1 STARS

"Mbak Jingga! Mbak Jingga! Hadap sini…!" teriak para wartawan yang silih berganti tidak ada habisnya. Ditambah lagi dengan kilatan jepretan kamera berkelap-kelip kearahnya, membuat Jingga menolehkan kepalanya kearah kanan, kiri, dan depan sambil berpose manis.

"Ssst…" Panggil Jingga pada wanita yang tepat berdiri disampingnya.

"Ya…?" bisik Rere.

"Kapan acara selanjutnya? Gue udah mulai bosan basa basi dengan pers." masih dengan nada berbisik. Yang dibisiki hanya mampu melirik panik.

"Kupastikan secepatnya." Ungakapnya cekatan. "Para hadirin, mari kita langsung ke acara penandatanganan buku novel terbaru "The Love That Has Never Been Told" dari Jingga Azzahra." Umumnya kepada semua yang hadir dan disambut dengan rasa antusias dari barisan para penggemar yang sejak tadi sudah berkerumun memadati lobi utama sebuah Mal elit dikawasan Jakarta Selatan itu.

Jika Rere sudah bertindak maka tak ada yang dapat menghalanginya. Jingga tersenyum puas kepada Manajer sekaligus sahabatnya ini karena jika tanpanya maka Jingga akan tertatih memahami kultur Indonesia dan seluk beluknya. Jingga sendiri mengenal Rere pada saat Rere mengambil kelas kursus singkat Bahasa Korea selama musim panas di negeri ginseng itu beberapa tahun lalu ketika mereka masih sama-sama seorang mahasiswi. Rere tidak mengetahui sebelumnya kalau Jingga, guru part time Bahasa Korea yang mengajarnya ternyata blasteran Indonesia dan fasih berbahasa Indonesia, semenjak Rere mengetahui kalau ternyata guru part time Bahasa Koreanya ini adalah blasteran Indonesia akhirnya mereka menjadi dekat lalu memutuskan untuk bersahabat.

Rere sangat menyukai Jingga karena tidak sombong dan tidak pernah neko-neko bahkan Rere sendiri tidak pernah menyangka kalau Jingga atau yang dia kenal selama ini sebagai Lee Hana adalah anak orang kaya, pemilik Jiara Farm Corporation yang bergerak dibidang pangan dan perkebunan terbaik diseluruh negeri hingga Indonesia. Jingga tidak pernah menyombongkan hartanya, dia berpenampilan cukup sederhana untuk dilevelnya dan hebatnya masih mampu memakan segala jenis makanan kaki lima sepanjang itu halal.

Melihat Jingga hari ini kadang membuat hati sahabatnya miris, karena kesibukannya sebagai penulis yang karyanya telah seringkali diangkat ke layar lebar membuat Jingga tidak bisa serileks dulu bahkan dalam keadaan sakitpun dia tetap melakukan apa yang menjadi kawajibannya untuk tetap melakukan promo tour saat launching bukunya, sedihnya tanpa mengeluh. Bagi Rere ini adalah keluhan Jingga yang pertama kali keluar dari bibirnya, maka Rere tidak mau menganggapnya sepele.

"Baiklah, para hadirin sekalian sekarang saatnya penanda-tanganan novel terbaru dari Jingga Azzahra, mohon mengantri dengan baik, ya." Ujar Rere tersenyum ramah.

Satu persatu orang-orang yang hadir sebagai basis fans dari novel-novel Jingga dan sebagai fans dari Jingga sebagai seorang Jingga itu sendiri mulai berbaris rapi menuju meja podium tempat dimana Jingga akan memberikan tanda tangan langsung dan foto bersama.

"Hai, nama kamu?" tanya Jingga ramah kepada seorang gadis remaja sambil bersalaman.

"Hani, Mbak Jingga. Ya ampuun aku nge-fans banget sama Mbak." Ucap Hani semringah bertemu dengan idolanya. Jingga sibuk menanda-tangani buku milik Hani lalu terakhir berfoto bersama Hani.

Next… ujar Rere dalam hati agak tidak sabar melihat Hani. "Oke, hati-hati langkahnya ya." Tuntun Rere. "Oke, selanjutnya silakan…" lanjut Rere kepada yang lainnya sampai akhirnya pada giliran lelaki tegap yang sudah mengantri yang sejak tadi menarik perhatian Rere karena tampangnya yang ganteng itu.

"Hello, your name?" tanyanya pada salah satu penggemarnya ini sambil meraih bukunya untuk ditanda-tangani. "Your name?" ulang Jingga kepada lelaki ini yang sedari tadi memandangi Jingga.

"Ah, ya! Dinan. I'm sorry…" jawabnya terbata yang akhirnya dibalas dengan senyuman Jingga. Setelahnya Jinggapun mengajaknya berfoto.

"Thank you." Ucap Rere padanya lalu mempersilakan orang selanjutnya hingga akhirnya acaranya hari itu rampung seluruhnya menyisakan kelegaan luar biasa bagi kedua.

***

"Reeeee… makan nasgor pinggir jalan yuk." Ajak Jingga bersemangat.

"Ya ampun, Jingga… lo belum kenyang? Tadi lo udah makan donat, trus lo makan ayam goreng. Masih bisa nampung perut lo?"

"Jahat… itu semua kan gue makan tanpa nasi." Jawab Jingga dramatis membuat Rere merinding dan akhirnya mengalah demi kesehatan hati serta jiwa raga.

"Ya udah mau makan di mana?"

"Naaahh gitu dong. Itu baru Rere. Gue bersih-bersih dulu, mending lo juga deh. Nggak usah kayak anak baru gitu kali…" ledek Jingga riang sementara yang diledek memasang wajah manyun.

***

Jingga makan nasi goreng Apjay dengan lahap, dia sangat lapar dan nasi goreng ini sungguh mengugah selera.

"Pelan-pelan makannya Jingga…"

"Gue laper banget sih, Re." jawabnya sambil nyengir.

"Gue heran, lo sudah makan banyak masih saja lapar." Rere geleng-geleng tak percaya.

"Re, yang tadi itu makan rasa bisnis, nah… yang sekarang nih baru beneran makan."

"Iya deh, suka-suka lo saja…" cengir Rere memahami tabiat sahabatnya ini.

"By the way, Re… rasanya besok gue mau pergi ke museum deh. Gue pernah dengar cerita nyokap soal tahun 65-an gitu, katanya kalau gue sempat mesti berkunjung ke museum yang berkenaan dengan sejarah 65 itu." Membuat Rere melongo tak berkedip menatap Jingga.

"Lo serius?" masih dengan tatapan tak percaya, "Mau gue temenin?" ujarnya lagi membuat yang ditanya hanya menggeleng ringan.

"Santai, Re, gue bisa pergi sendiri. Lagian lo kan sibuk urus kontrak-kontrak gue besok, ya kan?" pertanyaan Jingga dijawab dengan anggukan kecil oleh Rere.

"Kenapa tiba-tiba tertarik?" Rere masih mencoba mengintrogasi sahabatnya, ada rasa khawatir menggelayut dihatinya.

"Tidak tiba-tiba, Re… sudah lama juga, tapi kan lo tahu sendiri jadwal kita padat dan besok adalah jadwal kosong yang langka." Ungkapnya.

"Oke, tapi jangan mencolok yah, biar nggak dikejar penggemar berlabel 'aneh'." Rere memberikan gerakan tanda kutip di udara.

"Siaaappp, Bu." Cengirannya melebar dan kembali pada kegiatan makan malam mereka dengan khidmat serta melepas lelah mereka dengan berkeliling menikmati kuliner malam. Benar-benar membahagiakan…

avataravatar
Next chapter