10 #Makhluk Berasap

Kuatkan iman, dan percaya akan diri sendiri. Karena disaat hati sudah tidak percaya akan diri sendiri, maka akan ada sesuatu hal lain yang akan memegang Kendali itu.

==========

Kumelihat, ditengah-tengah lapangan. Ada sebuah kerumunan yang terjadi, mereka membuat lingkaran besar dan menyisakan dua orang di tengah-tengah mereka. Aku belum bisa melihatnya dengan jelas, karena jarakku sangatlah jauh dari lapangan. Kuputuskan untuk menghampiri mereka dan memastikan acara apa yang sedang mereka buat.

Kumelihat samar-samar ada dua anak berdiri tepat di tengah lingkaran itu. Kucoba untuk melihatnya, tetapi banyak anak yang berada di depanku. Sehingga menyusahkanku untuk melihat siapa sebenarnya yang berada di dalam lingakaran tersebut.

Tapi tidak lama setelah aku datang terdengarlah teriakkan dari anak-anak yang berada di bagian depan.

"Ayo, tunggu apa lagi Hendra. Langsung saja!"

"Hend, beri pelajaran tuh Ahmad biar tahu rasa"

"Ahmad, mendingan kamu ngalah saja sama Hendra"

Banyak teriakkan yang terdengar. Tapi satu nama yang membuatku terdiam dan hening.

"Ahmad"

Celaka, jangan sampai Hendra melalukannya. Bukan Ahmad yang akan celaka, melainkan Hendra.

Aku harus mencegahnya.

Aku mendesak menuju ke bagian dalam lingkaran tersebut.

Banyak sekali anak yang berkerumun disini, hampir satu sekolah rasanya. Aku belum tahu pasti apa penyebabnya hingga mereka ada dalam situasi seperti ini.

Setelah dengan susah payah akhirnya aku menerobos kerumunan paling depan. Kumelihat Hendra dan Ahmad saling pandang.

Ahmad tidak sendirian, dia bersama dengan Dani teman tak terlihatnya. Tapi kali ini ada sesuatu yang berbeda, hawa dari Ahmad dan auranya sangat tidak wajar bahkan melebihi orang normal yang sedang marah.

Belum sempat ku lerai mereka berdua, Hendra melayangkan pukulan kepada Ahmad. Tapi apa yang terjadi, pukulan itu tidak mengenai wajahnya. Pukulan itu berhenti di depan wajahnya. Ahmad tidak melakukan apapun dia hanya diam santai.

Hendra hendak mendesakkan dan meneruskan pukulan itu, tetapi tangannya seperti tertahan oleh sesuatu yang berada di depan wajah Ahmad.

Apa yang sebenarnya terjadi, aku tidak bisa melihat siapa yang membantu Ahmad. Dani hanya terdiam dibelakang Ahmad. Kubergumam dalam hati.

"Awan, dimana kamu. Datanglah kepadaku"

Kuputuskan untuk memanggil Awan, karena takutnya ini semakin rumit.

Hendra sekarang mau menurunkan tangannya yang mematung di depan wajah Ahmad, tetapi kumelihat Hendra sulit untuk melepaskan genggaman tangannya dari depan wajah Ahmad.

Hendra mulai bertingkah aneh, dan meminta tolong kepada teman gengnya.

"Woi, bantuin gue. Tanganku seperti ada yang nahan, ini gak bisa dilepas"

Sontak semua anak bukan malah menarik Hendra untuk menjauh. Melainkan mereka mundur menjauh dari Ahmad dan Hendra.

Semua menjauh ke tepi lapangan, tersisa Ahmad, Hendra dan aku. Mengapa aku tidak ikut mundur sekalian, ini namanya cari masalah.

Tetapi niatku untuk membantu mereka sangat besar, jadi aku semakin mendekat kearah mereka berdua.

"Jangan dekati mereka!"

Kumenoleh kebelakang, Awan melarangku untuk melerai mereka berdua.

Kugunakan telepatiku untuk berkomunikasi dengan Awan, karena aku takut banyak yang semakin aneh jikalau aku juga ikut-ikut aneh.

"Kenapa?, ada apa memangnya?"

"Kamu tidak biaa melihatnya bukan?, melihat siapa yang menggenggam tangan Hendra dengan erat."

Kulihat lagi dengan teliti, bahwa aku benar-benar tidak bisa melihatnya.

"Memangnya seperti apa yang sekarang berada di depannya Ahmad dan menggenggam tangan Hendra?"

"Kuasa Gelap. Dia kuasa gelap yang berada di dalam diri Ahmad."

"Kuasa gelap???, terus aku harus bagaimana apakah aku hanya diam?. Tidak melakukan apapun?"

Tanpa mendengarkan Awan berbicara, kuputuskan langsung untuk mendekat ke mereka berdua. Baru tiga langkah ku mendekat, Hendra sudah terlempar jauh di depan Ahmad berdiri. Aku hanya diam melihatnya, tidak tahu harus melakukan apa. Karena ini sangat aneh, Hendra terlempar hampir 10 meter dari hadapan Ahmad sedangkan Ahmad tidak melakukan gerakkan sedikitpun.

Anak-anak di sekitar lapangan pun kini menjadi riuh dengan teriakkan histeris karena melihat kejadian barusan. Kuberlari menuju Hendra untuk memastikan bahwa dia baik-baik saja.

"Apa kau baik-baik saja?"

Dia tidak mengungkapkan satu katapun. Tapi sudah kupastikan kalau dia baik- baik saja. Kubopong dia untuk bersandar di tiang basket yang berada di belakangnya.

"Awasss"

Teriakkan itu tertuju kepadaku, dan aku mengenalnya itu suara Indah. Belum sempat aku menoleh, aku sudah terseret kebelakang menuju ke arah Ahmad berdiri. Ada sebuah cengkraman erat di pundakku, dan detik itu pula aku bisa melihat siapa yang menyeretku.

Dia berwarna hitam, seperi asap yang menggumpal dan membentuk sebuah wujud. Matanya merah besar melotot kepadaku. Di lepasnya cengkraman dari pundakku dan dengan sangat jelas aku melihat makhluk besar hitam berasap itu mengangkat kedua tanganya keatas, dan sudah siap untuk menghantamkannya kearahku.

Dengan reflek aku langsung menyilangkan kedua tanganku didepan wajahku.

"Dummmmm"

Tiba-tiba suara dentuman keras muncul di sekitarku. Tidak terjadi apa apa padaku. Lantas apa yang terjadi.

Kuturunkan tanganku dan melihat apa yang terjadi.

"H, itukah yang kamu maksud yang mau membawamu?"

Awan tiba-tiba dengan cemas bertanya kepadaku.

Kulihat, makhluk itu berada didepanku. Makhluk berakar itu berada di depanku sekarang. Apakah dia akan mengambilku?, tetapi dia sedang memegang tangan dari makhluk berasap itu. Dan Ahmad sudah terbaring di depanku.

Tidak lama kemudian, Makhluk berakar itu masuk kedalam tanah beserta dengan makhluk berasap itu.

Huuhhh aku bernafas lega sekarang.

Kuhampiri Ahmad dan mencoba untuk membangunkannya.

Dani sudah tidak ada disini. Indah dab Awan menghampiriku, dan duduk di sebelahku.

Aku tidak mempedulikan anak-anak sekarang mau berbicara apa, yang penting semua sudah tidak terjadi apa-apa.

Banyak anak yang menggumam dan meninggalkan tempat, tidak ada satupun yang berani mendekat ke arah kita yang berada di tengah lapangan.

Kumelihat Hendra sudah dibawa oleh gengnya, aku tidak tahu setelah ini Hendra akan menceritakan hal apa kepada gengnya.

"Ahmad.."

Kupanggil dia, karena dia sudah terlihat sadarkan diri dari pingsannya.

Dia bangun dan memegangi kepalanya.

"Apa yang terjadi?"

Ahmad berganya kepadaku.

"Apakah kamu tidak ingat?"

"Aku tidak ingat sama sekali, dan mengapa aku ada di sekolah?"

Hmm, apakah dia benar-benar tidak ingat dengan apa yang terjadi.

"Ahmad, kamu tadi pingsan"

Awan memberitahu kepada Ahmad bahwa dia tadi pingsan. Tapi Ahmad tidak menjawabnya, dia hanya melihatku dengan ekspresi wajah kebingungan.

"Ahmad??"

Awan memanggilnya lagi.

Tapi sama, Ahmad tidak bergeming. Seolah-olah Ahmad memang tidak tahu bahwa ada Awan disebelahnya.

"Ahmad, apakah kamu tahu siapa saja yang berada di sini sekarang?"

Aku bertanya untuk memastikan.

Dia melihat kesekeliling.

"Hanya ada aku dan kamu"

Dan jawaban darinya sudah cukup menjawab pertanyaanku.

"Dia sudah kehilangam mata batinnya". Aku menjelaskan kepada Awan.

"Apakah kamu mau aku antar ke kelasmu"

Dia hanya menganggukkan kepalanya.

***

Hari ini terjadi begitu saja, aku harus berhati-hati bahwa kuasa gelap berada di mana-mana. Yang menjadi pertanyaanku adalah, mengapa tiba-tiba makhluk yang menginginkan jiwaku datang untuk menyelamatkanku. Ya bisa di bilang begitu karena makhluk Berasap itu sudah sangat jelas akan menghantamku, dan tiba-tiba Makhluk berakar itu datang untuk menghentikannya.

Dan Awan pun juga sudah bisa mengetahui seperti apa makhluk yang menginginkannku. Awan merasa ngeri saat bercerita kepadaku tadi.

Hari ini begitu melelahkan, sekarang waktunya untuk istirahat dan memulai aktivitas besok pagi. Karena besok hari minggu jadi lebih baik jikalau aku tidur dengan lama, dan bangun siang.

==========

Apa yang sebenarnya di rencanakan Makhluk berakar itu, mengapa dia menyelamatkanku?.

Satu sisi aku bersyukur karena Ahmad sudah kembali normal. Tetapi

Disisi lain, apa yang akan anak-anak pikirkan tentang kejadian yang berada di lapangan.

==========

Thanks Guys sudah mau menunggu, Love U. 🙏

avataravatar
Next chapter