12 #Nenek Jongkok 2

Jangan pernah menggangu mereka yang tidak terlihat, karena kamu akan menyesal nantinya.

==========

"Maafkan aku, disetiap bulan purnama aku harus bersembunyi. Dan tidak mengeluarkan diri disaat cahaya itu terlalu terang menyinari"

Hmmm. Aku iyakan saja apa yang dikatakan oleh Awan.

Ya karena aku tahu, dia juga selalu menjagai dirinya agar tidak tertangkap oleh "Para Pencari", yang selalu menjadi ketakutannya.

"Ahh, iya aku tidak menyalahkanmu. Aku cuma sedang bingung saja, karena aku juga merasa ada yang berbeda didalam diriku malam itu. Tapi aku tidak bisa menjelaskan seperti apa rasanya, yang jelas diriku sangat berbeda"

Kujelaskan apa yang aku rasakan disaat bulan purnama pada malam itu.

"Ada apa denganmu?"

Awan langsung bertanya padaku.

"Aku sudah jelaskan padamu barusan. Aku juga tidak tahu mengapa diriku seperti itu".

Hmmm. Andai saja aku mengetahuinya, aku tidak akan mengutarakan padanya. Dengan kehadiran Awan, terkadang bisa membuatku nyaman.

Andai Tuhan bisa mengembalikannya ke masa itu, dan tidak ada kejadian itu pasti aku sudah benar-benar memiliki seorang kakak laki-laki.

Tapi itu sudah menjadi jalan kehidupannya, apa boleh buat.

"Hei, kamu melamun lagi?"

"Ahh, nggak. Cuma capek saja"

Selalu saja, dia membuatku terkejut disaat aku sedang membayangkan sesuatu.

Dua hari ini aku sedang menekuni latihan Pencak Silat untuk acara Agustusan nanti. Acara latihannya pada malam hari. Jadi belajar berberapa gerakan untuk di tampilkan.

Aku sudah fasih, dan mendapatkan dua jurus yang lumayan panjang rerangkaiannya.

Karena dari tujuh anak, akulah satu-satunya yang cepat hafal gerakkan.

Tapi sebelum aku latihan kuputuskan untuk mandi terlebih dahulu.

"Hei nak, mau mandi?"

"Iya buk"

Ibu bertanya sambil lewat di belakangku, seraya menggaruk-garuk kepalaku dan berjalan pergi ke ruang tamu.

"Nak, kakakmu besok datang ke sini"

Haahhh, kakaku datang kesini!, aku tidak menjawabnya dan langsung masuk ke kamar mandi. waduh katanya Ayah sih dia juga memiliki kelebihan sepertiku. Aku jadi penasaran dengannya.

Dia kakak perempuan nomor satu dan aku anak terakhir.

Hmmm. Jadi kalau mau tahu dia, aku akan ceritakan ketika dia datang besok. 😁😁😁

Dan saatnya untuk mandi.

Brrrrr. Mengapa airnya dingin sekali.huhh.

Kulihat atap kamar mandi ini sudah gelap, menandakan bahwa ini mulai malam.

Aku mandi tidak usah aku ceritakan 😂😂😂✌✌✌.

Selesai mandi, aku langsung bergegas menuju kamar untuk berpakaian.

Malam ini latihan, jadi aku pakai baju hitam.

Kumelihat kaca yang berada di depanku, dan baru menyadari kalau rambutku sudah panjang hmmm. Aku rasa, diriku mirip dengan salah satu aktor korea 😒.

Setelah selesai berpakaian, kuputuskan untuk makan malam. Makan malam hari ini dengan mie goreng dan telur dadar. Hmmm salah satu favoriteku juga.

"Keren banget"

Kumenoleh ke arah Awan yang baru saja duduk disebelahku.

"Aku mau latihan Pencak Silat"

"Woww, Pencak Silat. Sudah jago ya"

Sangat menyebalkan disaat dia mengatakan hal itu sambil membuat ekspresi wajahnya yang sekarang... ughhh. Aku tidak bisa ceritakan.. pokoknya.. ughhh.

Kulanjutkan saja makanku tanpa menjawab ocehan dari Awan.

"Nak, berangkat jam berapa? Udah jam setengag delapan loh!"

"Appaaa"

Untung ibuk mengingatkanku. Kuambil minum dan langsung berlari melalui ruang tamu.

Jam latihan dimulai 7.45Pm. Kurang 15 menit lagi.

"Buk, aku berangkat"

"Hei, nak mau kemana?"

"Mau latihan Yah"

Kubergegas langsung menuju tempat latihan. Seharusnya malam ini adalah waktunya aku bersama dengan ayahku untuk membicarakan banyak hal. Dan lagi-lagi aku yang mengingkarinya.

Jarak yang di tempuh untuk le tempat latihan adalah 10 menit, jadi aku bukan berjalan lagi sekarang. Aku berlari, karena takutnya terlambat.

"Mengapa terburu-buru"

"Awannnn!!! Sudah ku bilang kalau muncul bilang dulu atau melihatkan wajahmu dulu. Huhhh selalu membuatku kaget."

"Iya,,, maaf"

Huhhh. Nafasku mulai habis, dan kuputuskan untuk berhenti sejenak. Sudah kelihatan memang tempat latihannya, kira-kira 100 meter dari sini.

"Kamu capek?"

Kumeliriknya dan memberikan ekspresi jengkep padanya.

"Iyalah Awan, ada apa sih denganmu. Tiba-tiba menjadi sok gak tahu gini"

Ku berjalan dengan cepat.

"Sungguh!!!, enak sekali kamu jalan tanpa menggerakkan kakimu"

Dia hanya tersenyum padaku, dan sebelum dia mengutarakan sebuah kalimat. Aku sudah memotongnya terlebih dahulu.

"Shhhttttt"

Dia menutup mulutnya seketika.

"Sudah cukup diam saja. Okay"

Dia hanya menganggukkan kepalanya.

Hmm, apakah akau terlalu kasar padanya?. Hmm sudahlah.

Tempat yang kita pakai hari ini adalah tempat baru, paling ujung di pemukiman warga. Karena pencak silat menggunakan lagu semacam gendang jadi Pelatihnya pun memilih untuk tempat yang jauh dari pemukiman warga, karena takutnya menggangu disaat mereka akan istirahat.

Ketika melewati jalan ini kurasakan angin dingin menerpaku. Kupercepat langkahku, dan Awan lagi-lagi menghilang seketika.

Hmmm. Tinggal gang ini yang agak berbeda auranya, ada lampu jalan terpasang tepat di depan dimana diadakan latihan.

Kumelewati pohon alpukat besar, ughh sangat besar dan kalau kumelihat keatas begitu rindangnya dan hmmm kuputuskan untuk bergegas menuju langsung ke tempat latihan.

Sebelum masuk kw tempat latihan, kumenoleh kebelakang sejenak.

Kumerasa ada yang memperhatikanku dari tadi.

Hmmm.

"Hei, ayo cepat latihan!"

"Ahh, iya pak"

Kumasuki rumah baru yang di buat latihan. Hmmm. Rumah ini belum sepenuhnya jadi atau selesai. Jendelanya pun masih dari palangan kayu biasa, dan temboknya juga belum semua terlapisi semen.

Dari rumah ini saja aku sudah merasa tidak nyaman, apalagi tanpa Awan mendampingiku.

Anak-anak sedang latihan sekarang dan ada 9 orang disini 10 tambah aku.

Tiga pembina, dan enam yang latihan.

Karena malam ini ternyata aku tidak perlu latihan, dan yang harus latihan mereka maka kuputuskan untuk tetap disini terlebih dahulu dan menunggu sampai mereka selesai.

Biasanya latihan selesai sekitar jam dua belasan.

"Awan, kau dimana?"

Sudah lima menit menunggu,

belum ada jawaban darinya.

"H, kamu segera pulang dari sana. Kalau bisa bareng sama teman-temanmu. Aku tidak bisa melewati area dari pohon aplukat ini. Ada Jin disini."

Seketika itu, aku langsung tidak tenang.

"Pak, ini selesai jam berapa ya?"

Kutanyakan itu kepada Pak. Sutiyo, dan beliaunya pun membalas bahwa ini sudah mau selesai.

Semua anak istirahat dan minum air yang disediakan. Beda dengan aku. Aku sedang bingung sekarang.

"Nak, ini tadi kami bawa motor tiga, jadi bisa bonceng permotornya hanya dua anak. Jadi siapa yang berani jalan sendirian nanti habis ini?"

Tanpa berpikir panjang mereka pun langsung menunjukku, untuk berjalan sendirian pulang kerumah. Karena aku tadi berangkat juga sendirian, ujar mereka.

Aku mau membantah tapi, semua sudah siap di motor masing-masing. Dan sekarang aku sudah berada di tengah-tengah jalan sebelum pohon alpukat itu.

"Awan, kamu dimana?"

Kumelihat sekeliling dan tidak menemukannya.

Kuberjalan perlahan.

Dan dia ada di ujung dari gang ini, dia melambai-lambaikan tangannya di bawah terangnya lampu di depan rumah warga.

Hmmm. Ayo H kamu pasti bisa.

Kusemangati diriku sendiri.

Sebenarnya gang yang dilalui tidaklah panjang. Cuma seukuran dari besar dan rindangnya dari pohon alpukat yang berada di depanku ini.

Kumelihat Awan sudah memberiku kode agar aku cepat berlari kesana. Tapi kali ini aku mencoba untuk tidak panik, dan bersikap lebih tenang.

Sekarang ku mulai berjalan di bawah pohon alpukat ini. Belum lama setelah itu, kumelihat di ujung gang ini sudah ada seorang nenek-nenek memakai baju kebaya lusut sedang berjongkok menghadap samping. Aku tidak bisa melihat wajahnya, karena tertutupi oleh rambut putih yang berantakan.

Awan menunjuk ke arah nenek itu berjongkok, sambil memberi isyarat yang tidak jelas.

Tidak lama kemudian kulihat Awan berlari mendekat.

Baru saja berdiri disebelah nenek itu, Awan tiba-tiba terjatuh dan kejang-kejang di sebelahnya.

Tanpa pikir panjang aku langsung lari menhampirinya.

Kemudian nenek itu dia berdiri dan menoleh kearahku.

uggghhhhh Mukanya abstrak, tidak ada kulit di wajahnya. Wajahnya tengkorak yang masih memiliki organ.

Mata sebelah kirinya di penuhi oleh belatung.

Tanpa pikir panjang aku berlari kearahnya.

Belum sempat aku ayunkan kakiku untuk menendangnya, dia menghilang dan sekarang kurasakan sesuatu yang berat dan menyakitkan di kaki kananku.

"Arggghh"

Kurasakan kakiku di cengkram dengan erat, kucoba untuk menendang tetapi ikatan itu terlalu sulit untuk di lepaskan. Aku tidak mau menoleh kebelakang, karena kutahu aku tidak akan sanggup melihat wajahnya.

"Awan, awannnn"

Dia masih kejang-kejang di depanku. Kucoba untuk meminta tolong, tetapi tidak ada suara sedikitpun keluar dari bibirku. Rasanya sangat berat.

Napasku mulai melambat, dan semua menjadi slomotion.

Ku teringat akan sesuatu.

Kuputuskan untuk aku menggapai kakinya Awan. Dan mencoba cara yang aku lakukan dengan Indah.

Sulit sekali rasanya, tubuhku mulai lemas dan tidak berdaya.

Kukuras seluruh tenaga untuk menyentuhnya.

Arghhh kurang sedikit.

Dan aku berhasil menyentuhnya.

"Awwww"

Aku merasakan aliran listrik yang luar biasa mengalir dalam tubuhku.

Lulihat seketika itu Awan langsung terbangun dan berdiri. Di detik yang sama, cengkraman itu menghilang dari kakiku.

Kumenoleh kebelakang, di terpental jauh di belakangku. Tidak menunggu dia kembali, aku langsung bergegas lari kearah Awan. Dan memutuskan untuk berlari sejauh mungkin.

Kulihat kebelakang.

Dia mengejarku, dia mengejarku sekarang.

Dia berlari merangkak, disertai belatung yang tercecer keluar dari matanya.

Kuberlari sekuat mungkin, dan dia sudah berada di belakangku pas.

Kupakai seluruh tenaga.

Tetapi, kemudian.

Dia berhenti, dia berhenti di ujung gang ini. Kulihatnya dia berhenti dan jongkok di ujung gang, dan membalikkan badan kemudian.

Huhhhh akhirnya aku berhasil melarikan diri darinya.

Ku duduk sebentar di depan rumah warga yang berada di pemberhentian jalan ini. Dan rumah ini terakhir sebelum gang itu.

Napasku belum normal, kuatur napas dan mencoba lebih rileks.

Kumelihat ke arah Awan. Dia semakin pucat tidak seperti biasanya.

"Awan kamu pergi dulu saja tidak apa apa. Ini sudah dekat kok aku bisa pulang sendiri."

Tanpa mengatakan sepatah kata, Awan pergi.

Aku tahu apa yang dia rasakan, aku masih merasa ketakutan sampai sekarang. Kulihat kearah ujung gang ini.

Dia sudah tidak ada disana.

Kuangkat ke atas celan sebelah kananku.

Ada bekas memar di pergelangan kakiku.

Kuputuskan untuk berjalan kembali dan pulang kerumah.

Kubuat untuk berjalan sakitnya baru kerasa, aku berjalan dengan tidak normal sekarang. Kakiku puncang satu.

Kulewati sebuah jembatan sekarang. Hmmm memang ini juga gang sih, tapi tidak terlalu yang bagaimana kayak pohon alpukat tadi.

"Bummm"

Ada sesuatu jatuh di depanku, di tengah-tengah jembatan ini.

Kudekati, dan itu sebuah kelapa. Kuputuskan untuk menyingkirkannya.

Baru berberapa senti saja sebelum menyentuhnya, aku baru menyadari bahwa tidak ada pohon kelapa di sekitar sini.

Dan aku teringat akan cerita teman-temanku tentang "Glendeng Pecik".

Tanpa basa basi aku langsung berlari meninggalkan jembatan itu.

Huhhh kurang sedikit lagi sampai rumahku.

"Bummm"

Kelapa itu terjatuh lagi di depanku, kuberhenti sejenak dan langsung berlari menedangnya dan langsung masuk kedalam rumah.

Ahhh. Kenapa ini terkunci. Aku gedor-gedor pintu rumahku,agar aku segera masuk kedalam.

"Bummm"

Dan sekarang dia terjatuh di depan teras rumahku. Perlahan dia menggelinding ke arahku.

"Brak"

Pintu akhirnya terbuka dan aku langsung masuk kedalam kemudian menutup pintu dengan cepat.

Ibuk terkaget melihatku. Dan ibu berjalan menuju jendela untuk melihat, tapi sebelum itu kutahan tangan ibu dan kukatakan kepadanya.

"Jangan buk, itu Glendeng Pecik"

Ibu langsung kembali kearahku kemudian mengunci pintu dan mengantarkanku ke kamar.

***

"Glendeng Pecik"

Teman-teman mengatakan padaku bahwa itu adalah sebuah Kelapa jadi-jadian. Disaat tiba-tiba ada kelapa jatuh di sekitarmu dan tidak ada pohon kelapa di sana. Jadi jangan coba coba untuk mendekati atau menyentuhnya. Karena disaat kelapa itu berbalik kelapa itu menjadi sebuah kepala seseorang dan akan menyerangmu dengan seeketika. Dan beritanya juga orang yang setelah di serang oleh Glendeng Pecik akan meninggal di saat matahari terbit.

Huhhhh, untung saja aku ingat hal itu.

Jadi Hati-hatu ya Guys.

Nb. Ini di terjadi di Jawa, dan ini nama di jawa. Mungkin ada hal yang sama beda nama di setiap daerah ✌

==========

Aku baru menyadari bahwa, rasanya aku kenal dengan nenek itu. Nenek yang aku temui waktu bulan purnama lalu.

_Nenek Jongkok_

==========

avataravatar
Next chapter