2 Di Pohon Itu Dia Menangis

Bahagia sekali hari ini, penjualan corundum yang tidak begitu mengecewakan. Air mineral dan protein sudah didapatkan, target utama hari ini sudah terselesaikan, tinggal satu hal lagi yang ingin aku kerjakan. Aku terus berjalan ke arah timur, menuju pusat pasar lima-lima. Berdasarkan informasi yang aku dapatkan dari penjual makanan tadi, pusat pasar berada di bagian timur pasar lima-lima di ujung jalur utama. Di situ berdiri banyak toko yang tentunya menjual berbagai macam barang dagangan ataupun jasa. Pusat pasar sebagaimana mestinya adalah lokasi yang paling ramai dikunjungi orang. Karena masih ada satu hal yang aku ingin selesaikan dan di lokasi tadi aku pun belum menemukan toko yang aku butuhkan itu, maka aku tertarik untuk pergi ke pusat pasar dengan harapan bisa menemukan toko yang aku butuhkan dan sekedar berjalan-jalan.

"Kakak, kakak, ayo cepat. Nanti terlambat. Pertunjukannya mau dimulai!"

Terlihat seorang anak laki-laki menarik-narik lengan kakaknya, berusaha sekuat tenaga untuk mempercepat langkah sang kakak. kakaknya pun mempercepat langkah kaki untuk mengimbangi kecepatan jalan adiknya itu. Adiknya terlihat sangat bersemangat dan mereka berdua terlihat sangat bahagia. Tapi entah kenapa, tiba-tiba air mata ini menetes perlahan membasahi pipi sebelah kanan wajahku. Kebahagian yang dia perlihatkan barusan, aku tahu, aku paham dan aku mengerti perasaan kakak anak laki-laki tadi. Mempunyai saudara adalah kebahagiaan bagi seorang manusia. Beruntunglah orang-orang yang menyadari kebahagiaan itu.

Sepertinya mereka berdua pun sudah sangat tidak sabar untuk melihat pertunjukannya, tiba-tiba kakaknya menggendong adiknya dan sang kakak pun berlari sambil menggendong adiknya tersebut. Aku ... aku hanya bisa terdiam, tersenyum dan menangis melihat kebahagian yang dia berikan padaku hari ini. Aku usap air mataku, berdoa untuk kebahagian mereka.

Terus berjalan menulusuri jalan utama, terlihat di sisi kanan dan kiri jalan, pertokoan yang semakin padat. Berbeda dengan pertokoan yang aku kunjungi tadi, toko-toko di area ini bersebelahan satu sama lain pada satu bangunan tinggi. Dari pengatamanku, kebanyakan bangunan di sini mempunyai dua lantai hanya beberapa saja yang mempunyai tiga lantai. Satu bangunan rata-rata terdiri atas dua toko yang berbeda. Terus mengamati nama-nama toko yang tertulis di dinding depan toko tersebut, sampai saat ini aku belum menemukan toko yang aku butuhkan. Aku pun terus berjalan menulusuri jalan utama pasar, sampai melewati satu tikungan jalan ke arah kanan, aku hentikan langkahku.

"Ramai sekali!" Tiba-tiba saja aku bicara sendiri.

Sudah lama aku tidak melihat keramaian seperti hari ini. Saat ini matahari sudah mulai bewarna kemerahan. Sepertinya aku banyak menghabiskan waktu di toko makanan tadi. Tak kusangka, toko makanan tadi mempunyai dua ruangan yang terpisah. Pertama kali memasuki toko itu untuk melihat-lihat ternyata aku hanya mengunjungi bagian depan toko tersebut. Kedua kali mengunjungi toko tersebut setelah aku menjual kristal di toko gemstone, pemilik toko makanan itu mengajak aku masuk ke ruangan bagian dalam yang lebih besar dengan stok makanan yang lebih beragam dan lebih banyak. Pemilik toko tahu kalau aku adalah pendatang dan bukan warga asli sekitar pasar lima-lima, dia mengajakku ke dalam untuk memperlihatkan jenis makanan lain yang dia dapat dari luar kota. Dia mengatakan bahwa jenis makanan-makanan yang dia pajang di ruangan depan adalah jenis-jenis makanan lokal kota ini. Dia takut orang asing sepertiku tidak terbiasa dengan rasa dan jenis makanan tersebut, oleh karena itu dia langsung mengajakku masuk ke dalam.

"Silakan, Tuan. Makanan di sini sengaja saya datangkan dari luar kota untuk memenuhi kebutuhan pendatang-pendatang asing yang berkunjung ke pasar ini. Apa ada jenis makanan yang ingin saya bantu carikan?" tanya penjaga toko.

"Sepertinya saya akan mencarinya sendiri," jawabku.

"Baik, Tuan. Ini keranjang belanja untuk anda, setelah selesai anda bisa bawa belanjaan anda ke ruangan depan tadi dan bertemu dengan kasir untuk pembayaran," tambah penjaga toko itu.

"Terima kasih."

Aku pun mulai melihat-lihat makanan yang ada di ruangan ini. Makanan yang sering aku beli di kota-kota sebelumnya semuanya ada di sini. Anggur kering, cabai kering, apel kering, empal sapi, abon burung dan di sini pun mereka menjual garam, benar-benar toko makanan yang lengkap. Berjalan perlahan sambil memperhatikan harga setiap jenis makanan untuk aku ingat dan bandingkan dengan harga-harga sebelumnya, sepertinya memang harga di sini agak sedikit mahal. Stok makananku saat ini hanya tinggal anggur kering saja, aku putuskan untuk menambah persediaan anggur kering, jenis buah kering lain, dua jenis protein, garam dan cabai kering. Aku pun terus melihat-lihat jenis makanan lain dan harganya. Aku pikir akan lebih bijak jika aku tidak tergoda dengan makanan enak dan mahal di sini, mencoba jenis makanan baru yang ada di ruangan depan sepetinya tidak buruk juga.

Setelah membawa anggur, apel, jeruk kering, empal sapi dan garam aku pun berjalan menuju ruangan depan dan bertemu dengan pejaga toko.

"Tuan, makanan khas dari kota ini apa ya?" tanyaku padanya

"Abon ikan adalah makan khas kota ini dan di antara makanan khas lainnya, abon ikan inilah yang laris dibeli oleh para pendatang. Saya pikir mungkin karena rasa abon ikan dari kota ini tidak berbeda jauh dengan rasa abon burung yang umum dikonsumsi warga saat ini," jawab penjaga toko itu padaku.

"Baiklah, Tuan. Tolong ambilkan 5 gelas abon ikannya, 10 mangkuk besar sorgum dan 5 botol besar air mineral."

"Baik, Tuan."

Penjaga toko itu pun mengambilkan barang-barang yang aku butuhkan tadi. Setelah membayar makanan dengan uang sebanyak 15 koin perak aku pun pergi meninggalkan toko makanan itu dan berjalan menuju pintu keluar. Belum sampai pintu keluar, tiba-tiba saja aku teringat sesuatu, masih ada toko yang belum aku temukan. Aku berjalan kembali ke tempat pembayaran di toko itu dan bertanya kepada penjaga toko. Dia menyarankan untuk pergi ke pusat pasar lima-lima di sebelah timur pasar di ujung jalan utama. Sebenarnya dia juga ragu toko itu masih ada atau tidak, namun dia meyakinkanku bahwa dulu di pusat kota masih ada toko yang aku cari itu. Dengan bermodal kemungkinan, aku pun memutuskan untuk pergi ke pusat pasar.

Pusat pasar di sini memang sangat ramai, terlihat banyak sekali pengunjung yang datang untuk sekedar berjalan-jalan, menonton pertunjukan dan berbelanja. Ujung jalan utama tadi ternyata memang pusat pasar itu sendiri. Tepat di ujung jalan utama tadi, jalan yang rata tiba tiba berubah menjadi anak-anak tangga yang terus menurun sampai kira-kira 20 langkah kaki sampailah di sebuah area jual beli dan pertunjukan. Banyak toko-toko kecil berderet di sekeliling area tersebut, di bagian tengahnya berdiri satu panggung pertunjukan yang sangat besar. Namun, satu hal yang menjadi pusat perhatianku sejak pertama kali melihat ke arah bawah dari ujung jalan utama tadi, yaitu dua pohon beringin besar yang berada di masing-masing sisi kanan dan kiri panggung. Pohon itu ... mengingatkanku akan dirinya.

Berusaha untuk melupakan kenangan itu, aku berjalan perlahan berkeliling area pusat pasar tersebut sambil tetap mencari toko yang aku cari dan sedikit cemilan. Tidak lama berjalan tepat di dekat pohon beringin itu, aku menemukan toko penjual kue kemudian aku membeli beberapa potong kue sorgum kering. Sambil makan, sambil terus berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara tangisan anak kecil. Terus berusaha mendengar suara itu dan melihat-lihat di sekitar, aku melihat tepat di samping pohon beringin itu, berdiri seorang anak kecil. Anak itu terus menangis, kepalanya menunduk, tangan kirinya terlihat sedang memegang sesuatu dan lengan kanannya terus mengusap air mata yang tak henti-hentinya mengalir.

Aku tidak tahan lagi, aku langsung berlari ke tempat anak kecil itu, kemudian aku langsung memeluknya.

"Adikku, jangan menangis. Kakak ada di sini menjagamu."

avataravatar
Next chapter