webnovel

Prolog

Ini adalah hari dimana aku menguburkan adikku, hari di mana aku benar-benar kehilangan semuanya.

Aku sudah tidak punya apa-apa, mau itu keluarga atau rumah, aku sudah tidak memilikinya.

Orang tua kami meninggal dua tahun lalu karena kecelakaan pesawat, mereka berdua di nyatakan meninggal bersama dengan 70 penumpang yang lain.

Dan akhirnya meninggalkan kami berdua sendirian.

Aku harus tetap menjaga adikku, itulah yang aku pikirkan saat orang tua kami meninggal, jadi aku terpaksa berhenti sekolah, dan mencari pekerjaan.

Awalnya, semua baik-baik saja, aku dan adikku bisa bertahan dalam keadaan kami yang di tinggal oleh orang tua kami.

sampai pada suatu hari, kami mengetahui bahwa orang tua kami, memiliki hutang yang amat besar.

itu membuatku kewalahan, aku harus mencari pekerjaan tambahan lain untuk dapat membayar hutang, Bahkan adikku yang yang masih duduk di sekolah menengah pertama harus ikut membantuku.

Tapi, itu tetap tidak cukup, hutang kami terlalu besar, dan upah kami terlalu kecil, jadi pada akhirnya rumah kami di sita.

Aku dan adikku terpaksa harus mencari apartemen kecil dimana kami bisa tinggal.

"Maaf aku tidak bisa mencari cukup uang untuk membayarnya"

Aku meminta maaf pada adikku, tapi bukannya amarah yang keluar darinya, dia malah hanya tersenyum padaku dan berkata.

"Asalkan kakak tidak meninggalkan ku, aku tidak masalah harus tinggal di manapun!"

Dia mengatakan itu dengan senyum lebar di wajahnya.

aku tidak bisa melakukan apapun, dan hanya memeluknya dengan mata sembab menahan air mata.

Hari itu, di dalam hati aku berpikir, aku akan menjaga adikku yang berharga, tidak perduli apapun resikonya, aku akan membuatnya bahagia.

Tapi, takdir berkata lain...

Suatu hari, adikku pingsan saat dia pulang dari sekolah, teman-temannya memanggilku, dan aku segera menjemputnya dan membawanya ke dokter.

Dan setelah dokter selesai memeriksa adikku, apa yang dia katakan benar-benar membuat hatiku hancur.

Adikku mengidap penyakit serius di dalam dirinya, kanker otak.

Saat aku mengetahui itu, dunia di sekitarku seakan berakhir, Apa ini? apa aku akan kehilangan adikku juga? Apa aku akan sendirian di dunia ini?

"Kakak apa aku sakit parah?"

Adikku bertanya padaku dengan wajah tak berdosa nya, Aku bisa melihat bahwa wajahnya memang sedikit pucat.

Aku perlahan mendekatinya, mengelus kepalanya dan mendekapnya dengan hangat.

"Tidak, kau tidak sakit sama sekali...Aku...aku berjanji akan menjagamu...aku berjanji kita akan selalu bersama"

"Baik"

Adikku menjawab dengan nada bingung, tapi tidak masalah, aku telah menetapkan hatiku.

Aku ingin terus berpikir positif, setidaknya kanker itu belum mencapai stadium akhir, jadi adikku masih bisa di selamatkan.

Itulah yang aku pikirkan pada awalnya...

Pada akhirnya, setelah beberapa bulan, masalah kami tetap sama, Uang.

Pengobatan adikku terhalang oleh biaya rumah sakit yang besar, Padahal aku sudah mengambil lebih banyak pekerjaan untuk menutupi biaya nya.

Tapi, tetap saja itu semua tidak cukup.

Pada bulan ketujuh setelah hari dimana aku mengetahui tentang penyakit adikku, Dia tiba-tiba kembali pingsan di saat kami sedang makan malam.

Aku segera membawanya kerumah sakit, Dia pingsan selama tiga hari, dan di saat dia bangun dari pingsan nya, aku segera masuk kedalam ruangan untuk menjenguknya.

Di dalam ruangan aku bisa melihat adikku yang terbaring lemas tak berdaya, dengan wajah pucat.

Aku perlahan mendekati ranjang rumah sakit di mana adikku terbaring, dan duduk di kursi di sampingnya.

Aku memegang lengannya dengan lembut dengan kedua tanganku, dan berbisik dengan pelan.

"Maaf...maafkan aku..."

Aku ingin meminta maaf atas semua yang terjadi padanya, jika saja aku bekerja lebih keras, kami tidak akan kehilangan rumah kami, Jika saja aku bekerja lebih keras, adikku tidak akan menderita seperti ini.

Aku terus menyalahkan diriku sendiri, dan tak terasa air mataku mulai menetes, membanjiri lengan adikku yang aku genggam.

Mungkin merasakan ada seseorang yang memegang lengannya, dan juga rasa rasa basah dari air mataku, Adikku akhirnya membuka matanya.

Matanya yang sudah sedikit kehilangan cahayanya perlahan melirik ke arahku,

Aku berusaha menghapus air mataku yang keluar, dan mengubah raut wajahku menjadi senyuman agar dia tidak khawatir.

"Apa kau sudah baikan? Apa masih ada yang sakit? atau apa kau lapar? Aku akan membelikanmu makanan jika kau lapar, tunggu sebentar ya"

Aku berkeinginan untuk beranjak pergi dari sana dan pergi memanggil dokter, setelah itu aku akan membeli makanan untuknya, tapi sebelum aku dapat pergi, Aku di hentikan dengan sebuah lengan yang menggenggam erat tanganku.

Itu adalah tangan adikku yang menggenggam tanganku.

Dia tersenyum, dan membuka mulutnya perlahan untuk mengucapkan apa yang ingin dia katakan dengan suara lirih.

"Terimakasih, aku baik-baik saja....Tapi....Anda...siapa?"

Itu adalah kalimat pertama yang dia ucapkan sejak dia siuman dari pingsanya, kalimat yang membuat hatiku kembali hancur.

Aku perlahan melepaskan genggaman adikku, dan berkata dengan lembut.

"Aku bukan siapa-siapa, aku akan menjelaskannya nanti, tapi tolong tunggu sebentar ya, aku akan memanggil dokter"

Lalu, aku pergi memanggil dokter dan menjelaskan apa yang terjadi barusan.

Dokter segera memeriksanya, dan setelah selesai dia menjelaskan apa yang terjadi padaku.

Menurut dokter, kanker yang ada pada adikku sudah cukup menyebar ke saraf yang mengurus ingatannya, sehingga itu membuat ingatannya kacau.

Dengan kata lain, adikku sekarang lupa ingatan.

Kabar dari dokter kali ini, benar-benar membuatku hancur, waktu di sekeliling ku rasanya berhenti, dan telingaku tidak dapat menangkap apa yang di katakan dokter.

Setelah hari itu, adikku mulai sering pingsan, jadi aku memutuskan untuk membuatnya di rawat di rumah sakit.

Dan beberapa waktu lalu, adikku kembali pingsan.

Dia pingsan sekitar dua Minggu, dan setelah dia bangun, kondisinya semakin parah, wajahnya semakin pucat, dan matanya semakin tidak fokus.

Saat dia terbangun dari pingsannya, aku sering kali meminta izin pada dokter untuk mengajaknya jalan-jalan dengan kursi roda.

Dan hari ini pun sama, aku mengajaknya jalan-jalan di sekitar rumah sakit untuk menghilangkan kejenuhan karena terus menerus berada di dalam ruangan.

Saat aku sedang mendorong kursi roda adikku, dia bertanya padaku dengan suara lirihnya.

"Terimakasih karena mau mengajakku jalan-jalan, tapi aku ingin meminta maaf sebelumnya, tapi anda ini sebenarnya siapa?"

Dia menanyakan itu dengan suara bingung dan juga sedikit bergetar.

Aku hanya tersenyum dan menjawab dengan lembut.

"Aku hanya orang yang ingin menjagamu"

Hanya itu, ya, hanya itu yang aku katakan.

mungkin kalian akan bertanya-tanya kenapa aku tidak mengatakan yang sebenarnya.

well, aku sudah melakukannya sebelumnya, tapi setelah beberapa hari adikku akan lupa lagi, lalu ada suatu waktu di mana dia mencoba mengingat dan tidak melupakan tentang aku, tapi dia mengeluarkan darah dari hidungnya, jadi aku berhenti memberi tahunya yang sebenarnya sejak itu.

"Apakah benar hanya itu saja?"

Dia bertanya dengan nada serius, dan aku hanya menjawab dengan senyum ramah dan berkata "Yup! hanya itu saja!"

Berusaha agar tidak membuatnya lebih parah.

Tapi, apapun yang kami lakukan, dan sekeras apapun aku berusaha, Jika takdir berkata lain, maka manusia tidak bisa berbuat apapun.

Beberapa bulan setelahnya, keadaan adikku semakin parah, dia bahkan tidak di perbolehkan lagi untuk hanya sekedar berjalan-jalan di sekitar taman menggunakan kursi roda.

Kuantitas pingsanya semakin meningkat, dan hidungnya selalu mengeluarkan darah.

Apapun yang sudah di lakukan dokter terlihat seperti tidak ada artinya, kemo terapi, obat, dan juga berbagai hal lainnya, semua itu tidak dapat membantu nya.

Dan akhirnya, di bulan ke 24 sejak penyakitnya di ketahui, Adikku meninggal dunia.

Satu-satunya keluarga yang aku punya juga pergi meninggalkan aku sendirian, tidak ada lagi yang tersisa di dunia ini untukku.

Setelah pemakaman adikku di hari berhujan itu, aku tetap tinggal di sana untuk beberapa saat.

menatap kosong pada kuburan adikku yang basah terkena air hujan.

Aku tidak mengerti, kenapa ini terjadi padaku?

Walaupun aku sudah berusaha sebaik mungkin, kenapa ini tetap terjadi padaku?

Kenapa harus aku?

Kenapa hanya aku yang masih hidup?

Hey...seseorang jawab aku...

Seseorang tolong beri aku jawaban...

Aku tidak ingin hidup sendiri di dunia ini..

Keluargaku....

Keluargaku....mereka adalah duniaku, segalanya bagiku...

Kenapa hanya aku sendiri yang hidup...

Aku tidak ingin seperti ini.

Aku tidak ingin di tinggal sendirian, jika mereka mati, aku juga ingin mati!

"Kumohon seseorang jawab aku!! kumohon bawa aku juga!!"

Aku berteriak sekeras mungkin, hatiku tidak kuat lagi menahannya, air mataku sudah tidak dapat aku tahan lagi, semuanya sudah mati, semuanya sudah berakhir.

"Kumohon! Pertemukan aku lagi dengan mereka!! Aku tidak ingin semua ini! Aku ingin bersama mereka lagi! Kumohon! Kumohon! Kumohon...!"

Aku berujud di tanah, memohon untuk seseorang dapat menjawab permohonan gilaku.

Aku tau jika semua ini hanya omong kosong, jeritanku tidak akan di jawab oleh siapapun, sekeras apapun aku memohon permohonan ini tidak akan terkabul.

Aku tau itu, tapi aku tidak bisa menahannya lagi, aku hanya ingin berteriak dan menangis sekarang, setidaknya mungkin itu akan membuatku merasa lebih baik.

"Bagaimana jika itu katakan itu bisa saja terjadi?"

Tapi, berlawanan dengan apa yang aku pikirkan, sebuah suara menjawab permohonanku.

Aku langsung mendongakkan kepalaku mencari sumber dari suara yang menjawab permohonanku itu, dan di depanku duduk seseorang yang tidak dapat aku mengerti dengan akal sehat manusia.

Pria itu duduk di atas sebuah batu besar melayang, memakai hodi merah dan juga celana panjang berwarna abu-abu tua.

Wajahnya hampir tidak dapat aku lihat, semuanya terlihat hitam, di tambah lagi dia menutupi kepalanya dengan tudung kepala dari hodie yang dia pakai.

Hanya bagian mulut dan juga mata yang dapat aku lihat secara samar-samar.

Aku dapat melihat deretan gigi tajam dari mulutnya yang selalu tersenyum kejam, dan juga sepasang mata putih bersih tanpa pupil.

Pria itu tersenyum padaku seperti mengejek, lalu menunjuk padaku dengan jari hitam legamnya.

"Kau...jika aku mengatakan aku bisa mengabulkan keinginan mu, apa yang akan kau lakukan?"

Suaranya dalam, tapi juga tinggi di saat yang bersamaan, ini terasa seperti dua orang dengan suara berbeda bicara secara bersamaan, suara mereka saling tumpang tindih.

Apa maksudnya? Apa dia mengatakan dia bisa menghidupkan kembali keluargaku? bukankah itu tidak mungkin? siapa dia sebenarnya?

Ada banyak pertanyaan di kepalaku yang ingin aku tanyakan kepadanya, tapi anehnya lidahku terasa aneh, rasanya sangat kaku dan aku bahkan tidak bisa membuka mulutku sedikitpun.

"Ahhh...maaf, aku lupa untuk membuat lidahmu bisa bergerak juga di sini"

Mengatakan begitu, pria aneh itu lalu menjentikkan jarinya, dan tiba-tiba lidahku sudah bisa di gerakan.

"S-siapa kau?"

Aku mempertanyakan hal yang paling penting saat ini, siapa dia?

"Ah...maaf-maaf, aku lupa hal yang paling penting sebelum memulai pembicaraan, perkenalkan, namaku adalah invizz"

Dia melompat dari batu tempat dia berdiri sambil memperkenalkan dirinya, dan melayang secara perlahan ke batu di mana aku berada sekarang.

Saat dia mendarat, rasanya seperti tidak ada gravitasi di kakinya, dia menyentuh daratan seringan bulu, bahkan aku tidak mendengar suara apapun dari langkah kakinya yang berjalan mendekat kearahku.

Dia berhenti di jarak sekitar lima meter dariku, dari sini aku bisa semakin jelas melihat seperti apa dia.

Di balik tudung kepalanya itu, dia sama sekali tidak memiliki apapun selain mata dan mulutnya, yang ada hanyalah gumpalan asap di mana mata dan mulut itu menempel, apa itu masih bisa di sebut menempel? rasanya mulut dan mata itu hanya melayang di sana.

"Dan tempat ini di sebut sebagai Void, dan aku Invizz, adalah penguasa di tempat ini, kau bisa memanggilku vizz jika kau mau"

Dia kembali tersenyum setelah memperkenalkan dirinya padaku, gigi-giginya yang tajam terlihat semakin mengerikan jika di lihat dari dekat.

"Tempat ini adalah perbatasan antara berbagai dimensi, dan aku adalah orang yang menjaganya"

Ini menjadi semakin aneh, apa maksudnya perbatasan antar dimensi? Apa maksudnya ada dimensi lain selain dari dunia tempatku tinggal?

Aku ingin menanyakan banyak hal padanya, tapi aku tidak bisa, jadi aku hanya diam di sana terus memperhatikan nya.

"Dunia ini bisa di sebut sebagai cabang, perlintasan, jembatan atau apapun itu, kau bisa menyebutnya apa saja, tapi yang pasti dunia ini bukanlah duniamu yang sebelumnya"

Baiklah, kalau itu aku sudah paham, tidak mungkin di duniaku akan ada hal yang tidak masuk akal seperti ruang kosong dengan batu-batu besar melayang di mana-mana.

"Intinya yang aku ingin katakan adalah, karena kau berada di sini berarti kau sudah tidak berada di dimensimu atau di dimensi yang lain, kau berada di tengah-tengah nya"

Dia membuat sebuah gerakan dengan tangannya seakan membuat sebuah ruang kecil.

"Sampai sini apa kau mengerti apa yang aku katakan?"

Dia bertanya padaku apakah aku mengerti apa yang dia katakan, tapi walau dia bertanya padaku apa aku mengerti atau tidak, kurasa aku mengerti, tapi aku tidak yakin aku bisa percaya tentang itu semua sekarang juga.

"Yah, kalau kau tidak percaya juga tidak masalah, yang aku perlukan darimu adalah apa  kau mengerti atau tidak tentang apa yang aku bicarakan"

Dia menggaruk kepalanya, dan sedikit memiliki wajah bermasalah di wajahnya, aku seperti mendengar dia bergumam (Aku payag dalam menjelaskan sesuatu) atau mungkin aku hanya salah dengar.

"Yah, cukup dengan basa-basi nya. jadi bocah, kau ingin bertemu dengan keluargamu lagi kan?"

Dia menanyakan pertanyaan yang benar-benar penting sekarang, dan di saat bersamaan juga konyol jika kau memikirkannya.

"Apa itu benar-benar memungkinkan?"

"Yup, kau bisa bertemu mereka lagi jika kau mau"

Aku sedikit mengernyitkan mataku.

"Tapi bukankah mereka sudah mati, jangan memberiku harapan palsu, aku tidak ingin hatiku tersakiti lagi"

Air mataku akan keluar lagi, tapi aku menahan nya agar tidak keluar, aku tidak ingin orang lain melihatku menangis.

"Bukankah sudah ku bilang kalau aku bisa melakukannya? Biar kuberi tau kau nak, mereka saat ini masih hidup"

Dia mengatakannya dengan santai, seakan itu adalah hal biasa.

"Apa? apa maksudmu masih hidup!? aku baru saja memakamkan adikku barusan, dan aku juga hadir di pemakaman orang tuaku, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri saat jasad mereka di kuburkan!"

Aku berteriak padanya, jika dia hanya bercanda, itu bukanlah candaan yang menyenangkan, jadi aku mencampurkan amarahku kedalamnya.

"Heh, tenanglah bocah. Biar aku jelaskan padamu, saat ini adik dan juga orang tuamu masih hidup di dunia yang berbeda, mereka masih sehat di sana"

"Bagaimana bisa?!"

Aku mendesaknya untuk segera menjawab.

"Ini cukup mudah, di saat kematian mereka, aku hanya menarik jiwa mereka yang sekarat, menyegarkan kekuatan hidup mereka, lalu mengirim jiwa itu ke tubuh baru yang sudah aku siapkan di dunia yang berbeda, itu saja, mudah bukan"

Dia membuat gerakan tangan seperti seseorang yang sedang bercanda, dan menjelaskan semua itu seakan itu adalah sebuah hal yang sangat mudah baginya.

tapi semakin aku mendengarkanya, semakin tidak masuk akal jadinya.

"Apa itu benar-benar bisa di lakukan?"

Dia tertawa kecil saat aku menanyakan itu padanya. dia berjalan mendekat ke arahku, sekarang jarak kami hanya sekitar 1 meter.

Dia mengangkat tangannya, lalu meletakkan jari telunjuknya di keningku.

"Setelah aku melakukan ini, mari kita lihat apa kau masih tidak percaya atau tidak"

Setelah mengatakan itu, jari telunjuknya mulau bersinar, lalu dari jarinya aku bisa merasakan gelombang kejutan yang masuk kedalam tubuhku, rasanya seperti kau sedang di setrum dengan tegangan listrik rendah, tidak menyakitkan tapi tetap membuatku terkejut.

Aku merasa tubuhku terdorong mundur sedikit, tapi anehnya saat aku mundur, aku masih bisa melihat tubuhku yang berdiri tegak di depan invizz dengan keadaan mata yang terpejam.

"A-apa yang terjadi? Kenapa aku bisa melihat diriku? U-uoowwoooh!!"

Saat kebingungan, aku menyadari bahwa aku yang di belakang sudah tidak memiliki tubuh, aku hanya seperti kumpulan asap biru dengan bentuk manusia tanpa kaki, seperti hantu yang sering kau lihat di film, tapi dengam warma biru.

"Aku baru saja mendorong jiwamu keluar dari tubuhmu, yang kau lihat di depanmu ini adalah tubuh manusiamu, dan kau saat ini hanyalah sebuah jiwa tanpa tubuh, sangat rentan bahkan hanya dengan tiupan kecil, aku bisa membuatmu menghilang"

Jiwa? maksudnya dia baru saja mencabut nyawaku barusan, tapi tidak terasa sakit sama sekali, apa yang dia katakan itu jadi benar? tapi itu tidak mungkin kan.

Tapi, dari apa yang dia lakukan, seperti nya dia tidak mungkin Bohong.

"Jadi...apa yang kau bilang sebelumnya!! Apa kau benar-benar bisa membuatku bertemu keluargaku? Apa kau bisa menghidupkan mereka kembali!?"

"Tentu saja! Kau pikir apa yang baru saja aku lakukan?Yang harus aku lakukan hanyalah melemparmu ke dunia baru itu dengan tubuh barumu"

Dia menjawab dengan cepat, tidak ada keraguan di dalam suaranya, itu berarti apa aku benar-benar bisa bertemu keluargaku lagi?

Tapi sebelum itu, ada satu hal lain yang ingin kutanyakan.

"Tapi dari tadi kau bilang 'Tubuh baru' apa maksudnya itu? apa adiku dan orang tuaku memiliki tubuh berbeda di dunia itu?"

"yeah, aku harus melalukan itu, karena jiwa mereka sudah tidak cocok dengan tubuh mati mereka, sekalipun aku memaksa jiwa mereka untuk kembali ke tubuh lama mereka, jiwa itu akan terdorong lagi keluar, jadi aku membuat tubuh baru lagi untuk mereka, tapi jangan khawatir aku membuatnya semirip mungkin dengan tubuh lama mereka, jadi kau akan tetap mengenali mereka di sana"

Itu membuatku sedikit tenang, setidaknya mereka tidak akan terasa asing bagiku nanti.

Lalu, jika memang benar dia bisa melakukan itu semua, aku sangat ingin bertemu mereka lagi, tapi ada satu hal yang mengganjal perasaanku dari tadi.

"Apa yang kau inginkan? kenapa kau berbuat sejauh ini untukku?"

Tidak mungkin bagi seseorang yang bahkan baru saja bertemu, akan langsung percaya dengan janji yang terlalu luar biasa seperti itu, pasti dia menginginkan sesuatu dariku.

Dan seperti yang kuduga, dia mulai tersenyum lagi, kali ini senyuman di wajahnya berbeda, itu terasa seperti seakan dia mengetahui bahwa aku akan menanyai ini.

"Kau sangat cepat tanggap. kalau begitu, aku hanya ingin satu hal darimu"

"Katakan"

aku mendesaknya untuk mengatakan apa yang dia inginkan.

"Di dunia itu, carilah mawar putih, jaga mawar itu sampai kau bertemu dengan sayap merah, itulah yang aku inginkan darimu"

Cari mawar putih dan juga sayap merah? apa itu, aku tidak mengerti

"Apa maksudmu? Apa itu mawar putih dan sayap merah? apa ada sejenis mawar berwarna putih dan burung berbulu merah di dunia itu?"

"Salah, itu bukanlah hewan atau tumbuhan, tapi yang pasti kau akan mengetahui nya saat kau menemukan nya"

Apa maksudnya itu? bagaimana aku bisa tau kalau itu sesuatu yang aku cari jika aku belum pernah melihatnya?

"Santai saja, walaupun kau tidak tau itu, kau akan mengenalinya saat kau berhasil menemukannya, tidak perlu banyak bertanya kau hanya perlu mencarinya"

Mencurigakan, tapi untuk sekarang aku akan mengangguk saja.

"Lalu, apa kau tidak ingin hal lain dariku?"

"yup! aku hanya ingin itu darimu"

Orang yang sungguh aneh, ku kira dia akan meminta bayaran lain seperti meminta aku menjual jiwaku padanya, tapi dia tidak melakukannya.

"Aku bukanlah iblis yang kau lihat di film-film, aku hanya seorang pria yang menjaga tempat ini"

Oh sial, aku lupa dia bisa membaca pikiranku.

Tapi terserahlah, yang penting sekarang adalah apa yang dia katakan tadi.

"Baiklah! Asalkan aku bisa bertemu mereka kembali, aku rela melakukan apapun!"

"Hahahahhahah!! Bagus! Kau sangat mudah untuk di bujuk! Kalau begitu, aku akan mengirimkanmu di mana orang tua dan adikmu berada!"

Setelah itu, dia maju ke roh ku yang berdiri di belakang tubuh manusiaku, dia meletakan tanganya di atas kepalaku, dan bersiap untuk menjentikan jarinya dengan tangan miliknya yang lain.

"Dan ingatlah ini nak! Di dunia itu, kau tidak akan secara langsung bertemu dengan mereka, carilah keberadaan mereka, barulah kau bisa melakukan reuni keluargamu, dan jangan lupa carilah mawar putih, dan juga Sayap merah di dunia itu, Aku berharap banyak padamu, Nak!"

Setalah itu, dia menjentikkan jarinya dengan bungi *Tik yang keras.

Dan dunia di sekitarku mulai terasa gelap, dan aku perlahan kehilangan kesadaran ku.

Next chapter