63 SAKIT HATI

Happy Reading❤

Ifa memandang taman yang berada di bagian samping resto. Suasana sore ini agak lengang setelah tadi jam makan siang pengunjung membludak. Bagaimana nggak membludak kalau hari ini ada event khusus dalam rangka menyambut ulang tahun pertama resto mereka. Ditambah lagi Rendy, si chef ganteng, tadi siang menampilkan keahliannya memasak di depan para pelanggan yang sebagian besar wanita. Semua ini gara-gara Cilla mengunggah postingan di IG yang memperlihatkan foto Rendy memasak, shirtless😱🙈. Sehingga banyak pelanggan yang tertarik untuk datang. Strategi marketing yang hebat. Padahal Cilla mendapat foto itu dari Morgan, saudara laknat Rendy. Foto itu Rendy buat saat masih tinggal di Italia, saat summer yang bertepatan dengan ulang tahun pernikahan orang tuanya.

Untuk acara hari ini Rendy memamerkan keahliannya memasak pizza. Kali ini tentunya berpakaian lengkap. Ifa dan Alana tak ingin restonya digrebek oleh petugas. Apalagi babe dan emak sudah wanti-wanti agar mereka menjalani bisnis di jalan yang lurus. Nggak boleh aneh-aneh. Untunglah para pelanggan tidak protes. Bagi mereka bisa melihat langsung chef ganteng blasteran itu dari dekat sudah memuaskan rasa penasaran mereka. Memang bagi banyak wanita, pria yang jago memasak terlihat sangat seksi. Apalagi bila memang ditunjang wajah ganteng dan body proporsional. Tadi hanya dengan melihat otot-otot biseps Rendy, banyak pelanggan wanita yang teriak histeris. Bahkan Ifa sempat melihat beberapa pria melambai ikutan histeris. Ah, dunia sudah edan.

"Hey boss." Rendy menghampiri Ifa. Dia membawa dua gelas orange juice. Salah satunya ia berikan kepada ifa yang langsung menyeruputnya hingga habis.

"Wooo... slow down girl. My mom pernah bilang minum jangan terburu-buru supaya tidak keselek. Lagipula kalau kamu minum secepat itu, aku nggak bisa lama-lama ngobrol sama kamu."

"Ah, bisa aja kamu." Ifa memukul pelan lengan Rendy. "Thank you Ren for today. You're so amazing when you cook. No wonder, banyak yang tergila-gila sama kamu. Because of you, our profit increase. Aku bisa memberi bonus bulanan buat crew, walaupun tak seberapa."

"Bagaimana dengan bonus untukku?" Rendy memamerkan smirk-nya. "What do I get from you? Can I choose my bonus?"

"Selama permintaan kamu nggak aneh-aneh dan kita sanggup, you can ask anything." jawab Ifa.

"I want you to come to my place."

"Buat apa?" tanya Ifa heran.

"I would like to have my bonus on my place?"

"Hey, remember I'm a married woman. at least still married with him. I can't give your bonus if it's something inappropriate."

"Don't worry boss. I remember your status. Just come to my place tomorrow night." Rendy bersikap penuh rahasia.

"You're normal, aren't you? You don't have any kinky obsession, do you?" Rendy tergelak mendengar pertanyaan tersebut. Kembali Rendy memamerkan smirk-nya dan mengedipkan sebelah matanya.

"Otak kamu error" Rendy menyentil pelan kening Ifa. Setelah itu Rendy meninggalkan Ifa yang masih kebingungan.

"Pah, kenapa si Rendy?" tanya Alana yang sepertinya baru balik dari mushola. "'Gue liat-liat elo tambah akrab sama tuh bule. Ini bukan gara-gara elo ngidam yang aneh-aneh kan?"

"Yeee.. ngide banget sih elo, Al. Sudah lewatlah masa-masa gue ngidam. Kehamilan gue aja sudah lebih dari tujuh bulan. Bentar lagi juga brojol."

"'Terus tadi ngapain elo ngobrol berdua sama dia disini? Gue liat dia juga perhatian banget sama elo. Terutama sejak kejadian malam itu."

"Astaga.. mulai ngadi-ngadi nih otak lo. Gitu tuh akibatnya keseringan ngobrol sama emak. Fantasi lo jadi liar. Ini juga salahnya bang Zayyan. Sejak elo kawin sama dia, isi otak lo nggak jauh-jauh dari sela******an." Alih-alih tersinggung, Alana malah nyengir.

"Hehehe.. nggak gitu juga kali Pah. Wajarlah kalau gue curiga. Soalnya sikap Rendy ke elo tuh beda banget dengan sikapnya ke wanita lain. Bahkan di antara crew ada gosip kalau kalian tuh punya hubungan."

"Memang ada kan," jawab ifa santai. Jawaban yang membuat Alana melotot.

"Pah, jangan aneh-aneh deh. Elo tuh belum cerai sama babang Chico."

"Dia aja sudah sedia cadangan, masa gue nggak boleh punya cadangan juga. Dia lumayan juga kok buat dijadiin serep. Elo tau nggak Al, orang bule tuh lebih romantis. Bahkan kata orang-orang 'itu'nya gede lho."

"STOP!! Nggak usah lo terusin omongan lo. Elo beneran sudah gila ya. Apa ini cara lo balas dendam ke Rizky?"

"Wah, otak lo benar-benar gesrek nih. Apa sih isi otak lo akhir-akhir ini, Al?"

"'Lah itu tadi omongan lo kan mesum banget. Elo ngaku kalau punya hubungan dengan Rendy..Terus elo bilang kalau orang bule tuh romantis dan 'itu'nya gede. Waaah.. kacau...kacau... gue nggak ikutan ah untuk urusan ini." Alana hanya bisa menggeleng frustasi.

"Al.. al... elo kawin sama abang gue nggak bikin tambah pintar ya. Gue bingung, apa yang bikin abang gue klepek-klepek sama elo." Ifa tergelak setelah mendengar ucapan Alana. "Maksud gue gede itunya tuh gede toleransinya, pengertiannya. Beda sama cowok indonesia yang gue kenal. Bukan barangnya yang gede. Beneran kan, pikiran lo gak jauh-jauh dari urusan sela******an."

"'Ooh gue pikir 'itunya'." Kali ini Alana terkikik mentertawakan kebodohannya. "Oh iya, gimana hubungan lo sama Rizky? Apakah membaik? Elo sudah pernah ketemu calonnya?"

"Hubungan apa? Biasa aja, Al. Gue ragu apakah Rizky benar-benar mencintai gue. Yang gue tau dia nggak bisa pegang janjinya untuk tidak menduakan gue. Setelah gue melahirkan, mereka akan menikah. Bahkan mereka sudah memakai cincin tunangan. Dulu aja pas gue pacaran, gue nggak pakai cincin tunangan segala."

"Dulu kalian kan terpaksa menikah karena dijodohin."

"Apa bedanya Al? Kali ini dia juga dijodohin sama Shania. Entahlah beneran terpaksa atau tidak. Di depan gue sih dia bilang terpaksa. Nggak tau kalau di belakang gue."

"Sabar ya Pah. Ini kan gara-gara elo sendiri. Elo sih 'ogeb'. Jadi senjata makan tuan kan. Elo sih pakai acara minta pisah segala, padahal babang Chico sudah berkali-kali ngajak elo balikkan, tapi elo nggak mau. Gengsi lo kegedean. Lihat tuh akibatnya."

"Sudah ah, nggak usah diingetin kegoblokan gue yang sangat hakiki. Sekarang sudah terlambat. Kebahagiaan gue saat melahirkan nanti juga akan menjadi hal yang menyedihkan buat gue. Apalagi gue lihat si cewek sudah berharap banget dia bakal nikah sama Rizky."

"Apa susahnya sih Pah untuk kembali ke Rizky. Just say sorry and get back together. Elo masih cinta sama dia kan?"

"Dia ayah anak-anak gue, Al."

"Pertanyaan gue belum lo jawab. Elo masih cinta nggak sama dia? Ada nggak ada tuh anak-anak, elo cinta nggak sama dia?" Ifa hanya diam. Sejujurnya ia masih mencintai Rizky. Bahkan saat dia ke kantor Rizky waktu itu, ia ingin merekonsiliasi hubungan mereka. Namun semuanya gagal saat melihat cincin itu terpasang di jari manis mereka. Ifa kembali merelakan perasaannya. Sama seperti dulu.

"Yuhuuu.... hai cewek-cewek koplak." terdengar suara melengking Cilla. Benarlah, Cilla datang bersama Quina. Alana langsung menyambut Quina dan membawanya dalam gendongannya. Alana memang menyukai anak kecil. Dia terbiasa mengurus anak-anak panti yang dikelola oleh orang tuanya.

"Pa kabar madam Ipah? Masih stress nggak? Nggak usah lo jawab, keliatan dari raut wajah lo yang kusut. Keliatan banget elo juga kurang merawat diri. Ayo, gue ajak elo ke salon langganan gue. Biar elo dimake over disana. Puas-puasin merawat diri sebelum nanti elo benar-benar akan kehilangan me time gara-gara sibuk dengan tiga anak lo."

Dan disinilah kini Ifa berada. Di sebuah klinik perawatan sekaligus salon muslimah yang terkenal seantero jagat. Salon langganan para selebritis yang sudah hijrah.

"Cil, gue nggak betah. Kelamaan. Lagian sebentar lagi sudah mau maghrib."

"Tenang saja, elo sudah gue pesanin paket full yang bisa dikerjakan selama beberapa kali kunjungan. Untuk hari ini cukup perawatan wajah. Gue mau aura wajah lo berubah. Biar nggak kusut melulu." Cilla tak bisa dibantah. Ifa hanya bisa pasrah kalau sudah begini.

Setelah menjalani perawatan selama satu setengah jam, akhirnya Ifa bisa keluar dari salon tersebut.

"Gimana? Enak nggak totok auranya? Tuh, sekarang muka lo lebih kinclong, lebih cantik. Elo juga terlihat lebih relaks." tanya Cilla setelah Ifa selesai perawatan dan kini mereka berdua sedang menikmati cemilan bumil dan busui, wafel dan gellato yang menggoda selera.

Sementara itu Alana sedang asyik berjalan-jalan dengan Quina dan pengasuhnya. Kebetulan Alana mau membeli kebutuhan Zayyan sekalian membelikan baju untuk Quina. Ia paling senang melihat dan belanja baju bayi. Lucu-lucu. Tak lupa ia membelikan banyak perlengkapan bayi untuk 3 keponakannya.

"Elo itu jangan malas merawat diri, Pah. Jangan sampai suami lo diembat cewek lain. Lo liat dong gue, biarpun sudah melahirkan tapi body gue tetap terawat walau memang masih montok disana sini. Bang Athar bilang body gue kayak winnie the pooh, enak buat dipeluk."

"Cil, gue ngiri deh liat elo dan Athar."

"Ngiri kenapa? Nggak usah ngiri, nganan aja gimana?" Cilla mencoba bercanda untuk mencairkan suasana.

"Athar tuh cinta banget sama elo. Dia juga nggak berusaha merubah elo menjadi apa yang dia inginkan. Dia nggak banyak melarang. Elo pasti bahagia banget ya, Cil."

"Bahagia itu kita sendiri yang menentukan, Pah. Bukan cuma Athar yang cinta banget, gue juga sama. Gue cinta amat sangat banget sama asdos yang satu itu. Apalagi setelah dia menjadi suami dan ayah dari Quina. Cinta gue bertambah berlipat ganda. Dia memang tidak pernah berusaha merubah gue, dan dia nggak banyak melarang. Tapi dia rajin mengingatkan apa yang sebaiknya gue lakukan, terutama apa-apa saja yang diatur oleh agama kita. Dan sebagai istri yang baik, gue berusaha merubah diri gue tanpa menunggu diminta. Itu gue lakukan karena gue mencintai dia karena Allah."

"Waah.. sahabat gue yang satu ini kok jadi bijak banget sih. Elo bukan lagi Cilla yang manja dan bego. Sekarang elo sudah berubah menjadi seorang wanita dan ibu yang cerdas. Semoga Quina juga bisa cerdas seperti....."

"Gue."

"Hmm.. gue sih mau bilang cerdas seperti Athar. Karena gue tau gimana begonya elo dalam urusan akademi. Hahahaha.. tapi berhubung hari ini gue ditraktir elo, okelah gue ralat.. semoga Quina cerdas seperti elo dan jenius seperti Athar."

Mereka masih asyik tertawa saat Alana masuk ke dalam cafe dengan wajah gusar dan nafas memburu. Tentu saja mereka bingung melihatnya. Karena tadi Alana pergi dengan wajah cerah dan bahagia.

"Elo kenapa Al? Kayak habis liat setan," tanya Ifa. Dia tau kalau Alana memasang muka seperti itu, tandanya ada sesuatu yang sangat mengganggu pikiran dan perasaannya.

"Nih, minum dulu. Gue tadi pesanin milkshake buat elo. Atur nafas, habis itu baru deh cerita sama kita ada apa. Elo nggak kesurupan lagi kan?" tanya Cilla yang langsung dapat pelototan dari Alana.

"Pah, tadi gue lihat Rizky."

"Oh ya? Sama siapa?" tanya Ifa berlagak cuek sambil terus memperhatikan layar hpnya. Padahal di dalam dada jantungnya sudah berdegup tak karuan. Beatnya melebihi musik metal. Alana tak langsung menjawab. Matanya melirik ke arah Cilla, mulutnya menyebut sebuah nama. Mata Cilla auto membulat. Kepalanya menggeleng tanpa kentara.

"Elo berdua kenapa sih? Kayak lagi main quiz aja. Tadi Rizky sama siapa Al?"

"Eehmm... gue nggak liat mukanya. Gue liat dari belakang doang." elak Alana. "Guys pulang yuk. Sudah jam setengah 8 nih. Gue nggak enak sama bang Zayyan kalau pulang kemalaman. Oh iya gue sampai lupa. Nih buat Quina dan yang segambreng ini buat si Triplet."

"Waah makasih banget Al. Elo tau aja kalau Quina senang banget warna ungu muda kayak gini. Cantik banget gaunnya." puji Cilla saat melihat apa yang dibelikan Alana untuk Quina.

"Thanks ya Al. Elo emang tante terbaik sedunia. Sering-sering aja belanja kayak gini. Kan jadinya gue nggak perlu beli banyak-banyak." Dengan mulus serbet mendarat di wajah Ifa. Mereka bertiga tertawa, melupakan sejenak masalah Rizky.

"Cil, Al, gue mau ke toko itu sebentar ya. Gue mau beli kemeja dan beberapa dalaman buat Rizky." ajak Ifa kepada kedua sahabatnya.

"Cieeee.... masih perhatian nih sama suami lo. Dah, balikan aja kenapa." ledek Cilla yang disetujui oleh Alana. "Elo tadi bilang ngiri sama gue dan Athar. Elo tau kan dulu justru gue yang ngiri banget sama elo dan babang Chico. Ayo, jangan kalah dong sama gue dan Athar."

Saat mereka mau memasuki toko pakaian pria, tiba-tiba langkah Ifa terhenti sehingga membuat Alana yang lagi sibuk dengan hp menabraknya dari belakang.

"Elo kalau mau berhenti ngabarin kek dari jauh-jauh...." ucapan Alana berhenti saat Cilla memegang tangannya dan dengan dagunya menunjuk ke arah Ifa yang menatap nanar ke dalam toko.

Di dalam toko terlihat Rizky yang tangannya dipeluk oleh seorang wanita sedang memilih-milih pakaian dalam pria. Sesekali tangan wanita itu mengangkat pakaian dalam pria yang dipilihnya dan meminta pendapat Rizky yang membalasnya dengan senyuman. Ketiga wanita itu terus memperhatikan kegiatan Rizky dan wanita itu. Setelah dari bagian pakaian dalam, mereka menuju bagian kemeja. Tak memakan waktu lama, wanita itu sudah berhasil membujuk Rizky untuk membeli beberapa kemeja dengan warna-warna cerah dan manis. Warna yang takkan mungkin Ifa pilihkan untuk suaminya. Karena ia tahu Rizky tak menyukai warna seperti itu. Namun kali ini sepertinya Rizky tak banyak protes bahkan tampaknya dia setuju dengan pilihan itu. Ada kejadian lain yang mengagetkan semuanya yaitu saat sang wanita mengecup pipi Rizky dan kemudian menghapus bekas lipstik yang menempel di pipinya. Kemudian wanita itu kembali memeluk tangan Rizky.

Ifa langsung mengajak kedua sahabatnya berbalik arah. Dadanya serasa mau meledak akibat adegan yang baru saja dilihatnya. Suaminya membiarkan seorang wanita yang bukan istrinya ataupun keluarganya mengecup pipinya. Sekuat tenaga ditahannya air mata yang sudah mau menetes. Dada ini terasa panas terbakar api yang membara. 🔥🔥

⭐⭐⭐⭐

avataravatar
Next chapter