1 PROLOG

❄Thaurielle Oddelfo Xaviere❄

   Semua orang di dunia ini sudah memiliki jalan hidupnya masing-masing. Dan terkadang aku ingin berusaha menjalani kehidupan seperti mereka. Mempunyai banyak rekan, bermain bersama, dan sebagainya.

    Kurasa aku sudah melakukannya, tapi bagi mereka aku ini aneh dan.. aneh. Katanya aku ini bukan manusia, karena aku selalu terdiam dan menyendiri. Tapi aku suka ketenangan. Aku tak terlalu suka bicara.

   Dan mereka juga bilang kalau aku bertingkah sok diam untuk menarik hati para pria. Karena cewek pendiam itu terkesan misterius. Dan itu membuatku ingin muntah jika mendengarnya.

   Perkenalkan. Namaku Thaurielle Oddelfo Xaviere. Memang terdengar sedikit sulit, begitu juga penulisannya. Aku putri satu-satunya dari keluarga Xaviere. Ayahku bernama Ethan dan ibuku bernama Britstinia.

    Ibukuku sudah meninggal sejak aku berumur 9 tahun. Dan ibuku tak tahu ada dimana. Sudah 1000 kali aku bertanya pada ayahku, tapi jawabannya selalu "Dia ada di suatu tempat. Dan dia selalu memantaumu. Dia akan datang padamu suatu saat nanti."

    Aku dan Ayah tinggal di Queens, walaupun kami memliki rumah yang besar, tapi tetap saja rasanya sangat sepi. Terlebih Ayah meninggalkan ku sejak umurku 13 tahun. Aku selalu menunggu dan menunggu, seperti yang Ayah pinta. Tapi Ibu tak kunjung datang.

    Ayah selalu berusaha mendidikku seperti seorang putri raja yang anggun, tapi tetap saja itu tak bisa. Bisa di bilang seorang jiwa wanita tak terlalu ada dalam diriku. Jangan heran kalau terkadang aku bertingkah aneh dan menyebalkan.

     Hingga akhirnya seorang gadis datang padaku dan memberikan sedikit perubahan dalam hidupku. Namanya Imelda. Dia teman kampusku. Dia menerimaku apa adanya. Dia bahkan bisa membuatku mengerti bagaimana cara bertingkah lembut di depan semua orang.

    Aku juga punya teman. Namanya Dannish. Dia pria yang sangat menyenangkan dan aku merasa nyaman saat di dekatnya. Dengan adanya mereka, aku merasa seperti keluargaku kembali.

    Hingga suatu hari di tengah salju yang cukup lebat, aku bertemu dengan seorang nenek-nenek yang jalannya sudah membungkuk. Aku menolongnya dan membawanya ke rumahku. Aku memberinya minuman dan pakaian hangat.

    Kami berbicara banyak hal. Saat aku menanyakan darimana beliau berasal, ia hanya menjawab kalau dia dari suatu tempat yang jauh. Saat aku meninggalkannya sebentar, karena aku merasa kebisingan dari dapurku.

    Saat aku kembali, nenek itu sudah menghilang. Aku mencarinya hingga ke sudut rumahku, tapi tak ada. Dan kulihat ada sesuatu di sofa bekas nenek itu duduk tadi. Sebuah kalung dengan liontin berbentuk bintang dan secarik kertas di bawahnya.

    Di atas kertas itu bertuliskan,

    Untuk Thaurielle,

    Apa kabarmu, sayang? Aku harap kau baik-baik saja. Maafkan ibu karena tak pernah hadir di hidupmu.

Dari ibu? Kenapa aku tak melihat ia mengirimkan kertas ini?

    Kau pasti sudah berjumpa dengan seorang wanita paruh baya, bukan? Ketahuilah kalau dia adalah salah satu rekan ibu yang ibu suruh untuk mengantarkan kalung bintang itu padamu.

    Kalung itu sebagai tanda penghubung kita. Jika kau butuh sesuatu, katakan saja dalam hati, dan ibu akan berusaha membantumu lewat kalung itu.

    Ibu selalu bersamamu kemanapun kau pergi, Ariel. Ibu akan datang padamu suatu saat nanti.

    Jadilah gadis yang tegar dan terus berusaha sendiri, seperti bintang yang berusaha memancarkan cahayanya sendiri.

    Aku menyayangimu.

    Aku membolak-balik kertas itu, siapa tahu ada tulisan lagi di baliknya. Tapi tak ada apa-apa. Ku pakai kalung itu dan aku menyimpan kertas itu di sebuah kotak kecil yang kusimpan di atas lemari pakaianku.

    Sebenarnya siapa aku ini? Dan kenapa ibuku tak pernah sekalipun menampakkan wujudnya?

avataravatar
Next chapter