"Kamu aja, aku udah tadi sama si Dito di tongkrongan." Tian nolak ajakan Hafshah buat makan martabak bareng.
"Tuh da, ngebohong kan?"
"Ngga, serius aku mah, tanyain aja si Dito."
"Oh yaudah, Aca makan ya."
Tian cuma ngangguk, ngeliatin Hafshah makan terus sesekali minum teh buatan Hafshah.
"Ca, Tian masih penasaran." Ucap Tian sambil menaruh gelas di atas meja.
"Kenapa?"
"Kenapa Aca selalu nolak Tian? Apa karna Tian suka nongkrong? Kan Tian juga ngga ngerokok, Ca. Apalagi mabuk." Ucap Tian mulai nanya alasan kenapa Hafshah selalu nolak Tian.
Hafshah tersedak begitu dengar pertanyaan Tian yang berulang kali selalu ditanyakan.
"Eh, maaf Ca.. Minum minum." Tian dengan sigap langsung kasih minum buat Hafshah.
Hafshah minum agar rasa tersedaknya hilang. Hafshah menghela nafas.
"Tian, Aca juga ngga tau.. Aca mohon, jangan tanya lagi itu ya?" Jawab Hafshah memohon.
Memang, hampir setiap kali bertemu, pasti Tian menanyakan hal itu. Wajar, sih, Tian selalu nanyain hal itu ke Hafshah, soalnya Tian butuh alasan yang jelas.
"Tapi, Ca, Tian pengen tau alasan Aca nolak Tian."
"Tian, kamu tau kan Aca itu ngga mau pacaran?" Hafshah melempar pertanyaan.
"Astagfirullah, Ca. Tian kan bukan ngajak Aca pacaran, Tian cuma mau khitbah kamu dan setelah kamu lulus baru Tian nikahin.. " Jelas Tian serius. Suasana diantara mereka mulai sesak.
"Kita sahabatan aja, ya? Kita berdoa aja mana yang pantes buat kita, Aca lebih nyaman jadi sahabat Tian."
Begitu Hafshah dan Tian sedang mengobrol, tiba-tiba Gina datang. Seperti yang tadi sudah Hafshah bilang, Gina disuruh datang buat dengerin ceritanya sekaligus makan-makan.
"Eh.. Tian lo disini?"
"Ngapel, yaaa?"
Tanya Gina menebak-nebak.
"Bukan ngapel, ngepel!" Jawab Tian sedikit lantang dan berakhir tawa.
Hafshah ikut tertawa, kedua sahabatnya itu memang sudah seperti racun kebahagiaan.
Gina datang tidak hanya membawa raga nya saja, tapi Gina bawa Totebag yang isinya Hadiah dari pacarnya.
"Eh, apa tuh? Totebagnya sweet banget." Tanya Hafshah menghampiri Gina dan mengintip isi Totebag milik Gina.
"Nanti deh gue ceritain." Jawab Gina cengengesan.
"Yaudah, kalo gitu gue pulang dulu ya, ngga enak kalo ganggu dua kakak beradik kembar ini." Ucap Tian tertawa, memberi candaan yang sudah tidak asing lagi bagi Hafshah dan Gina.
Mentang-mentang Hafshah dan Gina bersahabat, selalu aja dianggap kakak beradik.
"Eh, ngga mau gabung? Gapapa lo gabung aja, kita BBQ-an disini." Ajak Hafshah ke Tian.
"Yaudah kalo maksa, boleh deh, wkwk."
"Idih.. Ngga ada yang maksa juga." Ucap Hafshah dan Gina kompak.
"Tuh kan kompak, fix sih ini kalian adik kakak."
Tiada hari tanpa tertawa, Hafshah bersyukur bisa bersahabat dengan dua orang seperti mereka.
Habis luka timbul tawa.
Tian bertemu Hafshah saat Hafshah menjadi murid baru kelas 12 di sekolahnya, Tian mengenali Gina karna Hafshah selalu menceritakan tentang Tian kepada Gina dan sebaliknya.
Dan suatu hari Hafshah memutuskan untuk jalan-jalan bersama Gina dan mengajak Tian. Disitulah awal perkenalan Gina dan Tian dimulai...
*****
Hafshah mengajak Tian dan Gina untuk duduk dulu di Ruangan Tamu, sementara Hafshah menaruh piring dan gelas bekas dia makan tadi dengan Tian ke dapur.
"Gin! Tian! Sini coba ke dapur!" Panggil Hafshah dari dapur, Gina dan Tian menghampiri Hafshah.
Hafshah meminta bantuan untuk membawa peralatan BBQ ke halaman rumah.
Kemarin Hafshah membeli cukup banyak daging khusus BBQ dari salah satu Restoran BBQ, dan kebetulan stok dagingnya masih tersisa, jadi Hafshah akan memakannya bersama dua orang sahabatnya.
Mereka bertiga membagi tugas, Tian membawa Alat pemanggang, Gina membawa piring beserta selada, dan Hafshah membawa daging-dagingan beserta bumbunya.
Mereka langsung menuju halaman rumah dan menaruhnya di taman depan teras rumah.
Hafshah berlari menghampiri ibunya, "Mah, Aca mau BBQ-an boleh kan?"
"Iya boleh, mamah mau nonton sinetron dulu nih lagi rame." Jawab Bu Rini mengizinkan dan masih fokus menonton sinetron di TV.
Hafshah berlari menghampiri Gina dan Tian di luar, dan pesta BBQ dimulai....
*****
-14 Aug 2020-