webnovel

1. Aku Si Indigo

"Kamu ngomong sama siapa Gung?" tanya Ibu menghampiriku yang sedang bermain di pekarangan rumah saat aku berusia 4 tahun.

"sama temen Agung bu. Ini orangnya, kasian bu, mukanya berdarah, kaki sama tangannya ilang. Tapi dia hebat, dia bisa terbang" jawabku polos.

Ibu langsung membawaku ke kamar dan menyuruhku untuk tidak boleh lagi berteman dengan sesuatu yang aneh bagiku. Kata ibu itu adalah hantu. Ibu langsung mewanti-wanti, jika bertemu dengan sesuatu yang memiliki aura berbeda, cuekin aja.

Sejak saat itulah Aku sadar, bahwa Aku berbeda. Dan sejak saat itu pula Aku jadi mengacuhkan setiap makhluk yang hanya Aku saja melihatnya sesuai perintah Ibu. Orang orang menyebutnya Indigo. Tapi bagiku, Aku Indigay, karena Aku seorang Indigo yang juga gay.

* * *

Dua puluh tiga tahun berlalu. Tepatnya sekarang usiaku menginjak 27 tahun. Selama itu juga Aku berpura-pura tidak melihat dan tidak mendengar saat makhluk-makhluk lain yang mencoba mendekatiku. Aku tidak hanya bisa melihat, Aku bisa mendengar dan menyentuh mereka yang tak terlihat.

Beragam bentuk yang kulihat, mulai dari bentuk manusia dengan anggota badan lengkap dan anggota badan berceceran hingga yang terbungkus kain kafan seperti pocong, kuntilanak, genderuwo dan lain sebagainya. Tapi Aku mulai terbiasa. Saat bertemu dengan makhluk tak kasat mata alias hantu itu, Aku mengalihkan pandangan agar mereka tidak sadar kalau Aku bisa melihat keberadaan mereka.

Selama ini Aku bisa mengelabui hantu-hantu itu. Terkecuali satu hantu yang menemuiku dua hari yang lalu.

"Gung, udah selesai?"

Seseorang mengagetkanku. Ternyata hanya atasanku yang bernama Laura. Aku tersadar dari lamunanku. Aku sedang bertopang dagu diatas meja kerjaku. Aku hampir saja lupa memberikan hasil laporan keuangan yang disuruh Bu Laura untuk kukerjakan.

"sudah bu" jawabku berdiri dari kursiku, berjalan menuju ke ruangan Bu Laura untuk menyerahkan hasil pekerjaanku.

Ah sial!..sosok itu muncul lagi disamping pintu ruangan Bu Laura.

"Saya tau kamu bisa liat saya" ujarnya.

Lagi-lagi dia mengikutiku. Sudah dua hari ini dia selalu muncul tiba-tiba disampingku. Aku selalu mengacuhkannya. Berpura-pura tidak mendengarkan suaranya.

Aku membuka pintu ruangan Bu Laura, menyerahkan Laporan yang kubuat. Sebagai Supervisor Finance dan Accounting di perusahaan tempatku bekerja. Aku menjadi salah satu kaki tangan Bu Laura, Managerku.

Setelah memberikan hasil laporan keuangan yang kubuat, Aku kembali menuju meja kerjaku. Kadang Aku bosan karena di ruangan sebesar ini hanya ada Aku dan Bu Laura yang terpisah dengan sekat kaca berpintu.

Sosok itu mendekatiku. Ia duduk tepat di sisi mejaku. Pantatnya indah, kenyal memantul karena terhimpit meja kerjaku, jelas sekali. Ia tidak menembus meja, tapi hanya Aku yang melihatnya. Aku berusaha untuk tidak memandang bokong kenyal yang indah miliknya. Aku tidak mau terangsang. Dia laki-laki, dan Dia hantu. Tapi dia memiliki Pantat bohay dan sexy sekali. Seandainya dia manusia, sudah pasti akan kutampar berkali-kali bongkahan pantatnya.

Dia telanjang. Makanya Aku bisa melihat keseluruhan tubuhnya yang menggiurkan. Tubuhnya seperti binaragawan, Dadanya besar, putingnya sexy seukuran penghapus di pensilku, dan perutnya Sixpack. Aku juga tidak jauh berbeda dengannya. Tubuhnya hampir mirip denganku yang sering pergi ke tempat Fitness. Tapi yang mengganggu otakku bukanlah bagian selangkangannya. Aku menyukai bagian belakangnya. Jelas saja Aku suka, bongkahan pantat laki-laki muscle adalah fantasi sexku selama ini.

"Agung Prakasa, Saya tau kamu bisa liat saya" ujarnya lagi.

Aku seharusnya bersyukur. Dia hantu satu-satunya yang menemuiku dengan anggota tubuh lengkap dan tampan, hanya saja kemana semua pakaiannya, kenapa dia harus telanjang. Oh shit! , penisku mengeras melihat bongkahan pantatnya saat ia berdiri membelakangiku.

"mau sampe kapan kamu pura pura nyuekin saya?" tanyanya menggaruk pantatnya. Sialan, Aku jadi berhasrat melihat keseksian pantatnya.

Aku mengedarkan pandangan kesekeliling. Aku tidak mau ada hantu lain yang mendengarku bercakap-cakap dengan hantu ini.

Aku mengeluarkan nafas cukup kencang, berdecak sedikit dan memulai obrolan,"Oke...Mau kamu apa?"

"nah gitu dong, kalo diajak ngobrol hantu itu nyaut" Dia malah cekikikan

Hantu itu mendekatiku, Ia kembali duduk diatas meja seolah sekretaris yang sedang menggoda bossnya. Dan lagi-lagi pantat kenyalnya harus tepat terlihat di mataku.

"kenalin dulu, Saya Ramadandra. Panggil aja Rama, saya nggak suka dipanggil Dandra" ujarnya berceloteh ria. Hantu yang tampak bahagia.

Aku lagi-lagi mengalihkan pandangan mataku. Bukan karena berpura-pura tidak melihat. Tapi Aku tidak kuat melihat bongkahan pantatnya yang membuat penisku mengeras ingin menggesek dan bersentuhan di belahan pantatnya. Apalagi kulitnya yang coklat tan, itu warna kulit tersexy bagiku. Aku jadi membayangkan kulit putihku menggesek tubuhnya yang coklat tan dari belakang. Fantasiku memang aneh. Aku yang putih tidak menyukai laki-laki berkulit putih pula. Aku lebih suka laki-laki muscle dengan kulit coklat tan, seperti Zac Efron contohnya, kadang Aku berkhayal Zac Efron menjadi bottomku.

"to the point aja, mau lu apa?" tanyaku sedikit kasar.

"kasar amat" sungutnya, "percuma ganteng"

Mendengar pujiannya hatiku jadi berdegup kencang. Otakku semakin tak karuan. Aku mau tubuhnya. Tapi dia hantu. Dia betul-betul menyiksa hasratku.

"lu kenapa harus telanjang, bisa pake baju nggak!" sergahku memutar kursi berpaling dari pantatnya.

"kenapa sih? lu doyan pantat gua? emang sih sexy abis kan, gua juga ngerasa gitu sih"

Aku mendelik sebentar, lalu memalingkan pandangan lagi, "kalo keperluan lu bahas pantat, gua nggak ada waktu"

Mata sialan ini tidak mau lepas dari keindahan bokong hantu sialan yang duduk seenaknya di mejaku.

"kalo nggak ada penting-penting banget, mending lu pergi dan jangan nongol lagi!!" bentakku serius.

"Kamu ngusir Ibu, gung?"

Aku membalikkan kursi, ternyata ada Bu Laura di belakangku, tepat didepan mejaku. Rama, si hantu itu tertawa bahagia.

"bbb....bukan Bu, Saya cuma.., cuma belajar akting buat bikin konten di tidtod" Aku terbata-bata dan menjawab asal.

"katanya kamu nggak suka main tidtod, jangan lupa follow dan like konten saya, biar FYP" ujar Bu Laura si penggemar tidtod, "oh ya, titip kalo ada yang nyariin Saya, Saya ada urusan di luar sama pak Frengky"

Aku mengangguk, Pak Frengky itu Big Boss disini. Selepas kepergian Bu Laura, Aku mendelik kearah hantu telanjang yang tertawa di depanku.

"buruan jelasin!, mau lu apa?"

Selain Aku tidak mau berurusan dengan hantu. Aku tidak mau berurusan dengan laki-laki telanjang.

"ya sabar dong" ujarnya tersenyum, "abis lu nyuruh gua pake baju, kalo bisa gua lakuin, udah gua lakuin dari gua mati bingung seminggu yang lalu"

Rama kembali memutar tubuhnya membelakangiku. Pantatnya lagi dan lagi, Sial!!.

"muka lu ngadep gua aja bisa nggak?"

Aku berusaha mengontrol nafasku yang memburu.

Rama mendongak, seperti berusaha mengingat sesuatu, "gua nggak inget banget kejadian kenapa gua bisa mati, ...gua bangun di gudang pabrik belakang perusahaan ini, dengan keadaan telanjang, tapi jasad gua nggak tau dimana" raut wajah Rama mulai sedih, "gua nggak masalah sih gua mati, tapi masalahnya...gua mau dikubur secara layak, dan gua nggak liat ada garis polisi di lokasi gua bangun" Rama mulai menangis, tangisnya pilu, seandainya orang biasa yang mendengarnya, sudah dipastikan bulu kuduk akan merinding. Sayangnya Aku sudah terbiasa mendengar tangisan hantu seperti Rama.

Aku sedikit terkejut. Aku memang tidak mendengar ada berita pembunuhan atau penemuan mayat di area belakang perusahaan, yang Aku tahu itu adalah gudang kosong, tidak ada yang berani mendekat kesana karena dianggap horor. Aku tak tega melihat tangisnya, Aku berdiri dan memberinya pelukan. Seperti yang kukatakan, Aku bisa menyentuh mereka. Tubuhnya dingin, jelas saja, karena Rama adalah hantu.

Aku merengkuh pipi Rama, kuseka air matanya yang mengalir, "nggak ada gung, orang yang mau mati penasaran dan jadi hantu" lirihnya, "apalagi hantu telanjang" Rama menyindir dirinya sendiri.

"gua bisa bantu apa?" tanyaku melembutkan nada bicara.

"apa lu mau, bantuin gua cari jasad gua, abis itu kubur gua dengan layak, gua yatim piatu, nggak punya siapa-siapa, gua udah perhatiin lu dari sejak gua bangun, sejak lu pura-pura nggak liat genderuwo penunggu pohon beringin di samping kantor lu. Gua tau lu bisa liat, lu bisa nyentuh makhluk yang nggak kasat mata, apalagi saat lu liat gua didepan lu, orang lain pasti bakal nabrak gua, tapi lu... lu ngehindar biar gak nyentuh gua. Gua nggak tau mau minta tolong sama siapa, gua ketemu lu, dan gua pikir lu satu-satunya yang bisa bantu gua" kubiarkan Rama berceloteh panjang lebar, Aku mendengarkannya dengan seksama.

"iya...gua bantu" ujarku berusaha menenangkan. Gila! Aku menenangkan hantu. "bisa diinget lagi kenapa lu bisa nyampe ke gudang kosong itu?"

"gua Personal Trainer di Artis Fitness, Kost gua deket sini, malem itu gua pulang kerja, terus motor gua mogok di jalan depan gudang, udah itu gua nggak inget lagi" lirih Rama. Ia kembali menangisi kemalangan hidupnya.

Rama benar, tidak ada yang mau mati penasaran. Semua yang mati, pasti ingin mati dengan tenang. Hanya saja, beberapa kasus memang mati penasaran masih ada, arwah tersebut masih bergentayangan karena ada yang belum mereka selesaikan di dunia, sama halnya Rama. Rama hanya ingin dikebumikan secara layak, tidak lebih.

"nggak ada cara lain, pulang kerja gua ke gudang belakang, abis itu gua pindah tempat fitnes di tempat lu" ujarku meyakinkan.

Kebetulan Aku memang kenal dengan nama tempat Fitness yang dimana Rama bekerja ditempat itu. Itu tempat Fitness yang cukup terkenal dan mahal, terpaksa Aku harus merogoh kocek lebih untuk mengurus kasus kematian Rama.

"makasih ya gung" Rama berhenti menangis, Ia mulai tersenyum tipis, "gua jadi hantu cengeng amat ya"

Mendengar ucapan Rama, Aku tidak bisa menahan tawa. Rama mengerucutkan bibirnya karena Aku menertawainya.

"sorry Ram, abis lu kocak banget" ujarku melepas rengkuhan tanganku di pipinya.

"lu beneran nggak bisa pake baju?" tanyaku penasaran, karena kuperhatikan sejak tadi rama bisa duduk di meja, kulitnya menyentuh meja.

"sebenernya gua belum coba, lagian gua hantu bukan maling, masa gua sembarangan ambil baju orang" jawab Rama kebingungan.

"lu ikut gua ke toilet bentar" ujarku menarik pergelangan tangan Rama dan bergegas keluar dari ruangan menuju toilet umum kantor yang ada diujung gedung.

Rama berusaha melepaskan tangannya, tapi Aku mencengkramnya dengan kuat "eh...gua mau diapain di toilet, lu nafsu ama pantat hantu"

Aku tersenyum simpul tak mendengarkan ocehan Rama yang berontak minta dilepaskan. Tubuhnya cukup berat saat kutarik paksa keluar ruangan. Rama menembus pintu kaca. Dia betulan hantu, walau tak ada cacat di tubuhnya.

"Pak Agung, Bu Laura ada di tempat nggak?"

Kulirik suara wanita yang memanggilku. Ia adalah Yuni, wanita itu berdiri di belakang meja resepsionis yang kulewati, terpaksa Aku harus berhenti sebentar dan melepas cengkraman tanganku di pergelangan tangan Rama.

"kenapa yun? ada perlu apa?" Aku melontarkan pertanyaan.

"ini ada yang nyariin di telepon, katanya penting pak, saya sambungin ke ruangan Bu Laura nggak diangkat" jawab Yuni.

"Bu Lau lagi pergi sama big boss"

"bapak mau terima nggak, katanya urgent banget pak" ujar Yuni menyerahkan gagang telepon.

"lu tunggu sini, awas! jangan kemana-mana" Aku mengancam Rama.

"saya disini terus kok pak, nggak akan kemana-mana" Yuni tertunduk, wajah putihnya merona, Ia terlihat tersipu malu, pasti Yuni menyangka Aku berbicara dengannya.

Kurapatkan gagang telepon ke telingaku, "halo, dengan Agung Prakasa, Finance Accounting PT Genta Jaya Otomotif (pembaca TTM pasti taulah ya), ada yang bisa saya bantu?" sapaku memperkenalkan diri.

"halo Pak Agung. Ini saya Aya dari PT Medan Mekar Karya Indonesia" jawab suara wanita diujung sana.

"ooh.. PT Memek Kari, ya ada yang bisa dibantu Bu Aya" Aku kembali bertanya, Yuni dan Rama malah tertawa bersamaan.

"hahaha, Bapak Jorok" wanita bernama Aya tertawa

Aku ikut tertawa, "singkatannya kan gitu Bu, PT Saya Genjot, PT Ibu Memek Kari"

"waduuh... Genjot Memek Kari dong pak kalo digabung" wanita bernama Aya ikut tertawa lagi di ujung sana

"Jadi gini pak Agung, masalah Purchase Invoice yang kemarin bermasalah, pihak kami udah nyiapin berkasnya ulang, bisa ketemu sore ini nggak pak, soalnya penting banget pak, atasan saya udah nanyain payment dari PT genjot yang masih ke hold" Aya Menjelaskan. Aku memang ingat ada urusan dengan perusahaan itu.

"sore ini ya" Aku diam sejenak, kupandangi Rama yang masih berdiri disampingku yang ada didepan meja resepsionis, Ia tampak sedang meniup Yuni yang sejak tadi memandangiku, "ya udah deh bu, nanti kabarin aja via Wa ya, nanti bakal disebutin sama Yuni resepsionis saya, saya lupa bawa hp"

"siap pak, makasih ya Pak Agung Genjot, Aya Memek Kari bakal ngehubungin bapak via WA" ujar wanita bernama Aya.

Aku memberikan gagang telepon ke Yuni, dan segera menarik tangan Rama lagi, "ayo ikut gua!" Aku memerintah.

"nggak bisa Pak!, saya belum waktunya istirahat" Yuni menimpali.

"bukan Kamu, tapi hantu ini nih" jawabku meninggalkan Yuni yang kebingungan.

Aku terus menarik paksa tubuh telanjang Rama. Aku tidak khawatir Ia terhimpit pintu yang kubuka, toh Rama bisa menembusnya. Sesampainya di toilet, Aku membawa Rama masuk kedalam bilik WC. Kulucuti semua pakaianku hingga Aku ikut telanjang didepannya.

"anjing, itu kontol!" Rama memekik, Ia menutupi matanya dengan tangan, "bangke, gede amat" ujarnya tak mau membuka mata.

Sejak tadi Aku memang tegang karena melihat kemolekan tubuh maskulin Rama.

"lu serius mau ngapa-ngapain gua, gua hantu gung, inget" ujar Rama lagi.

"nggak usah Ge-er" ujarku meletakkan semua pakaianku di kepalanya, tapi ternyata tembus dan jatuh ke kakinya.

"gua cuma mau mastiin lu bisa pake baju apa enggak, ternyata enggak"

Aku menyeringai licik, "ya udahlah nanggung, sekalian nih, udah sama-sama telanjang, gua belum pernah nyobain bokong hantu" bisikku di telinga Rama.

"fuck!!, nggak mau, itu bukan kontol, itu knalpot racing" Rama mundur ketakutan dan menembus pintu bilik WC, "tar gua kesini lagi kalo lu udah waras, lu gila... hantu aja mau diewe" teriak Rama dari luar. Suara Rama hilang.

Sial!! Rama pergi

Huuh... satu-satunya cara, terpaksa harus coli.

Next chapter