2 Chapter 1 : hal baru dan hal lama

Aku yakin setiap orang mempunyai caranya masing masing untuk merasakan senang, suka, bahagia dan semacamnya. Tapi bagaimana jika "bahagia" itu diambil oleh orang lain. Misalnya seperti kasus pembunuhan. Kasus yang dimana berdampak besar kepada orang sekitar kita. Mungkin bukan hanya sekitar tapi bisa jadi satu negara. Dengan terbunuhnya dan viralnya kasus itu bisa mengundang emosi dari para orang yang memiliki rasa empatik yang tinggi.

Jujur saja aku termasuk orang yang mempunyai rasa empatik yang rendah dengan kata lain aku tidak peduli dengan apa yang terjadi pada orang lain. Ya... Aku ditinggalkan oleh banyak orang karena kau seperti orang yang tidak bisa baca suasana. Ekspresi ku akan selalu datar dan tidak akan pernah di mengerti orang lain.

Tapi orang hanya bisa menilai yang ada dilihatnya, tidak pernah melihat dalamnya, tidak pernah memikirkan apa yang telah dia lewati untuk bisa hidup sampai sekarang.

Dibenci keluarga, teman, saudara dan tetangga sudah menjadi dasar dari kehidupan yang kujalani. Mereka semua salah di mataku. Kenapa bisa demikian, jangan tanyakan aku. Aku sudah tidak merasakan sakit tidak bisa mengerti apa yang diinginkan oleh orang banyak.

Aku berharap ada seseorang yang bisa membuatku merasakan sakit lagi.

**

"Eh, tunggu sebentar." Suara dibelakang ku dengan nafas yang terengah engah

"Aku bilang tunggu ... " Suara itu mendekatiku dan memegang tanganku.

Eh ?

Aku yang kaget hanya terdiam sambil memandang wajahnya.

"Sini sebentar !" Dia menarik tanganku dan aku hanya mengikuti kemana dia pergi. "Tunggu bentar ya." Katanya sambil membuka tas.

"Kenapa ?." Tanyaku dengan keheranan. Dilihat dari wajahnya dia kebingungan. "Murid baru ?" Tanyaku lagi.

"Bukan !, Aku ini siswi yang tahun lalu tidak masuk berbulan bulan." Dia berteriak dan spontan menutup mulutnya.

Sepertinya dia kelepasan berbicara

Aku kebingungan bagaimana harus berinteraksi dengannya. Karena dia seperti malu malu dan tidak tahu bagaimana mengungkapkannya.

"Aku tinggal ya ." Kataku yang bertujuan untuk menakutinya.

"Jangan !, Aku ikut sama kamu." Katanya dengan tatapan serius.

Pada akhirnya kami berjalan bersama menuju kelas masing masing tapi kenapa dia harus pegangan sama aku terus sih !.

"Dih, liat murid baru langsung pegangan sama cewek." Salah satu Murid laki di pinggir lorong berbisik tentang kami.

"Oi, sudah sampai loh." Kataku sambil menunjuk ke kelasnya. "Oi, lepasin ! Udah sampe ni." aku mendorong kepalanya.

Cih, kalo gini harus make trik tipuan

"Selamat pagi Bu ! Oi, lepas ada guru itu debelakangmu." Kataku yang berusaha mengelabuinya.

"Selamat pa .... gi." Dia melepaskan tanganku dan berbalik arah.

Aku langsung berlari. Tapi, aku tidak langsung ke kelas melainkan menuju ke atap sekolah. Tempat itu menjadi pelarian ku saat aku tidak ingin masuk ke kelas.

Selamat tidur

Kataku sambil tiduran di salah satu bangku atap sekolah. Tidak berapa lama aku tidur, aku dibangunkan oleh sekelompok siswa yang sepertinya ingin bolos juga.

"Woi !, Bangun !" Salah satu siswa menepuk pipiku. "AKU BILANG BANGUN !!!" siswa itu menamparku dengan keras.

Aku pun bangun dengan nada sedikit ngantuk.

Menguap.

"Kalian itu siapa ?, Berani nyuruh aku bangun." Kataku sambil menguap.

"Sombong banget ya ..., Berani kamu sama aku ? Hah !" Tanyanya sambil menarik keatas bajuku.

"Kalian tau ? Susah banget ngerapihin baju yang udah lecek. Harus ngegosok, ngelipet lagi." Kataku dengan datar kepada mereka.

"Jangan SOMBONG." teriaknya sambil melesatkan pukulan ke arah wajahku.

Aku berhasil menghindarinya dan melakukan serangan balik dengan cara menendang perutnya.

"HIYAA ...." salah satu rekannya dengan posisi siap memukul berusaha membantunya.

Aku yang tidak bisa mengantisipasi serangan dari samping berhasil terpukul tepat di wajah.

Aku terjatuh sambil memandang langit. "Ketika terpukul aku harusnya bilang 'aw sakit' kan? Tapi kenapa serangan kalian tidak ada rasanya."

Aku bangun dan mulai menendang orang yang memukulku tadi tepat di wajahnya. Temannya yang terjatuh ketika perutnya tertendang bangun dan berusaha memegang ku dari belakang. Aku berhasil menghindari nya dan menendang bokongnya hingga dia jatuh ke arah temannya.

Aku menendangnya lagi hingga membuat pagar pembatas penyok. Aku memegang kakinya dan mulai mengangkat sekuat tenaga. "Ini mau aku dorong atau aku lepas ya ? Jika aku dorong mungkin kalian berdua akan jatuh." Kataku yang berusaha mengertak mereka berdua

"Maaf lepasin aku !" Kata salah satu dari mereka. Suara decitan dari baut membuat mereka takut sampai ngompol.

Aku langsung melepaskan mereka berdua. "Jadi murid baru jangan sombong. Apa lagi ini masih pagi kalian sudah ngompol kaya bocah. Sudah sana pergi !" Kataku dengan nada seperti orang yang keren.

Mereka berdua pergi dan aku kembali tidur di bangku atap.

Banyak bangku di atap tapi kenapa mereka pilih ini ya ?

Aku memejamkan mata dan mulai tidur.

**

"Kanta... Bangun hei, bangun."

Suara ini... Jangan sampe ini guru bahasa Inggris yukthira !.

"Kanta !, Kalo gak bangun siram nih make teh panas."

Seketika aku bangun dan duduk tegap karena takut jika benar akan disiram teh panas.

"Nih, buat kamu." Bu Yukthira menyodorkan teh dingin ditangannya.

"Katanya teh panas Bu." Jawabku dengan santai dan mengambil teh dari tangan Bu Yukthira.

"Bukanya harus terimakasih ya? dan juga jangan panggil aku dengan sebutan 'Bu' padahal aku cuma 2 tahun lebih tua dari kamu." Katanya sambil duduk di sebelahku.

"Kenapa aku tidak boleh menyebut Bu Yukhtira dengan sebutan 'Bu'?. Aku tau  kamu sebenernya nganggep aku kaya adik. Tapi, ini sekolah jadi kita harus ngikutin apa yang sudah menjadi peraturan meskipun itu tidak tertulis." Kataku sambil sesekali meminum teh yang diberikan Bu Yukhtira.

"Padahal kamu lebih dari itu ..."

"Hah ?, Apa Bu ?" Aku yang meminta Bu Yukhtira mengeraskan suaranya.

"Bukan apa apa kok. Ngomong ngomong kenapa pipi kirimu lebam gitu?" Bu Yukhtira mencoba Menganti topik pembicaraan.

"Oh ini. Ya tau lah kenapa udah 2 kali aku tidak dinyatakan lulus." Jawabku dengan santai. "Padahal mungkin kalau kamu tidak jadi guru disini aku bisa pacaran sama kamu... Sayang sekali ya." Kataku sambil menatap langit yang sudah mendung.

"Meskipun aku guru kamu aku tetep mau kok !" Kata Bu Yukhtira mendekatkan wajahnya ke aku.

"Tapi bohong...." Kataku sambil tersenyum lega berhasil mengerjai Bu Yukhtira.

Sebenernya aku sudah tau perasaan Yukhtira tapi aku merasa bahwa aku bukan orang yang tepat untuknya.

Bu Yukhtira hanya cemberut kesal sambil melihat ke diriku dan ketika dia berdiri aku langsung mengambil tas dan segera lari dari atap.

**

Dipersimpangan lorong sekolah aku tidak sengaja menabrak seseorang saat sedang kencang berlari.

"Oi, cepet diri !"Kataku sambil menarik tangannya.

"Aduh, sakit pelan pelan Napa !" Ternyata orang yang aku tabrak adalah cewek yang tadi pagi. "Oh !, Kamu orang yang nipu tadi pagi !" Dipegang erat tanganku olehnya.

Sementara itu dari tangga ujung lorong suara Bu Yukhtira terdengar. "KANTA! JANGAN LARI."

"Udah lepas! Cepet." Kataku sambil menarik tanganku untuk dilepas.

"Kamu harus minta maaf ke aku dulu." Kata cewek itu sambil menambah erat pegangannya.

"Kalo gini gak ada pilihan lain." Aku langsung mengangkat kaki cewek itu dan merangkulnya seperti posisi gendongan tuan putri.

"Turunin aku !" Katanya sambil berontak

"Diam! Sekarang ikut aja."Aku langsung lari menuju tangga yang ada di lorong satunya. "Pegangan kalo gak mau jatuh !" Kataku yang menyuruhnya untuk berpegangan lebih erat.

Aku tetap berlari hingga ke ruang peralatan olahraga. Sesekali aku melihat keluar berharap Bu Yukhtira tidak mengejar ku. Sementara itu, cewek yang tadi aku gendong menjaga jarak dan melihatku dengan tatapan sinis.

"Oi... Please jangan liat aku kayak gitu." Kataku dengan suara lemas seperti orang bersalah.

"Orang aneh, mesum !." Kata yang keluar dari mulut cewek itu cukup menusuk ditambah lagi dengan tatapannya yang sangat waspada dan sinis.

Sementara itu aku merasakan hawa membunuh dari samping kaca ruang peralatan olahraga.

"KETEMU! HEHEHEHE..." Bu Yukhtira dengan tatapan membunuh dan nafas terengah engah karena habis mencari ku.

Benar benar nasib buruk!....

avataravatar