perkataanku membuat Nemesis tersenyum.

"Ada banyak hal yang kusuka darimu, dan itu salah satunya," kata Nemesis.

"Dan apa yang kau maksud 'itu'…?" aku mengangkat alisku.

"Kau tidak lari ketika kau merasa harus menyelamatkan seseorang."

"Kau menyukaiku karena menjadi orang bodoh?"

"Tidak, aku menyukaimu karena kau tidak menyembunyikan keberanianmu, tidak peduli seberapa menakutkannya musuh yang kau hadapi. Jika kau bertanya padaku, al itu membuatmu terlihat sangat keren."

Aku terdiam.

Yah… kau akan membuatku merasa malu, pikirku.

"Namun, meskipun akan lebih baik jika kau melawan musuh yang jauh lebih kuat darimu, tetapi akan jauh lebih baik lagi jika kau berada di sisi yang lebih kuat," kata Nemesis. "Jadi, jika kau merasa bahwa kau harus melakukan sesuatu, kau harus memulainya dengan menaikan kekuatan dasarmu."

"Kekuatan dasar, ya?" kataku.

Sudah jelas bahwa aku sudah menjadi lebih kuat dari pada sebelumnya, tapi aku masih termasuk ke dalam orang lemah di dunia ini. Bahkan dengan kartu as-ku Vengeance is Mine, Like a Flag Flying the Reversal, dan special reward yang kumiliki, aku masih memerlukan banyak keberuntungan untuk meraih kemenangan terhadap semua musuh tangguh yang kuhadapi sampai sekarang ini. Bagaimanapun, PK, sang Superior Killer, telah mengakhiri hidupku dengan begitu mudahnya.

"Namun, jika kau ingin membicarakan cara untuk menjadi lebih kuat, kau memiliki orang yang jauh lebih baik dari pada diriku," kata Nemesis. "Lihat, kau memiliki teman yang jauh lebih berpengalaman dari pada kita. Jika kita ingin balas dendam pada Superior Killer, lebih baik kita meminta saran kepadanya."

Nemesis menunjuk ke arah café dimana kami telah sepakat untuk bertemu. "Dia' yang dimaksud oleh Nemesis adalah seorang wanita yang sedang duduk di teras terbuka pada café itu dan sedang melambaikan tangannya ke arah kami—Marie.

"Jadi kau ingin menjadi lebih kuat. Begitu, aku paham," kata Marie saat dia mengangguk dengan sikap merenung.

Saat aku mengatakan kepada Journalist ini tentang apa yang sedang menggangguku, Nemesis memesan setumpuk sandwich untuk sarapan dan melibas mereka.

Yah, aku punya uang dari hasil perburuan pagi ini, pikirku.

"Benar, kami menginginkannya!" kata Nemesis. "Kami membutuhkan saranmu jika kami memang mau balas dendam kepada Superior Killer itu."

"… Benar," kata Marie. Karena suatu alasan dia menutupi wajahnya menggunakan tangannya.

"Karena kau telah bermain Dendro jauh lebih lama dariku, aku membayangkan bahwa kau sangat paham dengan hal ini," kataku.

"Oh, tentu saja, percayalah padaku," kata Marie. "Aku seorang pengangguran, dan aku sudah melakukan ini selama lebih dari satu tahun. Kau bisa menyebutku seorang hardcore."

… Apakah kehidupanmu baik-baik saja? Pikirku.

"Bagaimanapun, kau ingin tau apa yang harus kau lakukan untuk menjadi cukup kuat agar bisa mengalahkan Superior Killer, kan?" tanya Marie. "Hmmm." Dia meletakkan tangan dimulutnya dan memikirkan sesuatu sebelum mulai berbicara. "Menurutmu apa kelemahan yang kau miliki?"

"Kelemahan?" tanyaku.

Aku merasa bahwa aku masih lemah dalam banyak hal, tapi jika aku harus menjadikannya kedalam sesuatu yang spesifik, maka…

"Jangkauan seranganku terlalu kecil, dan juga aku akan melihat neraka jika aku mengacaukan penggunaan skill milik Nemesis," kataku.

"Benar, itu kurang-lebih sudah tepat," angguk Marie. "Bisakah kau menjelaskan alasannya?"

Masalah dengan jangkauan seranganku sudah jelas. Vengeance, kartu as-ku, hanya terbatas pada jarak yang bisa dijangkau greatsword-ku, dan meskipun Purgatorial Flame bisa menjangkau jarak yang sedikit lebih jauh, jangkauannya masih tidak bisa dibilang bagus.

Karena itu, akan sulit bagiku untuk melakukan sesuatu pada musuh yang menggunakan tembak atau sihir dan menyerang dari jarak ratusan metel. Memang, aku dapat bertahan melawan musuh seperti itu menggunakan Counter Absorption, tapi stock maksimal skill itu sangat terbatas. Musuh tangguh yang kukalahkan sejauh ini—Demi-Dragon Worm, Gardranda, dan Gouz-Maise—semuanya adalah petarung jarak dekat, sema seperti diriku.

Sementara itu, Superior Killer, yang berdiri pada jarak jauh dan menembakkan peluru monster ke arahku, telah berhasil membunuhku tanpa mendapatkan luka sedikitpun. Jika itu bukanlah kelemahan, aku tidak tau apa lagi itu.

Ada jug kemungkinan dimana aku gagal menggunakan skill-ku dengan benar. Itu termasuk skenario dimana aku menggunakan Counter Absorption pada serangan yang lemah—pada dasarnya membuang-buangnya—atau musuh menghentikan penyebaran damage dari Vengeance is Mine dengan cara memotong bagian tubuh yang kuserang menggunakan skill tersebut, aku baru memikirkan hal ini selama pertarungan melawan Gouz-Maise.

Jika musuhku sadar akan kemungkinan ini, mereka dapat dengan mudah meniadakan skill unik yang dimiliki Nemesis. Biasanya itu tidak akan jadi masalah dalam pertarungan pertama, tetapi semuanya akan berubah pada saat mereka memahami bagaimana skill-ku bekerja.

"Ya, sepertinya kau tau kenapa itu merupakan masalah besar," kata Marie. "Namun, kau melupakan satu lagi kelemahanmu."

"Yang mana?" Aku mengangkat alisku.

"Kurangnya kecepatan atau ketangguhan."

Ya, aku harus memikirkannya dengan teliti, pikirku.

"Baiklah, Ray," kata Marie. "Kau ingin menjadi lebih kuat, jadi aku akan memberitahumu apa yang harus dilakukan dari sudut pandang game," lanjutnya. "'Naikkan AGI atau END' milikmu, itu saja."

… Apa?

"Tunggu sebentar," kataku. "Tidak mungkin hanya itu, kan?"

"Tentu saja," angguk Marie. "Kau juga harus mempertimbangkan skill build dan job yang kau ambil, dan tentu saja kecocokannya dengan Embryo-mu. Namun, saat dilihat dari bagaimana game ini bekerja, kau pada dasarnya harus menaikan salah satu dari dua stats tersebut."

"'Harus'?" Sepertinya ada sedikit kesalahan pada kata ini.

"Sekarang, Ray," Marie kembali berbicara. "Apakah kau pernah merasakan wilayah sekitarmu melambat saat kau sedang bertarung?"

"… Ya, benar sekali," jawabku. "Sensasi itu terasa lebih kuat terutama pada saat aku diperkuat menggunakan Reversal. Dunia terlihat seperti berada dalam slow-motion, membuatku lebih mudah menghindari serangan musuh."

"Hal itu terjadi karena perbedaan besar antara AGI pada situasi normal dan pertarungan," jelas Marie.

"Perbedaan?" ulangku.

"Ya. Pertama, saat kau tidak memiliki job, kau sangat mirip dengan orang biasa di Bumi. Kau tau bahwa stats kita pada saat itu berada pada kisaran 10 atau 20, kan?"

"Ya, aku ingat mereka berada pada kisaran itu."

"Jadi, seperti yang sudah kau tau, saat kau menaikan level job-mu, jumlah itu bisa menjadi 100, 200, atau bahkan menembus angka 1000 jika kau mengambil high-rank job yang berfokus pada pertumbuhan stats. Jumlah itu akan menjadi sepuluh kali lebih besar pada stats HP, MP, atau SP."

"Aku tau."

Pada saat aku mencapai level maksimal pada job Paladin, HP-ku kemungkinan besar akan menembus angka 10.000. Tapi sepertinya job ini tidak hanya berfokus pada HP, dan dari apa yang dapat kupahami setelah melihat stats Liliana, Paladin biasa tidak mendapatkan HP sebanyak itu, jadi pertumbuhan stats-ku mungkin sangat dipengaruhi oleh Nemesis. Bisa juga dibilang bahwa para Master lain dapat dengan mudah mendapatkan jumlah itu dengan bonus Embryo milik mereka.

"Baiklah, jadi," lanjut Marie. "Besar waktu yang dirasakan oleh orang dengan AGI 10 berbeda dengan yang dirasakan oleh orang dengan AGI 100."

"Hm?" aku mengangkat alisku.

"Saat ini, ketika kita tidak sedang bertarung, kita merasakan aliran waktu yang sama dengan mereka yang memiliki jumlah AGI normal," kata Marie. "Namun, saat kau melakukan pertarungan atau hanya memikirkan untuk berubah ke mode tempur, keadaan itu akan langsung berubah. Kenapa kau tidak mencobanya?"

"Hm…"

Dengan bonus dari Grudge-soaked Greaves, jumlah AGI-ku saat ini hampir mencapai 100. Sama seperti yang Marie sarankan, aku dengan sengaja berubah ke mode tempur. Pada keadaan itu, aku melihat ke arah jalan dan, memang benar, orang-orang berjalan dengan sedikit lebih lambat.

Ini adalah pertama kalinya aku mengalami hal ini diluar pertarungan, dan hasil itu sedikit membuatku terkesan.

"Ini bukan berarti aliran waktu yang dirasakan dipengaruhi langsung oleh AGI," tambah Marie. "Namun, fungsi ini adalah bagian dari sistem game, dan hal ini berlaku pada Master, tian, atau monster tanpa terkecuali. Kupikir ini bekerja seperti itu karena perlambatan waktu yang terus-menerus akan mempengaruhi kehidupan sehari-hari seseorang."

"Jadi AGI mempengaruhi jumlah waktu yang dialami saat pertarungan, huh?" Aku mengatakan hal itu sambil merenung.

Sekarang, masuk akal kenapa Marie mengatakan kalau itu adalah "keharusan." Merasakan lebih banyak waktu memberikan keuntungan dalam pertarungan kepada mereka yang memiliki AGI lebih besar.

"Hal ini tidak terlalu penting bagi mereka yang berperan sebagai rear guard," lanjutnya. "Namun, vanguard, harus memiliki cukup AGi yang membuat mereka bergerak lebih cepat dari musuh atau cukup END untuk bertahan dari serangan mereka. Mereka yang berfokus pada END juga harus menemukan cara untuk melawan balik."

Karena diriku adalah seorang Paladin, build stats-ku lebih condong ke END. Namun, itu masih tidak cukup tinggi untuk bisa bertahan dari serangan musuh yang lebih kuat dariku. Juga, Paladin adalah job pertamaku, jadi aku tidak memiliki stats yang biasanya dimiliki oleh sebagian besar orang setelah memaksimalkan level low-rank job seperti Knight.

Sudah jelas, situasiku sama sekali tidak bagus.

"Ngomong-ngomong, menunggangi mount yang dapat bergerak cepat atau sejenisnya tidak akan berpengaruh pada aliran waktu yang kau alami," tambah Marie.

Aku benar-benar memahami hal itu. Menunggangi Silver telah meningkatkan kecepatan pergerakanku, tapi aku tidak merasakan perubahan yang terlalu besar pada aliran waktu yang kurasakan.

Aku berkata, "Tapi njir, aku terkejut karena bisa meraih kemenangan dalam pertarungan berat seperti itu tanpa mengetahui perbedaan ini, dan…"

Tiba-tiba, aku menyadari bahwa musuh tangguh yang kuhadapi sampai saat ini tidak memiliki AGI yang terlalu besar. Demi-Dragon Worm, Gardranda, dan Gouz-Maise lebih unggul dalam hal ketahanan dari pada kecepatan.

"Ingat bahwa kau bisa mengambil enam low-rank job dan dua high-rank job," Marie kembali berbicara. "Kekuatanmu secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh berapa banyak job yang kau miliki."

"Jadi, karena aku baru memiliki satu job dan level juga tidak terlalu tinggi, perjalanan yang harus kutempuh masih sangat panjang, huh?"

"Ya," angguk Marie. "Oh, asal kau tau, Superior Job yang berfokus pada kecepatan bisa memiliki AGI berjumlah sampai 5 digit."

"Lima?!" Superior Job sepertinya memiliki masalah inflasi stats yang sangat serius, pikirku.

"Orang dengan job seperti itu bisa bergerak dengan kecepatan supersonik dan bahkan bisa menangkis atau menangkap peluru di udara," lanjut Marie. "Juga, ini hanyalah sesuatu yang kebetulan kudengar dari gosip yang beredar, tapi mereka mengatakan bahwa orang yang disebut Superior Killer memiliki Superior Job yang berfokus pada AGI, jadi kau harus menaikan AGI atau END-mu jika kau ingin bisa melawannya."

Yah, jika orang itu memiliki build AGI, aku benar-benar harus menaikan stats-ku, pikirku. Tunggu, bicara soal stats…

"Bagaimana jika aku berfokus pada STR?" tanyaku. Meningkatkan kemampuan serangan sepertinya merupakan cara yang sederhana dan dapat diandalkan untuk menjadi lebih kuat.

"Build STR?" tanyanya. "Kau akan mati."

M-Mati?!

"Bagaimanapun, fokus pada STR berarti akan mengorbankan AGI dan END-mu. Tidak peduli seberapa kuat seranganmu, kau tidak akan bisa menghindari atau menahan banyak serangan, membawamu menuju kematian yang cepat. Takdir meriam yang terbuat dari kaca."

"Jadi seperti itu…"

"Ada beberapa build seimbang yang kebetulan memiliki STR tinggi, dan ada juga orang seperti King of Beast—sang "Physically Strongest"—yang setiap stats-nya begitu tinggi sampai-sampai terlihat bodoh. Namun, rata-rata build STR hanya akan menjadi samsak tinju."

Begitu, pikirku. Juga, jika ingatanku benar, King of Beast adalah salah satu Superior dari Dryfe. Aku tidak tau kalau dia punya julukan "Physically Strongest."

"Itu adalah akhir pembicaraan tentang hubungan kekuatan dasar dalam pertarungan," kata Marie sambil mengambil cangkir di atas meja. "Sekarang, izinkan aku memberitahumu tentang skill player."

Setelah meminum sedikit tehnya, Marie mengambil nafas dan kembali mulai berbicara.

"Ada sangat banyak skill player sampai-sampai aku tidak tau harus mulai dari mana. Yah, contohnya, jika kau bagus dalam bela diri di dunia nyata, kau juga dapat menggunakan teknik itu di dalam Dendro. Atau jika kau dapat menggambar, maka kau dapat melakukannya di sini tanpa memerlukan skill di dalam game."

"Bela diri, huh?" kataku.

Tentu saja, karena dia adalah orang yang memenangkan Un-kra, orang yang masuk ke dalam pikiranku adalah kakakku. Namun, bukannya menggunakan skill itu dalam gaya bertarungnya di Dendro, dia malah menggunakan minigun dan bahkan menaiki tank.

Hmm, tapi apakah dia bisa melakukan bela diri menggunakan kostum itu? pikirku. Kostum itu jelas terlihat tidak nyaman untuk bergerak. Dan lagi, beruang biasanya merupakan target para ahli bela diri, bukan sebaliknya.

"Yah, subjek skill dunia nyata tergantung pada banyak aspek yang berbeda pada masing-masing orang, jadi mari kesampingkan itu untuk saat ini," kata Marie. "Dalam pertarungan—khususnya melawan orang lain—ada tiga hal utama yang harus diperhitungkan."

"Apa itu?" tanyaku.

"Satu: kau harus tau hal yang paling menguntungkan lawanmu; dua: kau harus tau hal yang paling merugikanmu; dan tiga: kau harus mampu memprediksi serangan ultimate milik musuh."

"Hm…" Aku bisa memahami yang pertama. Pada dasarnya, aku harus bisa menghindari apa yang lawan inginkan dariku. Hal yang terlintas dalam pikiranku adalah pertarungan melawan Demi-Dragon Worm. Meskipun aku meraih kemenangan, ada kemungkinan samar dimana aku ditarik ke bawah tanah, sama seperti yang terjadi pada kakakku. Bahkan dengan Nemesis bersamaku, kesempatan menang saat bertarung di tempat yang gelap total— yang merupakan habitat alami mereka—akan menjadi benar-benar tipis.

Yang kedua juga masuk akal. Itu mengingatkanku pada saat aku dibunuh oleh Superior Killer. Sambil tetap berada di luar jangkauan seranganku, dia menyerangku menggunakan banyak peluru yang membuatku tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan satu-satunya skill pertahananku yang memiliki penggunaan terbatas dan skill seranganku yang merupakan jarak dekat, sudah wajar kalau aku mati pada saat itu.

Saat ini, aku dapat bergerak jauh lebih baik dari pada sebelumnya dan jangkauan seranganku juga sedikit meningkat. Namun, sulit untuk mengatakan apakah aku punya kesempatan menang melawan petarung jarak jauh seperti dirinya.

Dari tiga hal yang Marie katakan, aku tidak paham dengan yang ketiga.

"'Serangan ultimate'?" Aku mengangkat alisku.

"Hampir setiap makhluk petarung yang kuat memilikinya," kata Marie. "Master, tian, boss monster seperti UBM… Mereka memiliki beberapa kartu as yang benar-benar mereka percayai. Cukup untuk berpikir bahwa pertarungan akan selesai pada saat mereka menggunakannya."

Istilah "kartu as" mengingatkanku pada skill Vengeance is Mine milikku dan Nemesis.

"Itu bisa jadi adalah sebuah skill, senjata, atau mungkin taktik. Semakin kuat sebuah makhluk, semakin banyak mereka memilikinya. Embryo bahkan juga memiliki skill yang benar-benar disebut 'skill ultimate.'"

"'Skill ultimate'?" Ulangku.

"Oh?" Mata Nemesis berbinar, dan untuk sesaat dia berhenti memakan sandwich dan bergabung dalam percakapan kami. Sepertinya, subjek tentang skill ultimate telah membangkitkan rasa penasarannya.

"Skill ultimate adalah skill terkuat yang dimiliki sebuah Embryo, dan mereka selalu dinamai berdasarkan nama Embryo itu sendiri," lanjut Marie. "Semuanya—tanpa terkecuali—memiliki efek yang sangat kuat dan sangat menekankan karakteristik dominan milik sebuah Embryo."

Yah, itu memang membuatnya terdengar menarik, pikirku.

"Sebenarnya, kau pernah melihatnya pada video yang kutunjukkan kepadamu—video dimana Figaro bertarung melawan ketua klan Mad Castle," tambahnya. "Itu adalah skill terakhir yang ketua itu gunakan."

Ya, aku mengingatnya, pikirku. Itu adalah sebuah serangan yang dilakukan ketua itu setelah mengikat Figaro ditempat untuk sesaat. Pada akhirnya, Figaro menghindarinya, tapi skill itu meninggalkan kawah besar di tempatnya berdiri sebelumnya.

"Hmm… Jadi skill ultimate-ku akan disebut 'Nemesis,' kan?" tanya Nemesis.

"Ya, seperti itulah," angguk Marie.

'Nemesis' cukup cocok untuk dijadikan nama skill.

"Tapi kurasa ada beberapa nama Embryo yang tidak benar-benar cocok digunakan sebagai nama skill," kataku. "Contohnya, 'Momotaro.'"

"Oh benar, kasus seperti itu memang pernah terjadi," kata Marie. "Contohnya, salah satu Superior dari Granvaloa—'The Great Seven Embryo of Granvaloa'—memiliki sebuah Embryo yang bernama 'Abura-Sumashi.'"

"A-Abura-Sumashi…" aku mengulangi nama itu dan, tentu saja, aku tidak merasakan sedikitpun kekuatan dibaliknya. Jika ingatanku benar, itu hanyalah sebuah nama yokai berkepala besar.

"Oh, nama itu mungkin membuatmu berpikir bahwa itu lemah, tapi asal kau tau, Abura-Sumashi sebenarnya merupakan satu dari sepuluh Embryo terkuat yang kutahu," kata Marie.

"Kau serius?" tanyaku.

"Sangat," angguknya. "Bagaimanapun, Embryo itu mengubah cairan apapun yang disentuhnya menjadi bahan peledak. Air laut, cairan tubuh—kau menyebutkannya dan itu akan berubah menjadi peledak yang membuat nitrogliserin terlihat seperti petasan anak-anak. Pernah sang Master menggunakannya untuk mengubah semua air laut dalam radius 500 metel menjadi peledak dan menghancurkan sekelompok besar monster menjadi potongan-potongan kecil.

Itu terlalu gila, pikirku.

"Juga, aku pernah dengar bahwa dulu saat dia sedang berselisih dengan sebuah klan bajak laut tertentu, dia bertarung dengan salah satu anggotanya, mengubah cairan tubuh milik bajak laut itu menjadi peledak, membiarkan bajak laut itu melarikan diri, dan kemudian menggunakannya untuk meledakkan tempat persembunyian klan tersebut."

Savage.

"Karena hal itu, Master Abura-Sumashi mendapat julukan 'Human-Bomb'…"

Terdengar seperti pembuat trauma, pikirku. Kurasa aku tidak bisa lagi melihat ilustrasi Abura-Sumashi dengan nyaman.

"Yah, ingat saja kalau nama tidak ada hubungannya dengan kekuatan," kata Marie.

Ya, kau tidak perlu memberitahuku dua kali.

"Bagaimanapun, aku benar-benar menantikan saat dimana aku mendapatkan skill ultimate-ku sendiri," kata Nemesis.

"Itu sudah wajar," kata Marie. "Namun, perlu diingat, kau akan mendapatkannya setelah menjadi high-rank, jadi itu akan butuh sedikit waktu."

"Kurasa juga begitu," anggukku. "Tunggu. Marie, kau bilang kau sudah memainkan Dendro selama lebih dari satu tahun, kan? Itu sama dengan tiga tahun di dunia ini, bukan?"

"Ya."

"Jika kau sudah memainkannya begitu lama, kau pasti sudah mendapatkan skill ultimate, kan?"

"Hm? Sekarang kalau dipikir-pikir, aku belum pernah melihat Embryo milik Marie," kata Nemesis.

Marie menanggapi hal itu dengan diam. Meskipun dia masih tersenyum sama seperti biasanya, karena suatu alasan, ada banyak keringat yang mengalir di wajahnya.

Kurasa memakai jas di cuaca mirip musim semi seperti ini membuatnya sedikit kepanasan, pikirku.

"Uhh… Aku, umm… Embryo-ku adalah… itu disebut uh… Arc-en-Ciel dan, uh…"

"Bahasa Perancis dari 'Pelangi,' huh?" kataku. "Itu cukup keren."

Jadi nama Embryo tidak terbatas pada mitologi dan dongeng, huh? Pikirku. Tentu saja, pelangi adalah hal yang biasa dalam legenda, jadi mungkin itu bukanlah pengecualian.

"Sementara untuk jenis Embryo-nya, yah… uh…" gumam Marie, entah kenapa terlihat ragu untuk mengatakannya.

"Halo! Maaf kami terlambat!" teriak Rook.

"Aku sangat lapaaar! Ayo kita makan, Rook!" tambah Baby. Pada saat itu, orang lain yang kami tunggu tiba di café ini.

"Sekarang, mereeeka ada dimaaana?" tanya Baby sambil melihat sekeliling.

"Oh!" seru Marie. "Rook & Baby! Selamat pagi! Kalian lapar? Kan?! Kalau begitu, aku akan memesan sesuatu! Sandwich yang dijual di sini benar-benar enak! Aku akan pergi dan memesannya sekarang juga!"

Setelah mengatakan semua itu dalam satu tarikan nafas, Marie berdiri dan berlari menuju meja kasir.

"Ah ha ha! Kelihatannya Marie sedang bersemangat hari ini," kata Rook.

"Beberapa saat yang lalu dia sama sekali tidak begitu…" komentarku.

Yah, bukan berarti memiliki suasana hati yang bagus adalah hal yang buruk, pikirku.

Marie, masih bertingkah aneh, kembali sambil membawa lebih banyak sandwich dibanding dengan yang telah dimakan Nemesis, dan kami semua harus melakukan yang terbaik agar makanan itu tidak terbuang sia-sia. Namun, pertukaran informasi terus berlanjut bahkan saat kami makan, dan pada akhirnya aku memberitahu mereka tentang apa yang terjadi kemarin.

"Eh? Ray, kau bisa menggunakan Purifying Silverlight?" teriak Marie.

"Yah… benar?"

Marie terlihat benar-benar kebingungan. Rook juga mendengar apa yang kukatakan, tapi karena dia bukan tipe orang yang banyak makan, sandwich yang dia masukan secara paksa ke perutnya telah membuatnya menjatuhkan kepala ke atas meja dan oleh karenanya tidak bisa ikut ambil bagian dalam pembicaraan itu. Sementara itu, Nemesis dan Baby masih fokus pada apa yang mereka makan.

Bagaimanapun, subjek saat ini adalah Purifying Silverlight. Itu adalah skill yang kudapat saat aku mengkremasi anak-anak undead di lorong ruang bawah tanah itu.

Purifying Silverlight adalah sebuah skill anti-undead, dan merupakan sebuah skill yang sangat bagus dalam hal itu. Skill ini sangat berjasa dalam pertarungan mengerikan yang kemarin kumenangkan. Bagaimanapun, skill itu tidak hanya membuat seranganku memiliki atribut suci, yang bahkan efektif pada para spirit, tetapi juga melipat-gandakan semua serangan yang diberikan kepada undead sebanyak sepuluh kali lipat.

Sekali lagi—sepuluh kali lipat damage kepada undead.

Meskipun skill itu tidak berfungsi pada Vengeance karena memiliki damage tetap, skill itu tetap merupakan buff yang sangat bagus untuk serangan biasa. Dan bukan hanya itu. Jika seekor undead terkena serangan dari Purifying Silverlight, luka yang dia terima tidak akan bisa disembuhkan.

Meskipun Gouz-Maise—yang merupakan penentang akal sehat—dapat sembuh dari luka itu dengan cara membuang seluruh bagian tubuh yang terluka, semua undead yang lain langsung musnah bahkan sebelum mereka dapat menunjukkan ketangguhan yang merupakan sifat unik mereka.

Pertarungan kemarin tidak akan pernah selancar itu jika aku tidak memiliki skill Purifying Silverlight. Meskipun Vengeance dan Purgatorial Flame sangat berguna, aku tidak yakin apakah mereka akan cukup untuk membuatku bertahan menghadapi Gouz-Maise.

Marie menatapku dalam diam. Reaksi itu membuatku kebingungan. Dia terlihat sedang sangat terkejut karena suatu hal.

"Bagaimana caranya kau bisa menggunakan Silverlight?" tanyanya.

"Yah, aku mendapat pesan yang mengatakan 'Memusnahkan 100 monster yang sudah ditentukan…'" jawabku.

"Bisakah kau tunjukkan penghitungmu kepadaku?" tanyanya.

"Penghitungku?"

… Penghitung apa? Pikirku.

"Buka windows menu-mu, pergi ke halaman history, dan kau akan menemukan 'penghitung jenis makhluk yang dibunuh' pada bagian extra."

"Oh, ini, kan?" aku membukanya dan, memang benar, ada berbagai macam jenis makhluk seperti undead, beast, avian, dragon, devil, elemental. Demon, human, dsb. lengkap dengan jumlah disampingnya. Jumlah terbesar yang miliki adalah undead: 158. Diikuti oleh beast dan demon.

"Jadi, ini adalah jumlah total monster yang ku kalahkan?" tanyaku.

"Ya," angguk Marie. "Seharusnya, kondisinya adalah 'mengalahkan dalam jumlah tertentu'… tapi jumlah ini terlalu sedikit."

Saat dia menggumamkan hal seperti itu, aku kembali mengalihkan pandanganku ke window kill counter-ku. "Di sini juga ada manusia, huh?"

Di window itu, jumlah manusia yang kubunuh adalah 0. Sepertinya, meskipun awalnya adalah manusia, Lich Maise dihitung sebagai undead.

"Lagipula, makhluk jenis apa yang dihitung sebagai manusia?" tanyaku.

"Manusia adalah makhluk apapun yang bisa mendapatkan job," jawab Marie. "Jadi jika kau melihat seseorang dengan sebuah job, maka dia adalah manusia. Atau secara teknis, mereka disebut 'humanoid.'"

"Lalu kenapa Lich yang kubunuh tidak dihitung sebagai manusia?"

"Oh, itu karena job itu memiliki efek untuk mengubah manusia yang mengambilnya menjadi undead, jadi dia berhenti menjadi manusia tepat pada saat dia menjadi Lich. Itu adalah satu dari sedikit pengecualian yang ada."

Itu membuatku berasumsi bahwa ada skenario dimana manusia malang yang kebetulan terlihat mirip monster diserang oleh manusia lain karena alasan tersebut, dan aku tidak tau bagaimana rasanya hal itu.

"Oh, tetapi itu bukan berarti Lich benar-benar sama dengan monster undead biasa," tambah Marie. "Kau tau bahwa monster memiliki nama yang melayang di atas kepala mereka, kan? Nah, karena mereka awalnya adalah seorang manusia, hal itu tidak berlaku bagi para Lich."

Oh ya, aku benar-benar lupa dengan hal itu, pikirku. Kalau begitu, kurasa skenario itu benar-benar langka.

"Tapi njir, ini benar-benar menghitung jumlah manusia yang kau bunuh," kataku.

"Sebagai catatan, itu juga termasuk jumlah kill yang dilakukan di dalam pelindung duel city sama seperti kota ini," jelas Marie. "Jadi jumlah human kill yang besar tidak selalu menyatakan bahwa orang tersebut adalah pembunuh. Bagaimanapun, setelah duel selesai, semuanya akan kembali seperti semula."

"Oh, begitu," anggukku.

"Banyak orang yang sering datang ke kota ini mungkin telah membunuh ratusan orang," tambahnya.

Yah, itu benar-benar cara pernyataan yang mengerikan, pikirku.

"Aku punya pertanyaan." Rook mengangkat kepalanya dan bergabung dalam pembicaraan kami. "Bagaimana kill counter untuk monster peliharaan bekerja?"

"Saat mereka digunakan dalam minion capacity, jumlah kill mereka akan dihitung sebagai jumlah kill pemiliknya," jawab Marie. "Namun, saat mereka digunakan sebagai anggota party, jumlah kill mereka dihitung sebagai miliknya sendiri. Kau bisa melihatnya sendiri dengan membuka window stats milik mereka. Oh, juga, kill yang dilakukan oleh autonomous Embryo seperti Guardian akan secara otomatis dihitung sebagai jumlah kill Master-nya."

"Lalu apa yang terjadi saat seekor makhluk yang terkena status Charm membunuh sesuatu?" Tanya Rook lagi.

"Umm… itu dihitung sebagai kill milik monster yang terkena Charm. Jumlah kill milik orang yang memberikan status Charm akan tetap sama. Juga, dalam skenario dimana seseorang meracuni musuh, lari dari pertarungan, dan hanya menunggu sampai musuh yang diracuni mati, itu masih dihitung sebagai kill milik orang yang memberikan racun tersebut." Sepertinya, itu tergantung pada siapa yang memberikan serangan akhir. Monster peliharaan dalam minion capacity dianggap seperti lengan milik pemiliknya, jadi kill mereka juga dihitung milik pemiliknya. Namun, dalam sebuah party, kill mereka dihitung milik mereka sendiri.

Dengan status effect seperti Poison, kill-nya akan dihitung milik orang yang bertanggung jawab meracuninya secara langsung. Kill tidak langsung, seperti yang dilakukan oleh musuh yang terkena status Charm, dihitung sebagai kill milik musuh yang terkena Charm tersebut, bukan milik orang yang memberikan status Charm.

"Jadi, jika aku ingin, seperti Ray, memenuhi syarat yang mengharuskanku mengalahkan sesuatu dalam jumlah tertentu, aku harus menghindari penggunaan Charm atau slot party dan bertarung dengan kekuatanku sendiri atau bersama dengan monster peliharaan yang muat dalam minion capacity-ku, kan?"

Aku paham kenapa dia penasaran, pikirku. Aku ingat kalau Guardian menggunakan 0 minion capacity, jadi dia bisa menggunakan Baby untuk meningkatkan kill counter-nya bahkan jika dia bukan merupakan Embryo-nya.

"Ini sangat aneh," gumam Marie setelah merenung sesaat.

"Apa yang aneh?" tanyaku.

"Ini adalah pertama kalinya aku melihat Master yang dapat menggunakan Purifying Silverlight."

"… Apa?"

"Keberadaan skill itu sendiri sudah cukup dikenal karena para tian, khususnya pengguna terkenal seperti komandan ksatria sebelumnya atau wakil komandan saat ini. Namun, belum ada satupun kasus dimana seorang Master bisa mendapatkannya. Itulah yang membuatnya aneh. Skill itu berada tepat di samping Grand Cross sebagai salah satu skill terkuat milik Paladin, dan ada banyak orang yang mencoba untuk mendapatkannya, karena efeknya sangat besar."

"Huh? Tapi kau hanya perlu membunuh seratus undead," kataku. Lagipula, itulah yang dikatakan pesan itu, pikirku. Itu sudah jelas bukan syarat yang sulit dipenuhi oleh kebanyakan Paladin.

"Itu benar," angguk Marie. "Mereka sudah menanyakan kepada para tian tentang hal itu dan mereka mengatakan bahwa skill itu terbuka berdasarkan kill count pada undead. Namun, ada beberapa Paladin yang telah membunuh lebih dari 5000 undead, tetapi tetap tidak bisa mendapatkannya. Mereka bahkan selesai melakukan leveling pada seluruh low-rank job sebelum mereka mencoba mendapatkan skill tersebut dan… huh?"

Menyadari sesuatu, Marie meletakkan tangannya di dagunya dan sedikit memiringkan kepalanya.

"Ray, level berapa job Paladin-mu saat ini?" tanyanya.

"41," jawabku. Aku telah naik level selama pengujian yang kulakukan tadi pagi.

"Dan total level-mu?"

"41 juga." Aku belum memiliki job lain.

"Mungkin itulah jawabannya. Ini hanyalah asumsi, tapi menurutku persyaratan itu hanya menghitung undead dengan level range yang sama dengan dirimu sendiri. Total level range, lebih tepatnya."

"Level range, huh?" gumamku.

Sekarang kalau dipikir-pikir, aku juga menerima pesan yang mengatakan tentang persyaratan yang berbunyi "Undead dengan total level yang telah ditentukan," pikirku.

"Sepertinya itu berganti pada setiap 50 level, di dasarkan pada low-rank dan high rank," lanjut Marie. "Artinya, jika total level-mu 50 atau kurang, syarat targetnya adalah low-rank monster—monster yang memiliki level 50 atau di bawahnya. Dan jika kau berada dalam total level range 51-100, target syarat itu berubah menjadi high-rank monster—yang juga berada dalam level range 51-100."

"Begitu," Aku mengangguk, sepenuhnya paham kenapa aku bisa mendapatkan skill itu. Bagaimanapun, total level-ku berada di bawah 50. Namun, sepertinya itu bukan syarat yang tidak bisa dicapai oleh orang lain.

Maksudku, mereka hanya harus memaksimalkan level job Knight, berganti ke Paladin, dan bertarung melawan undead berlevel di atas 51 dan, uh…

"… Huh?" Sepertinya ada yang salah dengan pemikiranku. Total level orang itu akan menjadi 51, tapi aku tidak yakin apakah mereka bisa bertarung melawan high-rank undead dengan level Paladin mereka yang begitu rendah. High-End Skeleton Warrior yang muncul di lorong bawah tanah saat aku sedang bertarung melawan Lich itu mungkin merupakan salah satu high-rank undead, tapi aku merasa tidak akan bisa menang melawan mereka jika aku tidak memiliki Silverlight dan Silver. Aku pasti akan benar-benar dihancurkan, sama seperti saat aku menghancurkan mereka.

"Ini sangat parah," kata Marie. "Untuk mendapatkan Purifying Silverlight, pada dasarnya kau harus membuang segalanya."

"Apakah seburuk itu?" tanyaku.

"Biasanya, high-rank job mengharuskanmu memaksimalkan level satu, atau kadang dua bahkan tiga low-rank job. Paladin adalah contoh sempurna dari high-rank job yang sulit untuk di dapatkan."

"Kau mungkin benar," Aku mengangguk. Bukan hanya itu mengharuskanmu membayar uang dalam jumlah besar, kau juga perlu memberikan sejumlah besar damage kepada monster kelas Demi-Dragon. Aku sudah diberitahu bahwa kekuatan seekor Demi-Dragon setara dengan satu party penuh player yang memiliki low-rank job.

Ada juga surat rekomendasi yang harus kau dapatkan dari knight order. Siapapun yang mencoba menyelesaikan persyaratan job ini dengan cara normal pasti akan memaksimalkan satu atau dua low-rank job selama prosesnya.

"Dan pada saat orang itu menjadi Paladin, memenuhi kondisi untuk mendapatkan Purifying Silverlight akan menjadi hal yang sulit… tidak… sebenarnya mustahil," kata Marie.

"Apakah ada sesuatu pada monster berlevel di atas 100?" tanyaku.

"100 pada dasarnya adalah level maksimal bagi setiap monster—termasuk boss," kata Marie. "Satu-satunya monster yang bisa melewati level itu adalah SUBM, Superior Unique Boss Monster, seperti Tri-Zenith Dragon, Gloria… tapi itu tidak relevan dengan subjek ini. Faktanya masalah level membuatmu benar-benar tidak mungkin bisa mendapatkan skill itu."

"Tunggu, kalau begitu, bukankah tian juga tidak mungkin bisa melakukannya?" tanyaku.

"Para tian yang menjadi Paladin kebanyakan adalah anak dari orang berpengaruh. Mereka tidak memiliki masalah keuangan, sangat dipercaya, dan mendapatkan banyak bantuan saat harus pergi mengalahkan monster."

"Begitu," kataku.

Seorang dengan level tinggi kan bertindak sebagai tank dan membuat boss tetap sibuk, sementara orang yang ingin mendapatkan job Paladin—mungkin dibantu menggunakan sihir—akan dengan perlahan mengurangi HP boss tersebut sampai dia mati. Tentu saja, itu bukan hal yang mustahil. Jika keberuntungan berada di sisi mereka, mereka mungkin dapat memenuhi syarat job Paladin sebelum job Knight mencapai level maksimal."

"Tapi tunggu," kataku. "Apakah Master tidak bisa mendapatkan bantuan semacam itu juga?"

"Sangat sulit bagi kita untuk mendapatkan kepercayaan dari para petinggi knight order," jawab Marie. "Mereka sangat ketat pada siapa yang mereka izinkan masuk. Kebanyakan orang yang diterima adalah orang yang telah melakukan banyak jasa besar."

Jasa selama mereka mencapai level maksimal yang terlalu tinggi untuk bisa mendapatkan skill itu, ya? Pikirku. Njir, aku tidak tau berapa banyak keberuntungan yang diperlukan untuk mendapatkan job Paladin dan skill Purifying Silverlight.

Dengan persyaratannya yang begitu sulit, aku bisa sepenuhnya paham kenapa skill itu sangat kuat.

"Bermain dengan normal membuatmu tidak mungkin mendapatkan skill itu, tapi ada satu cara yang membuatmu bisa mendapatkannya dengan cukup mudah," kata Marie.

"Apa itu…?" tanyaku.

"Me-reset semua job selain Paladin."

Kakakku telah mengatakan tentang reset job dulu saat aku masih memilih job pertamaku. Sama seperti namanya, itu adalah fungsi yang membuat orang bisa me-reset job yang tidak mereka sukai atau tidak mereka butuhkan.

Marie benar—itu adalah cara yang sangat mudah untuk mendapatkan skill itu. Setelah menjadi Paladin, seseorang bisa me-reset job lainnya dan membuat total levelnya turun drastis. Lalu mereka dapat menghabiskan banyak waktu untuk membunuh low-rank undead di Tomb Labyrinth untuk mendapatkan skill Purifying Silverlight. Faktanya, itulah alasan kenapa Paladin diizinkan masuk ke dungeon itu tanpa memerlukan surat izin. Namun…

"Me-reset job berarti kehilangan semua stats dan skill, kan?" tanyaku.

"Oh, benar," angguk Marie. "Itu bahkan akan termasuk Knight—sebuah job dari group yang sama."

Sialaaan, pikirku, itu adalah kesimpulan sempurna dari reaksiku saat ini.

"Aku akan memasukkan info ini ke wiki, tapi aku hanya bisa bertanya-tanya apakah akan ada orang yang mau melakukannya," kata Marie. "Mengingat berapa lama waktu yang mereka habiskan untuk menaikan level job-job itu, resiko yang ada teralu besar."

Meskipun Silverlight tidak ada tandingannya dalam hal kegunaan melawan undead, skill itu cukup tidak berguna dalam skenario lain. Juga, meskipun kami tau bahwa info ini benar, orang-orang yang membaca wiki tidak akan mempercayainya begitu saja, dan skenario dimana mereka dibohongi setelah membuang semua job mereka mungkin akan membuat mereka nangis darah. Saat resikonya diperhitungkan, sudah jelas tidak akan begitu banyak orang yang mau menjalaninya.

Sebagai catatan, nantinya aku bertanya kepada Liliana tentang bagaimana dia bisa mendapatkan Silverlight, yang kemudian dia jawab, "Aku me-reset semua job selain Paladin, mendapatkan Purifying Silverlight, dan kemudian kembali menaikan job lainnya—seperti Ksatria—dari awal."

Saat aku mempertimbangkan fakta bahwa tian tidak benar-benar berada dalam posisi dimana mereka bisa me-reset job dengan begitu santainya, aku cukup terkesan dengan tekad Liliana.

"Meskipun aku harus mengatakan," Marie kembali berbicara. "Jalan yang kau lalui itu sesuatu banget, Ray. Sangat jarang ada orang yang melalui hal yang kau alami. Kemarin adalah hari yang berat bagimu, kan?"

"Beneran. Kupikir aku akan mati," kataku. "Semua itu jauh lebih buruk bagi mentalku dibanding saat aku mendapatkan death penalty di Noz Forest."

Meskipun, tidak seperti saat itu, kali ini aku bisa bertahan hidup.

Ngomong-ngomong, aku penasaran dengan apa yang Superior Killer itu lakukan setelah lolos dari King of Destruction? Pikirku.

"'Kupikir aku akan mati,' katamu?" Marie mengulangi perkataanku. "Yah, bagaimanapun kau adalah seorang Master Maiden."

"Dari caramu mengatakan hal itu, sepertinya kau sudah mengetahui ciri-ciri umum dari kami," kataku. "Master Maiden…"

"'Master Maiden tidak menganggap tempat ini sebagai game,' kan?"

Ya, itu dia, pikirku.

"Aneh bukan?" kataku. "Dalam kepalaku, aku benar-benar sadar bahwa ini adalah sebuah game, tapi…"

… hatiku tidak setuju dengan hal itu.

"Aku tidak akan menyebutnya 'aneh,'" kata Marie. "Bagaimanapun, ada banyak player lama yang juga merasakan hal yang sama."

"Benarkah?"

Aku tidak pernah menyangka akan ada cukup orang sampai bisa dibilang "banyak."

"Bagaimanapun, meskipun tempat ini memiliki banyak hal yang tidak ada di dunia nyata, kelima panca indra bekerja seperti biasa," lanjut Marie. "Belum lagi para tian yang hidup di sini."

Itu benar. Selain rasa sakit, sensasi yang dirasakan tubuh sama dengan yang ada di dunia nyata. Faktanya, kita juga bisa menyalakan rasa sakit melalui window pengaturan, jadi bahkan hal itu juga bisa menjadi nyata.

Ada juga interaksi dengan para tian, sesuatu yang tidak bisa dihindari oleh para player. Sudah wajar jika ada orang yang sudah berada di dunia ini dan menyaksikan kehidupan di sini dalam waktu lama sampai mereka berhenti berpikir bahwa ini hanyalah sebuah game.

"Di saat bersamaan, ada juga orang yang tetap menganggap dunia ini sebagai sebuah game dari awal sampai akhir," kata Marie.

"Yah, tentu saja ada juga yang seperti itu," anggukku.

Bagaimanapun, Infinite Dendrogram dijual sebagai sebuah game, pikirku.

"Posisi tian, peradaban mereka, dan bahkan Infinite Dendrogram itu sendiri akan memiliki makna berbeda tergantung pada siapa kau menanyakannya, tapi ada cukup banyak orang yang menganggapnya sebagai dunia nyata yang lain, dan tentu saja ada juga yang menganggapnya hanya sebuah game."

"Begitu," kataku.

"Orang yang menganggap dunia ini sebagai kenyataan yang lain adalah 'worlder', sementara mereka yang hanya melihatnya sebagai sebuah game disebut 'ludo.' Bagi yang pertama, yang kedua tidak berperi-kemanusiaan, sementara bagi yang kedua, yang pertama hanyalah orang aneh."

Jadi seperti itu, pikirku. Bagi diriku saat ini, aku sudah agak bisa menghubungkan kedua sisi itu.

"Jenis orang seperti apa lagi yang ada disini?" tanyaku.

"Yah, ada banyak orang yang tidak yakin mereka berada disisi yang mana," jawab Marie. "Oh, dan jangan lupakan mereka yang telah mencoba infinite Dendrogram dan kemudian berhenti memainkannya karena suatu alasan."

"Contohnya?" tanyaku.

"Yah, ada banyak yang berpikir bahwa itu terlalu merepotkan. Dendro mendorong player untuk berinteraksi dengan orang lain, menggerakkan avatar mereka seolah-olah itu adalah tubuh mereka sendiri, dan membuat beberapa keputusan serius, semua itu bisa jadi cukup melelahkan. Hal itu membuat mereka merasa, 'Game seharusnya tidak seperti ini,'"

Itu tampak seperti pemikiran yang cukup masuk akal. Tidak peduli apakah ini adalah dunia lain atau hanya sebuah game, ambil bagian dalam Infinite Dendrogram benar-benar memberikan pengalaman yang sangat berbeda dibanding bermain game sambil memegang controller dan melihat layar monitor.

"Ada juga yang berhenti setelah benar-benar ketakutan karena suatu kejadian," kata Marie.

Aku terdiam.

"Itulah dua alasan utama kenapa orang yang telah memainkan Dendro dalam waktu lama memutuskan untuk berhenti, tapi ada juga orang yang langsung berhenti tepat setelah mulai bermain. Khususnya, tepat setelah pertarungan pertama mereka. Bagaimanapun, bertarung dengan makhluk hidup lain bisa menjadi benar-benar menakutkan dan melelahkan. Banyak dari orang-orang yang cepat berhenti itu tidak memilih anime atau CG sebagai pengaturan visual mereka."

"Yah, aku paham dengan yang mereka rasakan," kataku. Pertarungan pertamaku melawan Demi-Dragon Worm merupakan sebuah pengalaman yang mengerikan, dan aku sudah tau bagaimana rasanya mati di dunia ini. Tidak aneh jika ada orang yang menjauhkan diri dari Infinite Dendrogram setelah mengetahui perasaan takut akan dimakan atau dibunuh.

Beberapa dari mereka yang tetap bertahan mungkin akan keluar setelah mengalami sesuatu yang menyakitkan. Dan mereka yang terus melanjutkan keberadaannya di sini setelah melalui kejadian semacam itu akan melihat dunia ini dengan cara mereka sendiri.

"Aku penasaran apakah Superior Killer itu seorang worlder atau ludo," kataku. Karena dia merupakan Superior Killer yang bertanggung jawab atas kematian pertamaku, aku hanya bisa penasaran pada kedudukannya di dunia ini.

"Siapa yang tau?" Marie mengangkat bahunya. "Jika kau tidak mengetahuinya, maka lebih baik kau anggap saja dia berada di antara keduanya."

"Itu benar."

Aku tau terlalu sedikit tentang dirinya. Dia membunuh semua newbie, termasuk aku, di Noz Forest. Lalu dia membantuku saat pertarungan melawan Gardranda ketika situasinya menjadi gawat."

Aku tidak tau apa yang membuatnya bertindak seperti itu. Faktanya, karena kabut yang menyelimutinya pada saat itu, aku bahkan tidak tau seperti apa penampilannya. Kepribadiannya, tingginya, dan bahkan umur dari avatar-nya masih menjadi misteri bagiku.

Aku terdiam.

"Hm?" Tiba-tiba, aku menyadari bahwa Rook sedang menatap Marie karena suatu alasan. Tatapannya mengingatkanku pada kakakku saat dia berhasil menyelesaikan sebuah teka-teki silang.

Kalau dipikir-pikir, aku penasaran kenapa teka-teki silang itu berbahasa arab, pikirku.

"Oh, aku baru ingat," Marie kembali berbicara. "Aku punya sesuatu untuk kalian berdua."

Marie merogoh inventory-nya, mengeluarkan dua lembar tiket, dan memberikannya kepadaku dan Rook. Di atas tiket itu, terdapat sebuah tulisan "Clash of Superior" yang sangat mencolok, lengkap dengan beberapa angka dan tanggal. Tanggal itu adalah hari ini, dan waktunya adalah nanti malam.

"Dan apa ini…?" tanyaku.

"Yah, kau tau bahwa aku meminta untuk menyerahkan sisa uang dari imbalan karena telah membunuh Gardranda kepadaku, kan?" kata Marie. "Inilah hasilnya—tiket penonton untuk event yang hari ini berlangsung di arena pusat."

"Event?" tanyaku. "Apakah ada sesuatu yang terjadi?"

"… Oh? Kau tidak tau?"

"Ya," Ada terlalu banyak hal yang terjadi sejak aku sampai di Gideon. Meskipun bohong jika aku tidak melihat satupun selebaran dengan judul yang sama di sana-sini.

"Begitu," angguk Marie. "Asal kau tau, ini adalah sesuatu yang tidak akan membuatmu menyesal setelah menontonnya. Bagaimanapun—ini adalah pertarungan antar superior."

"Superior?" tanyaku.

"Ya. Meskipun pertarungan antar Superior bukanlah hal yang baru, ini sebenarnya adalah pertarungan publik yang baru pertama kali terjadi."

"Siapa yang bertarung?" tanyaku.

"Tentu saja, salah satu dari mereka adalah raja duel city—Over Gladiator Figaro—sementara lawannya adalah peringkat kedua dalam duel ranking Kekaisaran Huang He, Shi Jie Xian. Atau lebih dikenal sebagai: Xunyu, sang Master Jiangshi."

Pertarungan yang melibatkan Figaro, ya? Sekarang aku tertarik, pikirku. Aku belum sempat menemuinya dan mengatakan halo karena semua yang terjadi setelah aku tiba di Gideon. Aku merasa sedikit berkewajiban untuk berterimakasih kepadanya karena telah menangani player killer yang memblokir jalan menuju kemari.

"Kesinilah sebagian besar uang imbalan itu pergi. Apakah kalian berdua tidak masalah dengan ini?" tanya Marie.

"Tentu saja," kataku. "Aku yakin ini akan menyenangkan."

Sebuah pertarungan antar Superior—player terkuat—ada sesuatu yang pasti tidak mengecewakan untuk ditonton.

Aku yakin hanya dengan menontonnya akan memberikan sedikit efek pada kekuatanku secara keseluruhan. Dan itu akan membantuku untuk mengukur sampai sejauh mana kami—para Master—dapat menjadi lebih kuat.

"Aku juga tidak masalah dengan hal ini," Rook menyetujui keputusan Marie. "Aku juga ingin belajar lebih banyak tentang pertarungan melawan orang lain."

"Baguslah kalau begitu," kata Marie. "Pastikan untuk datang tepat waktu."

"Baiklah," kata Rook.

Dan dengan begitu, kami berpisah. Kami akan melakukan kegiatan kami masing-masing sampai event itu dimulai, dimana kami akan bertemu lagi.

Aku masih harus pergi ke adventurer guild dan melaporkan kepada mereka bahwa Gouz-Maise Gang telah dikalahkan.

Sepertinya, Rook memiliki sesuatu yang ingin dia bicarakan kepada Marie. Aku mencoba bertanya apa itu, tapi jawaban yang kuterima adalah, "Itu rahasia." Dia kemudian membisikkan sesuatu ke telinga Marie, dan membuat wajah Marie menjadi kaku sambil menggumamkan kalimat yang kurang lebih berarti "Bagaimana kau bisa mengetahuinya?" Tentu saja, aku penasaran, tapi rahasia adalah rahasia, dan aku tidak ingin ikut campur.

Ngomong-ngomong, hampir 90% dari sandwich yang dipesan Marie telah berakhir di perut Nemesis. Peningkatan jumlah makanan yang dapat dia libas dalam satu waktu membuat keringat dingin mengalir di punggungku.

"Apa yang akan kita lakukan pada hal ini?" Kataku bertanya-tanya.

"Aku juga bingung," setuju Nemesis.

Aku dan Nemesis sedang duduk di meja di dalam bar adventurer guild. Wajah kami berdekatan saat kami sedang mendiskusikan sesuatu, membuatnya jelas bahwa kami sedang berada dalam masalah. Dengan apa yang telah terjadi sejak kemarin, aku sudah menjadi cukup akrab dengan masalah. Namun, kalian pasti berpikir kalau seseorang bisa hancur kapan saja.

"Ini terlalu banyak…"

"Tapi kita tidak bisa menolaknya begitu saja, kan…?"

Hal yang membuat kami kesulitan kali ini adalah window yang sedang kubuka.

Itu adalah layar item-ku, tapi yang terpenting kali ini bukanlah item-nya. Itu adalah bagian yang menampilkan jumlah uang yang kumiliki saat ini. Jumlah yang tampil di sana telah melonjak menjadi 80,000,000 lir.

Tak perlu dikatakan, itu memang sebuah rejeki nomplok. Faktanya, itu setara dengan 800.000.000 yen. Sementara untuk alasan kenapa aku menerima uang sebanyak itu…

Itu terjadi saat aku tiba di adventurer guild untuk melaporkan pemberantasan Gouz-Maise Gang.

Tidak seperti yang terjadi di kantor ksatria, menunjukkan special reward saja tidak cukup. Aku juga harus menjawab beberapa pertanyaan dan menjelaskan bagaimana aku bisa mengalahkan kelompok itu, membuat seluruh prosesnya terasa panjang dan teliti. Meskipun aku merasa itu jauh lebih menyebalkan dari pada melihat dan menandatangani dokumen yang kulakukan di kantor ksatria, aku tidak ragu untuk memberikan jawaban yang mereka inginkan. Tentu saja, aku menyembunyikan fakta bahwa rekanku dalam kejadian itu, Hugo, adalah seorang Master yang berasal dari Dryfe, musuh Kerajaan Altar, tetapi selain itu aku mengatakan yang sebenarnya.

Hasilnya, aku diakui sebagai orang yang telah mengalahkan Gouz-Maise Gang dan menerima imbalan. Sebelum aku menerima uang itu, aku memikirkan hal seperti ini, Aku harus mencari Hugo dan membaginya. Denganku yang telah mendapatkan special reward, bagiannya harus lebih besar dan…

Namun, pemikiran seperti itu benar-benar terpatahkan oleh 80,000,000 lir yang diletakkan di depanku.

Serius, gan? 80,000,000 lir? Bukan 800,000 atau 8,000,000? Delapan puluh kali lipat hadiah yang kami dapatkan dari Gardranda?

Saat kebingungan menguasai kepalaku, orang yang bertugas di resepsionis mulai menjelaskan kenapa hadiahnya bisa sebesar itu.

Awalnya, hadiah yang telah disiapkan oleh adventurer guild untuk mengalahkan kedua pemimpin Gouz-Maise Gang masing-masing adalah 1,000,000, sementara anggota biasa bernilai masing-masing 10,000, membuat totalnya menjadi sekitar 3,000,000 lir.

Namun, setiap dan semua orang yang telah pergi untuk mengalahkan kelompok tersebut telah berakhir tragis. Karena itu, kelompok itu mulai dikenal sebagai kelompok menakutkan yang tidak dapat diremehkan.

Ada juga fakta bahwa setiap dan semua kegagalan untuk mengalahkan mereka berujung pada kematian anak-anak yang diculik, jadi risikonya telah menjadi terlalu besar bagi setiap party untuk mencobanya lagi.

Tentu saja, ada banyak orang yang tidak puas dengan keadaan itu. Orang-orang ity termasuk keluarga dari anak-anak yang diculik dan bahkan Count Gideon sendiri—penguasa kota ini.

Karena Gideon sangat makmur, ada banyak keluarga anak-anak yang diculik itu yang kaya. Beberapa dari mereka telah membayar uang tebusan, tapi setelah itu mereka hanya menerima mayat anaknya. Dikuasai oleh penyesalan dan kemarahan, ada banyak orang seperti itu yang mengharapkan balas dendam dan menambahkan uang pada hadiah yang ditawarkan adventurer guild.

Karena banyaknya kejahatan yang dilakukan Gouz-Maise Gang di wilayahnya, Count Gideon sendiri telah mulai benar-benar membenci kelompok itu dan ingin mengalahkan mereka menggunakan pasukan lokal. Namun, karena tempat persembunyian mereka terletak di perbatasan paling timur, dia tidak bisa melakukannya karena menggunakan pasukan mungkin akan dianggap sebagai tindakan perang terhadap Caldina.

Benar-benar kesal dengan situasi itu dan berharap ada party kuat yang akan mengalahkan para bajingan itu, Count Gideon menggunakan kekayaannya sendiri untuk menaikan hadiah yang sudah ada. Karena alasan itulah, uang imbalan yang ditawarkan mencapai jumlah 80,000,000 lir.

"Mengejutkan karena tidak ada seorangpun yang melakukan apapun sampai saat ini," kataku.

Rejeki sebanyak ini pasti akan menarik banyak orang untuk menyelesaikan quest itu. Khususnya para Master, karena mereka memiliki lebih sedikit resiko terlibat dalam bisnis berbahaya tersebut.

"Setiap kesalahan akan mengurangi kesempatan anak-anak untuk kembali ke rumah, jadi guild memutuskan untuk tidak menunjukkan satupun poster pencarian untuk kelompok itu dan sebagai gantinya memilih orang-orang yang mereka anggap dapat melakukannya secara teliti," kata resepsionis itu. "Khususnya, para Superior."

Ah, jadi mereka merahasiakan hal ini untuk mencegah situasi menjadi lebih buruk, pikirku.

Aku tidak yakin apakah itu adalah keputusan yang bagus.

"Guild berharap event besar yang terjadi di arena pusat hari ini akan menarik banyak orang kuat dari berbagai wilayah, jadi kami berencana menggunakannya sebagai kesempatan untuk menemukan orang yang kami cari…"

… dan menyuruh mereka menjalankan quest itu, huh? Pikirku. Dari apa yang kudengar dari yang Lich itu katakan, kelompok itu sepertinya sudah menduga hal itu dan berencana untuk pergi kemarin.

"Itulah sebabnya kami cukup kebingungan setelah mengetahui bahwa Gouz-Maise Gang telah dikalahkan sebelum kami menemukan seseorang untuk melakukannya…" tambahnya.

Mereka mengamati, menunggu kesempatan datang, dan kemudian aku dan Hugo datang entah dari mana, mengatakan kalau kami telah menyelesaikan masalah itu. Aku bisa memahami kenapa mereka sulit untuk mempercayainya.

Pada akhirnya, fakta bahwa aku tidak berbohong dibuktikan oleh Grudge-soaked Greaves, Gouz-Maise yang kudapatkan. Bagaimanapun, itulah bagaimana akhirnya aku menerima hadiah yang terlalu besar untuk dompetku.

"Aku harus bertemu dengan Hugo," kataku.

"Benar," angguk Nemesis.

Meskipun dia bilang dalam suratnya bahwa uang itu dia berikan untukku, aku tidak bisa membiarkan diriku menerima kekayaan ini tanpa membicarakannya dengannya. Aku juga ingin berdiskusi dengannya tentang keputusan yang kubuat saat di kantor ksatria tadi. Namun, aku tidak punya cara untuk menghubunginya dan lupa untuk memasukkannya ke dalam daftar temanku, jadi aku tidak tau apakah dia sedang online atau tidak.

"Apapun alasannya, aku akan memutuskan kemana uang ini akan pergi setelah aku bertemu dengannya," kataku.

Memang, aku memiliki masalah keuangan, tapi tetap saja, pikirku.

"Mereka mengatakan bahwa hadiah untuk mengalahkan kuda undead itu adalah 1,000,000 lir," kata Nemesis. "Kenapa kau tidak menggunakan sebanyak itu saja?"

"… Kau benar."

Itu benar-benar masuk akal. 1,000,000 lir sama dengan jumlah uang yang kami dapatkan setelah mengalahkan Gardranda, dan itu lebih dari cukup untuk dibelanjakan oleh newbie sepertiku.

Namun, aku tidak tau apa yang mau kubeli. Karena batasan level, ini masih terlalu cepat bagiku untuk membeli equipment baru.

Satu-satunya pilihan belanjaku adalah aksesoris dan… persenjataan, kurasa, pikirku.

"Apakah kau berencana selingkuh dariku?" tanya Nemesis.

"Tidak, sialan," jawabku. "Ingat apa yang Hugo katakan? Tentang Maiden yang bisa mendapatkan skill setelah bertarung dalam bentuk manusianya?"

"Ya, memang itu yang dia katakan."

"Jadi ya, aku berencana mencarikan senjata untukmu dan untukku saat kau berada dalam bentuk manusia."

"Yah, itu memang terdengar seperti sesuatu yang kita butuhkan," angguk Nemesis, memahami apa yang kumaksud. "Baiklah, jika kau perlu memakai senjata yang bukan aku, aku akan memastikan kalau itu benar-benar layak!'

… Ok, ada orang yang bersemangat, pikirku. Oh iya, jika kami hendak pergi ke toko Alejandro, aku juga harus—

"Tentunya kau tidak berencana untuk menarik gacha lagi, kan, Ray?" tanya Nemesis.

"Ha ha ha, apa maksudmu, Nemesis? Apakah aku terlihat seperti orang yang tidak belajar dari kesalahannya?"

"Oh, aku tidak tau. Izinkan aku melihatmu dengan lebih baik, sini lihat mataku saat kita sedang berbicara."

"… Aku minta maaf."

Tapi ayolah, Aku tau kalau ada kemungkinan aku akan kembali mendapatkan Permit atau item yang buruk, tapi bukankah akan bagus jika aku bisa mendapatkan sesuatu sebagus Silver atau Touch of the Silencer milik Rook? Maksudku—

"Huh?"

Saat aku sedang berjalan menuju toko, aku melihat sosok yang familiar sedang berdiri di alun-alun depan arena pusat. Awalnya, kupikir aku salah lihat, tapi setelah aku mendekat, aku benar-benar yakin bahwa aku tidak salah lihat.

Bulu hitam menutupi seluruh tubuh, sebuah sosok yang lebih besar dari rata-rata orang, perut yang gendut dan lengan yang cukup pendek. Itu adalah sebuah kostum beruang yang dikelilingi oleh sekelompok anak-anak.

"Ohh! Popularitas ini sangat menakjubkan sampai aku hampir tidak mempercayainya! Aku merasa seperti seorang bintang! Kumaa!"

Orang yang memakai kostum itu, tentu saja, adalah kakakku.

Aku tidak mengatakan apapun.

Sekali lagi, orang yang memakai kostum beruang itu adalah kakak asliku.

Mungkin karena berada di alun-alun, dia mungkin salah dikira sebagai seorang pemain sirkus atau sebuah maskot, membuatnya dikelilingi dan digelantungi oleh anak-anak.

"Aku bahkan tidak bisa bergerak lagi! Ah! Tidak masalah kalau kalian naik ke atasku, tapi jangan sampai jatuh-kuma!"

"… Kak, apa yang sedang kau lakukan?" Aku bertanya saat dia mulai kewalahan oleh anak-anak dan hampir berubah menjadi taman bermain berjalan.

"Hm? Siapa yang barusan memanggilku kakak tersayang-kuma…? Oh! Itu Ray!" Dia menyapaku dengan mengangkat tangannya, tapi penampilannya membuatku merasa seperti sedang diancam oleh binatang buas.

"Kakak tersayang" itu terlalu mengada-ada. Aku tidak ingat pernah sehormat itu padanya, dan itu termasuk hari-hari sebelum pertarungan Un-kra yang dia ikuti.

"Aku merasa sudah lama tak melihatmu, Kuma-niisan," kata Nemesis.

"Selamat siang untukmu juga-kuma, Nemesis," kakakku menyapa Nemesis saat dia dengan perlahan melambaikan tangannya. Penyebab kenapa lambaiannya begitu lambat adalah anak-anak yang bergelantungan disana.

"Tapi njir, kau tetap populer seperti biasa," kataku. "Kau berada dalam keadaan yang sama saat kita pertama kali bertemu di ibukota."

"Bagaimanapun, kostum seperti ini sangat langka-kuma," katanya.

"Serius?"

"Tidak ada yang mau memakainya karena mereka adalah equipment yang parah."

"Benarkah?"

"Memakai benda ini akan mengambil semua slot equipment kecuali untuk senjata dan aksesoris," jelasnya.

Ok, aku segera paham kenapa itu tidak populer, pikirku.

"Kostum yang bisa menutupi kekurangan itu benar-benar langka-kuma," lanjutnya. "Aku bahkan tidak tau Master ke-lima yang memakainya sehari-hari."

"… Jadi maksudmu kau tau empat Master lain yang memakainya?" kataku. Jika kakakku Shu dihitung, maka jumlahnya akan menjadi lima.

Terdengar seperti power ranger, pikirku. … Oh iya, kakak sebenarnya pernah jadi salah satunya.

"Apa maksudmu?" Nemesis secara telepati bertanya kepadaku.

Itu bukan hal yang penting. Dia hanya pernah berperan menjadi salah satu anggota power ranger dalam sebuah acara Tokusatsu tertentu.

"Aku tidak bisa bilang kalau aku sangat mengenal dunia itu, tapi berdasarkan pengetahuan umum yang kudapat darimu, bukankah itu cukup mengesankan? Tunggu, bukankah dia seorang ahli bela diri?" tanya Nemesis.

Oh ya, itu pada saat dia SMP dan SMA. Namun, pada saat SD, dia adalah seorang aktor cilik dan penyanyi. Pada saat itulah dia mendapatkan peran sebagai tambahan—ke-enam—dalam sebuah power ranger tertentu. Tapi hal itu berakhir bahkan sebelum aku bisa berpikir dengan benar, jadi aku tidak tau rinciannya.

"Sebenarnya dia itu siapa, sih?" tanya Nemesis.

Kakak laki-lakiku. Saat ini seorang pengangguran.

"Jadi, kak, apakah kau datang ke Gideon untuk menonton Clash of the Superior?" tanyaku.

"Benar sekali-kuma. Aku datang untuk melihat agan Figgy bertarung."

Figgy? Maksudnya, Figaro? Pikirku. Aku tidak tau kalau mereka berteman.

"Yah, aku juga berencana untuk menontonnya, jadi mungkin kita akan bertemu disana?" kataku.

"Eh? Kau punya tiketnya-kuma?" tanya kakakku.

"Ya. Seorang teman membelikannya untukku," jawabku sambil merogoh inventory-ku dan menunjukkannya kepadanya.

"Oh, ini juga tiket untuk box seat. Aku kagum kau… Hm?" Setelah melirik ke arah tiket itu, dia menyipitkan matanya—maksudnya, bagian mata kostumnya—pada bagian tertentu pada tiket itu.

"Ada apa?" tanyaku.

"Lihat ini," katanya sambil mengeluarkan tiket miliknya sendiri.

Aku melihat tiket itu dan menyadari tulisan "L-001" di atasnya.

L itu mengacu pada box tempat kami berada, sementara 001 adalah nomor tempat duduk di dalam box tersebut.

Pasti seperti itu karena tiketku memiliki tulisan L-004.

"Kita berada di box yang sama?" tanyaku.

Tentu saja beda tempat duduk, tapi kami masih tetap bersebelahan.

"Sungguh sebuah kebetulan-kuma," kata kakakku. "Kita akan menontonnya bersama!"

"Aku bahkan tidak menyangka ini bisa terjadi."

"Temanmu mungkin membelinya dari calo yang sama denganku," katanya.

Kelihatannya itu masuk akal.

"Tapi oh, fakta bahwa kau telah memiliki beberapa teman di Dendro membuatku sangat senang-kuma," katanya sambil mengeluarkan sapu tangan dan pura-pura menangis sambil mengusapkannya di bagian mata kostumnya.

… Aku sangat yakin kalau tidak ada air mata yang keluar dari sana, pikirku.

"Juga, dilihat dari perlengkapanmu, sepertinya kau telah menjalani beberapa petualangan besar," tambahnya sambil melihat ke arah sarung tangan dan sepatuku—Miasmaflame Bracer dan Grudge-soaked Greaves.

"Yah, ada banyak hal yang terjadi, ok," kataku. "Aku agak ingin membicarakan tentang hal ini, tetapi sepertinya situasinya tidak cocok untuk percakapan panjang."

Shu sedang dikelilingi dan digelantungi oleh anak-anak selama percakapan kami tadi.

"Benar juga," katanya. "Baiklah, anak-anak! Beruang ini harus pergi sekarang! Ini ada sedikit hadiah perpisahan untuk kalian-kuma!"

Dia merogoh inventory-nya, mengeluarkan banyak permen, dan mulai membagikannya kepada anak-anak yang ada di sekitarnya. Tentu saja, anak-anak itu sangat senang, mengucapkan terima kasih, dan menjauh darinya satu per satu.

"Kau juga melakukan hal ini pada saat di Ibukota," komentarku.

"Heh, itu adalah hal yang dibutuhkan saat memakai kostum ini-kuma."

Aku hampir menyarankan agar dia melepaskannya, tapi kemudian aku ingat bahwa dia tidak bisa melakukannya. Bagaimanapun, wajah yang ada dibalik kostum itu adalah wajah aslinya.

"Kenapa kau tidak memakai semacam topeng atau sebuah penyamaran saja?" tanyaku.

"Aku tidak mau terlihat seperti orang aneh."

… Apakah menurutmu memakai kostum beruang itu tidak aneh? Pikirku.

"Lalu kenapa kau tidak melakukan keahlianmu dan berpenampilan seperti pahlawan?" tanyaku.

"Ada sebuah klan yang sepenuhnya fokus pada hal itu, jadi itu bisa jadi masalah-kuma."

"… Disini ada sebuah klan power ranger sungguhan?"

"Klan kamen rider juga ada."

"Yah, Dendro kelihatannya tidak kekurangan kebebasan," gumamku.

Sesaat kemudian, Shu selesai membagikan permen, dan tidak ada lagi anak-anak di sekitar sini. Benar, anak-anak itu telah pergi, tapi…

"Bukankah ada sesuatu di atas kepalamu?" tanyaku.

"Yah, kau benar-kuma," katanya.

Sesuatu sedang menempel di bagian atas kepalanya. Itu sudah jelas bukan anak manusia. Meskipun bentuknya sangat berbeda, tapi itu terlihat seperti landak.

Caranya menempel pada Shu membuatnya terlihat mirip seperti sebuah maskot, tapi aku sadar kalai kakakku tidak lahir dengan fitur tambahan seperti itu. Sepertinya itu telah muncul entah dari mana.

Tidak ada nama di atas kepalanya, jadi sudah jelas itu bukan monster. Kalau begitu, apakah itu adalah sebuah Embryo? Pikirku.

"Oh, maaf atas hal itu," aku mendengar seseorang mengatakan hal ini.

Aku berbalik ke arah suara itu dan melihat seorang wanita. Dia terlihat berumur 20 tahunan. Gaya pakaiannya, meskipun cocok dengan latar fantasi, memberinya aura seorang sekretaris. Tato yang ada di punggung telapak tangan kirinya adalah bukti bahwa dia merupakan seorang Master.

"Maaf. Behemot-ku sepertinya telah merepotkan kalian," kata wanita itu.

"Behem…? Oh, hewan ini," kata kakakku.

"Behemot" adalah salah satu sebutan untuk Behemoth—sebuah makhluk dari Perjanjian Lama. Itu berarti bahwa hewan itu adalah sebuah Embryo dan nona itu adalah Master-nya.

"Pergilah, nona kecil. Nona di sana datang untuk menjemputmu," kata Shu saat dia memegang landak itu, Behemot, dan mencoba untuk melepaskannya dari atas kepalanya. Tapi landak itu tidak menunjukkan tanda-tanda mau pergi.

"Nona kecil?" Dia betina? Pikirku.

"xD!" Behemot mengeluarkan cuitan aneh penuh kegembiraan dan mencengkeram kepala Shu dengan semakin kuat. Sepertinya, dia menyukai kepala Shu.

"Behemot, pergi dari kepala beruang itu," kata sang Nona. "Kita harus pergi atau kita akan terlambat. Kita berada di area berdiri, jadi kita harus buru-buru."

Behemoth menurut, melompat dari kepala Shu ke arah dada Master-nya.

"Kalau begitu, kami permisi dulu," kata Nona itu sambil berjalan menjauh.

"Oh, tunggu sebentar," kata Shu sebelum merogoh inventory-nya, mengeluarkan beberapa permen dan memberikannya kepada mereka.

"Aku memberikan ini kepada semuanya!!" Serunya. "Nikmatilah dengan sepenuh hati, kalian berdua."

"… Terima kasih banyak."

"thx!"

Setelah mengatakan itu, Behemot dan Master-nya berjalan menjauh dari kami. Dari kalimat "area berdiri" yang nona itu sebutkan, dapat disimpulkan bahwa dia juga akan menonton event yang berlangsung di arena pusat.

"Jadi bukan hanya anak-anak, huh? Sepertinya kau juga populer diantara binatang kecil," kataku.

Perkataanku entah kenapa membuat Shu memiringkan kepalanya. Meskipun itu tidak terlalu mencolok, karena dia sama sekali bukan beruang.

"Yah, kurasa kau bisa bilang kalau aku populer diantara sesuatu yang kecil-kuma," katanya. "Semua orang suka beruang!"

"Terserah kau, kak." Meskipun dia bilang kalau dia mulai memakai kostum itu karena terpaksa, tapi dia terlihat sangat menikmatinya.

"Faktanya, kostum beruang ini begitu populer sampai-sampai aku rasanya tidak ingin memakai kostum yang lain-kuma," tambahnya.

"Kau punta kostum lain?!"

"Kau tidak punya cukup jari untuk menghitung kostum yang kumiliki, dan itu hanya untuk kostum special reward."

"Sebanyak itu?!"

Aku tidak tau apa yang lebih mengejutkan—fakta bahwa dia memiliki begitu banyak special reward atau fakta bahwa dia memiliki banyak kostum seperti itu.

Njir, kakakku benar-benar seorang pelawak, pikirku.

"Ayo pergi dan lakukan percakapan yang nyaman di suatu tempat," kata kakakku.

"Tentu. Ayo, Nemes—Tunggu, apa-apaan dengan wajah itu?"

Karena suatu alasan, dia hanya berdiri di sana. Aku tiba-tiba menyadari kalau dia sama sekali tidak berbicara sampai saat ini. Aku tidak tau kenapa, tapi dia melihat ke arah dimana Behemot dan Master-nya pergi.

"Ada apa?" tanyaku.

"Oh, bukan apa-apa," katanya. "Itu mungkin hanya perasaanku saja. Bagaimanapun, dia memiliki sebuah Embryo…"

Aku tidak paham dengan apa yang sedang dia pikirkan.

"Hei! Kenapa kalian hanya berdiri di sana?! Jangan buat aku menunggu-kuma!" teriak Shu.

"Oh, dia benar. Ayo, Ray."

"Ya."

Kami mengejar kakakku, dan memutuskan untuk pergi ke café. Dia membiarkan kami memilih tempatnya, jadi—atas saran Nemesis—pada akhirnya kami pergi ke café yang sama dengan yang kemarin.

Aku tidak berani membayangkan berapa banyak kue yang akan Nemesis makan, pikirku.

***

"Baiklah, Behemot. Apakah kau sudah puas?" tanyanya.

"lol…"

"Bagus sekali. Kau bilang kalau kau merasa bahwa beruang itu terlihat lucu dan ingin memeluknya. Meskipun kurasa itu agak tidak sopan, baguslah karena kau terlihat sudah puas. Sekarang, mari berharap bahwa kau juga akan mendapatkan apa yang kau inginkan dari pertarungan hari ini."

"yeye."

"Sungguh, aku berharap Superior dari negara ini benar-benar kuat… itu pasti akan menjadi berita yang bagus."

"git hype."

avataravatar
Next chapter