8 #Makhluk Berakar 2

Dia terus mengikutiku, dimanapun aku berada. Hanya satu yang harus kuingat.

"JANGAN MENGELUARKAN DARAH SETETESPUN DI HARI KELAHIRANKU"

==========

Kakiku perih, terluka tiga sayatan dari cengkramannya.

Apa yang sedang terjadi.

Tangan itu kembali lagi, dan mencengkram lengan kiriku.

Seketika itu ayah dan ibu datang masuk kekamarku.

"Ayahh Ibuuuu"

___

Setelah aku berteriak, ayah langsung datang menghampiriku dan segera mengangkatku. Tetapi cengkraman yang berada di tanganku cukuplah kuat, sehingga disaat badanku diangkat lengan kiriku masih tertempel di dinding dan tidak bisa bergerak sama sekali.

"Ayah, tidak melihatnya?"

"Tidak nak, apakah itu. Katakan?"

"AYYAHHHH DIA MENARIKKU DENGAN ERATTT, DIA BERAKARRR. TIDAK MEMILIKI WAJAH, TIGA JARI KUKUNYA YANG HITAM PEKAT DAN TAJAM MENCENGKRAM TANGAN KIRIKU SEKARANG"

Ayah yang menyadari bahwa aku dalam bahaya, segera ayah mendekatkan tubuhnya ke arahku dan merapalakan sebuah bisikan yang tidak aku mengerti bahasanya. Kemudian memegang tepat dimana tanganku tercengkram olehnya.

Seketika itu kubisa melihat bahwa ada sebuah kepulan asap dilengan kiriku. Tak lama kemudian makhluk itu melepaskan cengkramannya. Seketika itu ayah langsung mengendongku menuju ranjang. Bekas cengkraman itu meninggalkan luka gores yang lumayan sakit rasanya.

"Buk, tolong jagakan sebentar, Ayah mau ambil garam dulu di dapur."

"Cepaattt yahh!"

Seru ibu.

Aku melihat sekitar untuk memastikan bahwa makhluk itu sudah pergi. Belum ada tanda-tanda sampai saat ini. Mengapa ayah begitu lama sekali mengambil garam di dapur.

Kumelihat ibuku sedang panik sekarang, karena melihat kakiku yang berdarah dan mencoba untuk mengelapnya dengan handukku.

Belum lama ibuk mengelap kakiku, tiba-tiba tanganku sudah tergeret lagi oleh makhluk itu. Aku terjatuh dari ranjang, dan terseret melalui pintu menuju ke ruang tamu.

Aku berteriak kesakitan dan campur takut melingkupi pikiranku, pintu depan tertutup akhirnya aku menabrak dengan keras pintu tersebut.

Ibu datang dan bergegas memegang kakiku dan menariku dengan sekuat tenaga, ayah menyusul dan melakukan hal yang sebelumnya tadi ayah lakukan padaku untuk melepaskan cengkramannya.

Makhluk itu pun akhirnya melepaskan cengkramannya, dan dengan segera kumelihat ayah langsung menaburkan sebuah serbuk putih mengitari tempatku duduk sekarang.

Serbuk itu ternyata adalah garam kasar yang ayah ambil dari dapur tadi. Tidak lama kemudian ayah menepuk ubun-ubun di kepalaku tiga kali dan menaburkan garam lagi di atas kepalaku.

Aku tidak mengerti apa yang sedang ayah lakukan, aku hanya menangis ketakutan dan terdiam gemetaran.

Kumelihat makhluk itu terus mengawasiku, dia berputar mengelilingiku.

"Ayah dia mengitariku yah!"

"Tidak apa-apa nak, tenanglah dia tidak bisa menyentuhmu lagi"

Belum selesai ayah mengatakannya, tiba-tiba jari tajam tersebut datang lagi kepadaku dan memang dia tidak bisa memegangku tetapi dia berhasil membuat luka gores di perutku. Luka itu tidak terlalu dalam dan tidak terlalu parah dibandingan dengan yang di kakiku tadi.

"Kenapa nak, apakah dia masih bisa menyentuhmu?"

Ayah bertanya cemas kepadaku.

"Dia tidak bisa memegangku yah, tetapi dia berhasil meninggalkan luka gores biasa di perutku dengan kuku panjangnya."

"Tadi ayah sudah memagari dirimu, jadi kamu tenanglah dia tidak akan sampai bisa lagi untuk memegangmu bahkan sampai menyeretmu lagi. Pagar itu selalu bersamamu."

Aku hanya menganggukkan kepalaku, memberi sebuah isyarat bahwa aku mengerti.

"Apakah dia masih ada nak?"

Kumelihat sekitar dan dia sudah tidak lagi ada di sekitarku.

"Sudah tidak ada yah"

"Baiklah, sekarang ayo berdiri duduk di sini agar ibukmu mengobati lukamu"

Kuturuti apa yang ayah minta, dan lekas ibu juga langsung memberi obat merah dan menutup lukaku dengan kain.

"Ayah, makhluk apa itu?"

Ayah, terdiam sejenak dan menggelengkan kepala.

"Ayah juga belum tahu, karena ayah tidak bisa melihatnya"

Aku terdiam dan memikirkan, makhluk apa sebenarnya itu. Dan mengapa hanya aku yang melihatnya.

Setelah semua selesai. Ibu mengantarku kekamar dan mengambilkan makan untukku.

Sedangkan ayah pergi untuk mengobati anak temanya yang berada di beda desa.

"Ayah pergi dulu ya, kamu akan ditemani Ibu kamu ya"

Ayah berpamitan kepadaku seraya mencium keningku.

Kuberikan senyuman kepadanya sebelum akhirnya dia pergi dari kamarku.

"Ayo, dimakan dulu. Nanti kalau butuh apa-apa pangil ibu ya, ibu mau lipat-lipat baju di kamar ya"

Aku memberikan sebuah anggukan dan senyuman kepadanya.

Seraya ibu meninggalkan kamarku.

Kulihat nasi dan telur dadar di pangkuanku, tetapi nafsu makanku sedang tidak bersahabat dengan kejadian sore tadi.

"Hei, kenapa denganmu?"

Tiba tiba awan datang dan duduk di sampingku.

"Ada sesosok makhluk yang menyerangku tadi"

"Benarkah!, seperti apa dia. Mengapa sampai bisa melukaimu seperti ini".

Kulihat dia cemas menanyakan hal itu kepadaku.

"Dia berakar, tidak berwajah dan memiliki lengan yang panjang dan mempunyai tiga jari yang kukunya runjing dan tajam"

"Ahhh, pasti dia datang karena diutus"

"Maksudmu diutus!"

"Aku rasa makhluk itu memburumu karena kamu habis mengalami Mati Suri seminggu yang lalu. Dan dia muncul di saat kamu mengeluarkan darah di hari kelahiranmu"

"Apakah iya."

Aku diam sejenak, dan berpikir apakah hari ini hari kelahiranku?.

"Iya, hari ini kamu pasti mengeluarkan darah dan hari ini tepat disaat kamu lahir. Hari jum'at"

"Memangnya aku lahir di haru Jum'at"

"Iya, kamu lahir di hari Jum'at Legi".

Hahhh. Apakah benar, tapi masuk akal juga sih. Hmmm jadi aku harus lebih berhati-hati disaat hari jum'at tiba.

"Kok kamu bisa tahu!"

Aku menanyakan hal itu kepada awan.

"Ya, aku tahu karena sudah 13 th lamanya aku berada di Dunia Antara. Jadi aku mengetahui hal yang belum banyak kamu ketahui"

Aku hanya mengangguk memberikan isyarat bahwa aku mengerti. Ya meskipun cuma sedikit.

"Apakah kamu bisa melihatnya?"

Aku bertanya kepada awan.

"Tidak, aku tidak bisa melihatnya."

"Hloo kenapa kok bisa?"

"Karena itu yang diutus untuk mengambilmu, jadi kamu sendirilah yang mengetahuinya."

Dia berkata, bahwa makhluk itu diutus untuk mengambilku. Yang benar saja.!.

"Diutus mengambilku?"

"Ya, dia diutus untuk mengambilmu. Lebih tepatnya diutus untuk mengambil jiwamu, karena dia muncul di saat kamu kembali dari kematianmu"

"Awan!, kamu bercanda pasti"

Aku bertanya cemas kepadanya.

"Apakah aku terlihat bercanda menurutmu?"

"Nggak, tapi gak lucu juga kamu bilang dia akan mengambilku"

"Ya, aku hanya mengatakan apa yang kamu tanyakan".

"Hmmm, sudahlah. Aku akan tidur, besok masih harus masuk sekolah."

Tanpa menunggu ucapan kata darinya, aku langsung menarik selimutku dan tidur memunggunginya.

Aku mencoba untuk tidur tetapi, aku tidak bisa.

Kumengubah posisiku berkali-kali sampai Awan melihatku dengan aneh.

"Kenapa kamu melihatku?, kamu tidur sana Wan"

Aku memintanya untuk segera tidur.

"Aku tidak tidur, Aku rasa aku juga menginginkan seperti apa rasanya tidur itu. Tapi sekali lagi makhluk spertiku tidak bisa tidur."

"Terus kamu tidak pernah tidur sama sekali?"

"Yup, benar"

"Okay, baiklah"

Kuubah lagi posisiku agar bisa untuk terlelap dan tertidur.

Aku harap besok dan seterusnya bisa menjadi hari yang baik di hidupku.

.....

==========

Apakah aku masih bisa melaluinya. Terus bagaimana dengan Makhluk yang akan mengikutiku terus. Apkah pagar ini akan terus terjaga dan betahan?. Yang jelas Aku masih belum Tahu.

=========

___________

Thank U guys Untuk masih stay di ceritaku. Vote & Commentnya di Persilahkan. Tanya saja tidak apa apa.

Aku akan berusaha menjawabnya jikalau aku bisa.

🙏🙏🙏🙏

_H_

avataravatar
Next chapter