22 The Love Book

Tak adakah cinta yang tak memandang rupa atau kasta? Jika ada, aku ingin merasakannya. Siang itu kegaduhan mulai terjadi di perpustakaan. Sekelompok gadis cantik mulai menghampiriku yang tengah membaca buku bersama Zhai Lian. Cemoohan demi cemoohan kudapatkan, lagi-lagi aku tak bisa melawan mereka. Power-ku kurang kuat dari sekelompok gadis kelas B itu.

Terlihat Lian mulai menutup buku dan berdiri dari kursinya,

"Tak bisakah kau menjaga ucapanmu itu, Yui? Apa dengan kau menghina Lin, kau terlihat lebih baik?" tegur Lian yang mulai menuding keras. Yui mulai menatap sinis.

"Jadi, kau mulai membela gadis terbawah ini? Lian, bukalah bola matamu, lihat Min Lilly, dia selalu ada untukmu dan bahkan penampilannya lebih baik dari pada gadis aneh dari kelas F ini." ucap Yui yang mulai berdiri menatap Lian.

Lian menyeringaikan bibirnya, "Aku lebih baik memiliki seorang gadis dari kelas terbawah daripada harus memilih wanita sombong seperti dirimu dan rekanmu."

Seluruh anggota girls out terperangah kaget mendengar ucapan tak terduga yang keluar dari mulut anak konglomerat terkaya di seluruh penjuru negeri Cina, Zhai Lian.

"Lebih baik kita keluar dari sini, Lin daripada melihat tingkah gadis angkuh yang membuat hatiku geram." tambah Lian yang mencoba menarik lenganku tuk meninggalkan perpustakaan.

"Apa yang dia lakukan, mengapa memilih pergi bersama Yuan Lin bukan denganku?" kesal Min Lilly dengan menghentakan kakinya ke lantai.

Aku tak tahu bahwa Lian akan berkata demikian kepada Girls out, sekelompok gadis populer yang ada di sekolah, padahal beberapa pria sekolah mengidamkan untuk memiliki kekasih seperti mereka, sementara Lian, dia berbeda. Memang boleh kuakui bahwa Lian pria yang baik, dia tak memilih teman dalam berkawan walaupun dia adalah seorang pewaris tunggal dari sebuah perusahaan besar di Beijing. Sikapnya yang rendah hati semakin membuatku takjub.

"Maaf, Lian karena diriku, kau jadi dipermalukan di depan umum."

"Sudahlah, ini semua bukan salahmu, Lin. Gadis seperti mereka patut dibalas seperti itu, jadi santai saja. Kurasa bukan aku atau kau yang dipermalukan tetapi mereka." ucap Lian yang membuat hatiku tenang. Sedikit demi sedikit senyuman mulai terlukis indah di wajah Lian bagaikan sebuah pelangi kebahagiaan yang datang setelah badai kesakitan. Entah mengapa ada dua tipe pria pintar yang berbeda satu menyenangkan tetapi satu lagi sangat menyebalkan bahkan saking menyebalkannya sampai menguras semua emosi dan tenaga.

Siang itu setelah berbagai masalah kuhadapi, kuputuskan untuk kembali ke kelas. Nampaknya, hanya sahabatku lah yang bisa menghapus setiap dukaku.

"Yuan Lin, cepat kemari." teriak Shu In dari dalam kelas dengan tangannya yang melambai-lambai seakan mengisyaratkanku untuk segera masuk menghampirinya. Aku bergegas memasuki ruangan dan menghampiri mereka.

"Ada apa?" tanyaku sembari menyidik sesuatu yang nampaknya baru saja terjadi.

"Lihatlah, aku menemukan buku bagus. Kurasa ini akan membantumu dalam menyampaikan seluruh rasamu pada Jianghan." ucap Fen dengan suara yang lirih.

Mendengar kata Jianghan, mataku kembali terbuka lebar seakan mendapatkan gairah baru tuk menyambut sebuah buku indah yang dibawa oleh Shu In, "Apa? Buku apa?"

Shu In mulai mengangkat sebuah buku dengan sampul merah bergambar mawar bertuliskan "1001 Tips For Express Your Love." Aku mulai terperangah kaget, membaca judulnya saja sudah membuatku geli. 1001 tips tentang tata cara mengekspresikan cinta, kedengarannya agak konyol. Sungguh tak masuk akal.

"Apa yang harus kulakukan dengan buku bodoh semacam ini?" tanyaku yang membuat Shu In geram hingga memukul kepalaku dengan buku yang ada digenggamnya.

"Sembarangan saja kalau bicara, ini bukan buku sembarangan tapi buku keramat." kesalnya hingga membuatku mengusap kepala dengan penuh penyesalan.

"Jadi, dengan buku ini kau akan dituntun untuk menyatakan perasaanmu pada Jianghan." ucap Fen yang mulai menyanggah dagunya sembari mencoba menjelaskan buku yang dipegang oleh Shu In. Aku mulai mengerutkan dahiku penuh penasaran.

"Kau tau, menurut orang yang sudah mempraktikannya buku ini sangat ampuh. Aku yakin Jianghan akan terkesan dengan perbuatanmu bak seekor ikan dalam daratan." jelas Shu In.

"Bahkan jaminannya 90% berhasil." tambah Fen yang menguatkan isi buku yang dibawa oleh Shu In

"Apa? Jaminan berhasilnya hanya 90%? Ah, itu sih percuma saja masih ada kegagalan, mengapa tidak 100% saja supaya bisa langsung mujarab? Mereka membuatnya terlalu berlebihan, aku tak suka."

Lagi-lagi aku menganggap bahwa semuanya masih terdengar sia-sia dan tak memberi pengaruh apa-apa bagi sosok pria cuek dan tak mudah di tebak seperti Jianghan.

Terlihat Fen dan Shu In mulai memutar bola mata malas dan menghela napas panjangnya seakan heran dengan perkataanku yang selalu saja dinilai pesimis.

"Yang terpenting kau sudah berusaha, Yuan Lin!" teriak Fen tepat di telingaku sembari melipat kedua lengannya di dadanya, "Ditolak atau tidaknya, itukan urusan Jianghan."

"Tapi, jika kau tak mau mencobanya, tidak apa-apa aku akan kembalikan buku ini kepada temanku." ucap Shu In yang mencoba tuk memasukan kembali buku bersampul mawar itu ke dalam tas ransel putihnya.

"Jangan, aku akan mencobanya." halangku dengan menahan lengan Shu In.

"Kalau begitu bawalah buku ini, kau baca sedikit demi sedikit setelah itu lakukan. Kami akan membantumu." Bisik Shu In dengan serius

Mataku mulai ikut menyidik, "Membantuku? Apa aku tak salah dengar, bukankah kala itu kalian juga berkata demikian tetapi kenyataannya malah meninggalkanku bersama Jianghan, apa itu disebut dengan membantu?"

Shu In dan Fen mulai meringis sembari menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

"Itu berbeda, Lin. Jianghan hari itu sangat mengerikan membuatku takut untuk membantumu."

"Kau ini alasan saja."

Tiba-tiba seorang pria datang mengambil paksa buku yang kugenggam erat.

"Buku apa ini, Lin?" tanya pria itu dengan suara serak basah.

"Itu buku cinta. Kembalikan." cetus Fen yang mulai merebut buku mawar di tangan sosok pria tinggi dengan mata menatap penuh kebingungan.

"Buku cinta? Apa kau ingin menyatakan cinta? Apa selama ini kasihku tak sampai pada hatimu, hingga membuatmu ingin menyatakan cinta pada pria lain?" tanya Liao Jin yang mulai terheran-heran sembari menatapku aneh.

"Tidak, Jin. Aku hanya ingin membacanya saja."

"Syukurlah, jika tak ada pria lain di hatimu, hampir saja dadaku sakit mendengarnya. Kau tahu, aku akan selalu ada untukmu susah ataupun senang. Tapi, untuk apa kau membacanya, Lin?" tanyanya lagi sembari tangannya terus mengelus lembut dadanya.

Fen mulai menyenggol lengan Jin dengan kasar, "Apa seperti itu caramu mencintai temanku?"

"Apa aku salah jika aku mencintainya?"

"Kau terlalu berlebihan, Liao Jin." tambah Shu In

"Bukan urusanmu." cetus cuek Jin pada kedua sahabatku, lalu tatapan dan nada bicaranya berubah seketika menatapku, "Untuk apa kau membaca ini, Lin?"

"Aku hanya ingin tahu mengenai lika-liku cinta saja." jawabku dengan menyodorkan senyum agar tak membuatnya curiga, aku tak ingin membuat Liao Jin kecewa karena hanya dialah yang sudah lama mengharap lebih padaku.

"Syukurlah." ucapnya yang nampaknya sedikit lega dengan ucapanku. Sepertinya aku harus memberanikan diri untuk menolaknya masuk ke dalam hidupku, karena suatu saat cepat atau lambat ia pasti akan tahu bahwa aku hanya menyukai sosok pria dingin seperti batu itu.

"Seharusnya kau bilang saja sejujurnya pada Liao Jin bahwa kau hanya menyukai Jianghan bukan dia." desis Fen

"Apa kau sudah gila, Fen? Caramu itu akan menyakiti hatinya, apa kau tak lihat bagaimana ia merasa tersakiti hingga menyentuh dadanya hanya karena melihat Lin membaca buku cinta ini?"

Fen mulai mengangguk paham begitu juga aku hanya bisa menghela napas beratku mendengarkan perkataan Shu In.

Hari itu, kupandangi terus buku mawar milik kawan Shu In. Rasanya ingin cepat-ce pat mengakhiri pelajaran dan segera pulang tuk membaca buku cinta yang satu ini. Tapi, nampaknya jam di dinding menolak dan tak mau bergerak cepat. Lagi-lagi aku menghela napas panjangku. Apakah benar dengan berbekal buku ini banyak nyawa cinta yang terselamatkan hingga mengatakan kalau buku ini adalah buku keramat yang 90% cara yang dilakukan akan berhasil menarik cinta.

Terlihat sedikit meragukan, tapi apa boleh buat jika harus dicoba. Tapi, jika aku kembali ditolak, aku menjadi semakin tak punya harga diri sebagai wanita. Tapi, kurasa tidak Jianghan juga takkan mempermalukanku. Lagipula jika aku ditolak nanti, setelah lulus sekolah aku takkan bertemu lagi dengannya.

"Jianghan, kali ini aku tak tahu apa yang harus kulakukan nanti. Tapi, dengan buku tips cinta ini aku akan membuatmu penasaran dan ingin selalu dekat denganku. Aku yakin hari itu pasti terjadi." gumamku dalam hati sembari kedua bola mataku terus menatap sebuah buku bersampul merah tanpa henti, rasanya kisah cintaku akan bergantung dengan buku yang diklaim keramat ini.

avataravatar
Next chapter