8 Jadilah Wanitaku

"Astaga, aku rasa aku memang selalu bernasib sial karena lagi-lagi aku harus bertemu dengan kamu."

Seketika, Natalia yang mendengar kalimat tersebut membuka mulut dan menatap ke arah Daniel dengan pandangan tidak suka. Bahkan, dia mulai bangkit dan menatap pria di depannya lekat.

"Aku pembawa sial maksud kamu?" tanya Natalia mencoba mengoreksi kalimat Daniel.

"Ya memang begitu, kan?" sahut Daniel tanpa rasa bersalah.

Natalia berdecak kecil ketika mendengar kalimat tersebut. Dia mulai menarik napas dalam dan membuang pelan. Rasanya semakin lelah karena harus meladeni Daniel yang selalu berhasil menaikan emosinya. Dia memilih diam dan siap menatap ke arah lain. Namun, manik matanya menatap pakaian Daniel yang membuatnya diam.

"Kamu habis mempermainkan wanita lagi?" tanya Natalia dengan suara lebih bersahabat.

"Bukan urusan kamu," jawab Daniel ketus.

"Memang bukan urusanku. Hanya saja, aku merasa setiap bertemu dengan kamu selalu dalam kondisi yang sama. Apa sekarang juga wanita itu sedang mengejar kamu?" sahut Natalia dengan tatapan mengamati.

Daniel berdecak kecil dan memutar bola mata kesal. Rasanya tidak suka mendengar ucapan Natalia yang seakan mengejeknya. Dia mulai menarik napas dalam dan membuang pelan.

"Aku sedang tidak ingin ribut dengan kamu. Hari ini aku banyak sekali masalah dan jangan buat aku semakin kesal karena ucapan mengejek kamu. Jadi, diam dan jangan banyak bicara," tegas Daniel dengan tatapan malas.

Natalia hanya diam dan menatap Daniel yang sudah melangkah meninggalkannya. "Memangnya dia pikir hanya dia yang memikiki masalah. Aku bahkan memiliki segudang masalan yang tidak tahu kapan selesainya dan sekarang dia menyalahkan aku? Dasar menyebalkan," gerutu Natalia sembari duduk di bangku halte dan menatap jalanan.

Daniel yang mendengar keluhan sekilas Natalia langsung diam. Sejenak, dia mulai memutar tubuh dan menatap ke arah Natalia yang hanya diam dengan pandangan manatap jalanan. Namun, hal tersebut hanya berlangsung sejenak karena dia kembali melangkah pelan dan meninggalkan Natalia.

Natalia yang masih berada di halte hanya diam dengan pandangan cemas. Apa yang akan terjadi selanjutnya kalau aku tidak membuat satu bab yang menarik, batin Natalia dnegan cemas.

Aku akan memberi kamu waktu satu minggu, Natalia. Kamu perbaiki dan aku akan berikan dengan mereka.

Natalia yang kembali mengingat kalimat Arav hanya diam dan memejamkan mata. Hingga ingatan lain membuatnya terdiam dengan manik mata kembali terbuka.

Nat, dari pada kamu bingung mencari ide di buku, kenapa kamu tidak coba jalani dengan Daniel. Itu akan lebih berasa nyata.

Seketika, Natalia yang mengingat kalimat sahabatnya mengalihkan pandangan, menatap punggung Daniel yang sudah menjauh. Ada ragu di matanya, mengingat sikap Daniel yang suka bermain dengan wanita.

Apa tidak masalah kalau melakukan saran Sasa, batin Natalia dengan pandangan lekat. Hingga dia membuang napas pelan dan meremas bangku halte kuat.

"Aku rasa tidak masalah. Aku membencinya dan aku yakin tidak akan mencintainya," gumam Natalia sembari bangkit dan menatap Daniel lekat.

"Daniel," teriak Natalia.

Daniel yang mendengar teriakan keras tersebut menghentikan langkah. Dengan cepat, dia membalik tubuh dan menatap ke arah Natalia berada. Keningnya mengerut dalam ketika melihat gadis tersebut berlari ke arahnya.

Ada apalagi ini, batin Daniel dengan tatapan malas.

Natalia mulai berhenti ketika berada di depan Daniel dan membuang napas pelan.

"Ada apa?" tanya Daniel ketus. "Aku rasa aku sud ...."

"Aku mau meminta bantuan kamu," sela Natalia dengan tatapan serius. "Aku mau kamu membantu aku menyelesaikan satu ceritaku," lanjut Natalia dengan satu tarikan napas, membuat Daniel terdiam dengan pandangan membeku.

*****

Aku mau kamu membantu aku menyelesaikan satu ceritaku.

Daniel yang kembali mengingat kalimat Natalia berdecak kecil dan memutar bola mata pelan. "Aku rasa dia sudah gila. Kita tidak saling mengenal dan dengan percaya dirinya dia menginginkan aku membantu dia menyelesaikan ceritanya? Astaga, semua wanita memang sama saja. Menyusahkan,," gumam Daniel sembari melonggarkan dasinya.

Daniel mulai memberhentikan mobil di depan rumah megah dengan halaman luas. Dengan tenang, dia mulai keluar dan melangkah pelan. Rasanya cukup lelah karena banyak sekali tugas yang harus dia kerjakan. Namun, langkahnya kembali terheti ketika merasakan jemari lembut menggenggam lengannya, membuat dia berhenti dan menatap ke arah sang pelaku.

Diam. Daniel membelalakan mata dengan pandangan tidak percaya. Pasalnya, manik matanya menatap Natalia berada tepat di depannya.

"Kamu?" ucap Daniel dengan suara meninggi. "Untuk apa kamu ke sini? Kamu menguntitku?" lanjut Daniel dengan pandangan tidak suka. Dia bahkan melepaskan genggaman tangan Natalia dengan kasar.

"Aku memang mengikuti kamu, Daniel. Aku mau kamu mengubah keputusan kamu. Ayolah, bantu aku," sahut Natalia dengan tatapan serius.

Setidaknya, kalau dengan dia, aku bisa tenang. Aku tahu dia siapa dan dia tidak akan berbuat hal buruk denganku karena saat dia melakukannya, aku akan mengadukan dengan Sasa, batin Natalia dengan penuh kepercayaan diri.

"Kamu gila, ya?" tanya Daniel dengan pandangan kesal. "Aku sudah mengatakan tidak dan selamanya tidak. Aku tidak mau membantu kamu dan aku tidak menyukai kamu," tegas Daniel dengan pandangan serius.

Daniel mulai membalik tubuh. Natalia yang melihat pria tersebut akan pergi segera menggenggam lengan Daniel dan menarik cepat. Tanpa pikir panjang, Natalia segera berjinjit dan menangkup wajah Daniel. Bahkan, dia nekad meletakan bibir dan melumat bibir pria tersebut pelan.

Daniel yang melihat tingkah Natalia membelalakan mata, merasakan kuluman canggung yang dia yakin jika Natalia belum terbiasa melakukannya. Hingga gadis tersebut melepaskan dan menatap lekat.

"Ciuman kamu tidak menggairahkan sama sekali, Natalia," komentar Daniel dengan tatapan lekat.

"Dan itu adalah ciuman pertamaku," sahut Natalia sembari melepas tangkupannya dan menatap ke arah lain, merasa malu dengan apa yang sudah dia lakukan.

Daniel yang mendengar langsung mengulum senyum lebar, menatap Natalia dengan sebelah bibir terangkat.

"Baiklah, sekarang katakan denganku kenapa kamu begitu bersemangat memilih aku untuk membantu kamu? Apa alasan kamu?" tanya Daniel dengan wajah serius.

Natalia menelan saliva pelan dan menatap Daniel lekat. "Aku hanya memiliki satu minggu untuk membuat sebuah bab pembuka untuk ceritaku. Biasanya aku hanya menulis cerita anak-anak, sedangkan sekarang aku mendapat tawaran menuliskan cerita dewasa. Sedangkan aku, tidak pernah berpacaran dan merasakan cinta sama sekali. Awalnya aku menolak, tetapi karena membutuhkan uang untuk biaya kuliah, aku menerima. Itu sebabnya aku meminta kamu membantu, berharap hal ini akan berhasil dan membuat aku bisa menyelesaikan semuanya. Selain itu, kamu saudara Sasa dan aku yakin kamu tidak akan berbuat macam-macam denganku," jelas Natalia serius.

Daniel yang mendengar penjelasan Natalia mulai menarik napas dalam dan menatap lekat. "Baiklah, aku setuju dan akan membantu kamu," putus Daniel membuat Natalia tersenyum lebar. "Tetapi, dengan satu syarat. Kamu harus menjadi wanitaku."

Seketika, Natalia terdiam dengan tatapan serius. Sekarang, apa yang harus aku putuskan?, batin Natalia dengan pandangan berpikir.

*****

avataravatar
Next chapter