1 KETERPAKSAAN

"Bisa minta tolong bantuannya Mas? Aku kesulitan untuk melepaskan ini," pinta Hanin pada Galang dan menunjuk pada bagian gaun pengantin yang digunakan. Galang menatap ke arah Hanin dengan tatapan yang sulit diartikan, pria itu hanya diam tanpa berkata sepatah kata pun.

Hingga akhirnya suara dari mulut Galang terdengar jelas. "Kamu mau menggoda saya? Maaf tapi saya tidak akan tergiur dengan tubuh kamu, wanita hanya murahan," ucap Galang. Setelah mengatakan hal itu Galang segera beranjak dari tempat tersebut dan meninggalkan Hanin seorang diri, diam hanya itu yang bisa dilakukan olehnya. Bahkan air mata mengalir dengan sempurna dari sudut mata Hanin.

Brak!!

Pintu kamar mereka ditutup oleh Galang dengan sangat keras, membuat Hanin begitu terkejut dengan apa yang dilakukan oleh suaminya. Hanin menatap ke arah pintu dengan tatapan yang begitu kecewa. "Sebegitu tidak sukanya kamu, terhadap aku, Mas. Sehingga kamu bersikap seperti ini," gumam Hanin di dalam hati.

Di lain tempat Galang pergi ke arah taman samping rumahnya, tempat yang begitu sepi dan sedikit gelap karena pencahayaan yang tidak banyak, tapi jika dilihat dari kamar atas semua hal yang dilakukan di tempat tersebut terlihat dengan jelas. Galang berada di sana, pria itu kesal dengan keadaan yang saat ini memaksanya. Keadaan yang membuatnya harus menerima semuanya, padahal sejak awal hal ini tidak pernah diinginkan oleh Galang.

Galang melakukan semuanya hanya demi sang Mama, dirinya menerima semua apa yang sudah direncanakan oleh mamanya, dan terperangkap dalam keadaan yang tidak diinginkan. Dari arah belakang ada seseorang yang berjalan mendekati Galang, lalu memeluknya dari belakang. Hal itu membuatnya terkejut. "Aku rindu kamu Mas," ucap wanita tersebut.

Galang tersenyum, di usapnya lengan sang wanita dengan penuh cinta. Lalu membalikkan badannya. "Aku juga rindu kamu," ucapnya. Pria yang begitu dingin itu tiba-tiba langsung tersenyum dengan hangatnya, perubahan sikap Galang sangat terlihat dengan begitu jelas. Yang sedingin gunung es, berubah menjadi sehangat sutra.

"Kamu kenapa bisa ada di sini, Sayang?" tanya Galang.

"Kenapa Mas? Kamu gak mau kalau aku di sini."

"Bukan begitu, Sayang. Bukannya kamu sudah pulang bersama Om Bagas dan Tante Dewi tadi."

"Aku gak jadi ikut papa dan mama pulang, aku beralasan ada yang ketinggalan. Jadi aku kembali lagi."

Setelah mendengar [penuturan tersebut, Galang pun segera memeluk wanitanya, begitupun dengan sang wanita membalas pelukan yang diberikan oleh Galang dengan begitu erat, seolah keduanya sudah sangat lama tidak bertemu. Cukup lama keduanya saling berpelukan, wanita itu melepaskan pelukan tersebut lalu menyambar bibir Galang. Penyatuan bibir itu awalnya membuat Galang kaget namun, lama kelamaan Galang juga bisa mengikuti permainan sang wanita, bahkan saat ini Galang lebih mendominasi kegiatan tersebut. Tanpa mereka berdua ketahui, bahwa sejak tadi ada seseorang di atas sana yang menyaksikan kegiatan yang tak sepantasnya mereka lakukan. Dengan air mata yang sudah mengalir dengan deras. Rasanya begitu sesak menyaksikan hal tersebut, apalagi Hanin sangat mengenal siapa wanita yang sedang berciuman dengan suaminya.

"Kamu tega Mas," ucap Hanin. Niat awal Hanin hanya ingin mencari udara segar tapi bukan kesegaran yang dia dapatkan tapi kepedihan. Hanin lalu masuk kembali ke dalam kamarnya, dan segera pergi ke dalam kamar mandi, wanita itu mengunci pintu kamar mandi, di dalam sana dirinya menumpahkan semua rasa sesak di dalam dadanya, rasa kesal bahkan marah, melihat adegan antara suami dan adiknya sendiri. .

"Kenapa rasanya begitu sakit, kenapa kamu tega dengan aku, Mas. Jika kalian memiliki hubungan, kenapa kalian tega dengan aku."

Wanita yang bersama dengan Galang adalah Wina saudara tiri Hanin anak yang dibawa oleh Dewi ibu tirinya. Seorang adik yang sudah dianggap Hanin, seperti adiknya sendiri apalagi Hanin yang merupakan anak tunggal. Sang mama meninggal dunia, ketika Hanin baru masuk SMP, dan tak lama papanya menikah kembali dengan ibu tirinya. Namun, Wina selalu menganggap Hanin adalah musuh terbesarnya, apapun yang dilakukan Hanin maka Wina juga menginginkannya.

Cukup lama, Hanin berada di dalam kamar mandi, wanita itu lalu keluar dari dalam sana. Pintu kamar mandi terbuka, hal pertama yang dirinya lihat adalah sang suami sudah berada di dalam kamar dengan kondisi sudah, berbaring di sofa kecil yang tersedia di dalam sana. Hanin yang sudah berganti pakaian berjalan mendekati Galang, wanita itu ragu untuk membangunkan sang suami namun, jika semalaman sang suami berada di sana maka Galang akan merasakan sakit di tubuhnya.

Namun, baru saja Hanin akan membangunkan suaminya, secara tiba-tiba mata Galang terbuka dan sontak saja hal itu membuat Hanin begitu terkejut.

"Mau apa kamu?" tanya Galang dengan nada bicara dingin.

"Maaf Mas, sudah mengganggu waktu istirahatnya. Tapi lebih baik, Mas tidur di atas ranjang saja, dari pada di sini," ucap Hanin dengan lembut.

Galang lalu beranjak dari tidurnya pria itu pun duduk di sofa sedangkan Hanin berdiri dan melangkahkan kakinya mundur kebelakang. "Ha ha, kamu berharap saya mau tidur satu ranjang dengan wanita seperti kamu? Tidak akan pernah, lebih baik saya di sini, atau tidur di lantai dari pada harus tidur dengan kamu," jawab Galang. Setelah mengatakan hal yang begitu menyakitkan itu, Galang segera beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju kamar mandi.

Sebelum masuk ke dalam sana, Galang lebih dulu membalikkan badan dan menatap ke arah Hanin. "Apa yang kamu lihat di sana tadi membuktikan bahwa bukan kamu wanita yang saya inginkan, jadi jangan pernah berharap dengan pernikahan ini. Kamu sudah tahu mau seperti apa pernikahan ini akhirnya." Galang segera meninggalkan Hanin yang terdiam di tempatnya, bayangan Hanin berdiri di balkon kamar tadi terlihat oleh Galang, sehingga membuat pria itu semakin sengaja melakukan hal tersebut, supaya Hanin semakin tersakiti.

Brak

Pintu kamar mandi di tutup dengan sangat kuat, membuat Hanin kaget mendengarnya. Kembali lagi, Hanin mengeluarkan air matanya, akibat ulah dari sang suami. Hanin hanya bisa menatap pintu kamar mandi, di dalam hatinya berharap jika semua ini hanya mimpi, dan ketika dirinya terbangun nanti, sikap Galang tidak seperti sekarang.

***

Pagi harinya, tubuh Hanin sangat sakit karena semalaman harus tidur di sofa yang begitu kecil. Wanita itu menatap ke arah suami yang masih terlelap dengan nyaman di atas tempat tidur berbeda dengan dirinya yang harus menderita. Helaan napas berat, terdengar dengan sangat jelas. Hanin segera masuk ke dalam kamar mandi tak lupa wanita itu mengambil pakaian ganti.

Lima belas menit kemudian Hanin sudah selesai dengan urusannya di dalam kamar mandi, ketika wanita itu keluar hal pertama yang dilihatnya adalah sang suami sudah duduk dan menyandarkan kepalanya di tempat tidur. Dengan langkah ragu, Hanin berjalan melangkah kakinya dan mendekati koper lalu membereskan beberapa pakaian yang ada di dalam sana.

"Berpura-puralah menjadi sepasang suami istri yang saling mencintai saat berada di depan papa dan mama," ucap Galang, lalu beranjak dari atas tempat tidur.

"Kenapa harus berpura-pura Mas? Kenapa kita tidak mencoba untuk saling mencintai seperti pasangan suami istri sebenarnya," sahut Hani, sambil menatap Galang dengan tatapan yang sulit diartikan.

Galang lalu berbalik dan tersenyum sinis ke arah, wanita itu sama seperti Hanin yang masih menatap suaminya, Galang berjalan mendekati Hanin lalu memegang dagu sang istri dengan begitu kasar.

"Jangan pernah bermimpi. Sampai kapan, pun aku tidak akan pernah sudi memiliki hubungan dengan kamu," ucap Galang dengan penuh penekanan.

"Kenapa Mas? Kalau Mas, tidak mau menikah, kenapa harus menerima perjodohan ini. Harusnya Mas menolak," jawab Hanin dengan tatapan penuh kecewa. Siapa yang tidak kecewa dengan apa yang diucapkan oleh suaminya sendiri, begitu hinakah dirinya sehingga Galang sampai hati berkata seperti itu. Bahkan jika bisa, Hanin juga tidak ingin namun, mau bagaimana lagi dirinya tidak bisa membantah ucapan sang papa.

"Karena dengan cara ini, saya bisa menyiksa kamu. Kehadiran kamu membuat hidup saya menjadi kacau." Galang lalu mendorong Hanin hingga membuat punggung wanita itu terbentur di sofa. Sedangkan dirinya, segera pergi meninggalkan Hanin, masuk ke dalam kamar mandi. Tatapan mata Hanin berubah menjadi sendu, dirinya tidak pernah menyangka jika hidupnya berubah menjadi seperti ini. "Haruskah kamu melakukan hal ini, Mas," gumam Hanin dalam hati.

##

avataravatar
Next chapter